Bonus: Lee

241 27 0
                                    

Lee, kamu akan menjadi anak yang kuat. Saya percaya itu.

"Lee, kamu masih ingat kan?" tanya Shino ketika mereka tengah menulis puisi.

"Masih ingat apa?" tanya Lee balik. Ia fokus pada puisinya.

Shino berdecak sebal. "Kemarin kan kamu sudah janji."

"Janji apa?" tanya Lee lagi.

Sabar, Shino. Yang kamu hadapi adalah makhluk yang tidak peka. Sabar..., begitulah yang ada di pikiran Shino.

"Tentang alasan kenapa kamu ikut kelas puisi," kata Shino malas.

"Ooohh, yang itu. Nanti pas selesai kelas puisi aja, ya," kata Lee. "Ceritanya agak panjang."

Shino mengangguk, lalu melanjutkan puisinya. Ia sudah tidak sabar menantikan kelas puisi usai.

.

.

.

"Nah, sekarang ceritakan, Lee," tagih Shino saat kelas puisi selesai. Mereka, ralat, Lee masih membereskan alat tulis. Mejanya berantakan tadi.

"Kamu masih ingat puisiku waktu itu? Itu ada hubungan--"

"Sudah kuduga," potong Shino sambil tersenyum tipis. "Ada hubungannya dengan guru kesayanganmu itu."

"Disitu pahlawanku." Tanpa sadar, senyum Lee mengembang. "Dulu, waktu aku kecil..."

***

"Itu alis apa alis?"

"Ibumu ngidam mangkok ya? Pantesan rambutmu aneh gitu! Haha."

"Hahahaha. Jelek."

"Cemen, ah."

"Lebay!"

"Norak!"

Semua caci maki ditujukan kepada Lee, anak yang dikepung di pojok kelas. Mereka semua tertawa. Sangat keras. Seolah yang di depan mereka adalah pertunjukan komedi. Ya, bagi mereka Lee adalah penghibur, atau badut. Dia bisa dipukul, ditendang, dicaci-maki, diolok, dan yang terpenting, tidak bisa membalas. Lee terlalu lemah, tidak berdaya.

Seketika itu juga, terdengar suara bantingan pintu. Otomatis, semua atensi tiap pasang mata mengarah ke sana. Muncul sesosok dengan raut tegas dan tidak suka. Ia menatap tajam pojokan kelas. Maito Guy namanya.

"Wah, kelasnya dingin sekali...," ucap guru SD itu sinis.

"OM MAU NGAPAIN OM?!" teriak anak dengan plester di hidungnya marah.

***

"Tunggu, rasanya aku tidak yakin dialognya kayak gitu," sela Shino berpikir. "Itu kedengaran kayak sinetron yang pernah nggak sengaja kutonton."

Kini mereka baru saja keluar perpustakaan. Lee menutup pintu sebelum ia membalas perkataan Shino.

"Ish, aku kan tidak ingat setiap detail rincinya, Shino," kata Lee sambil mengibaskan tangan. "Makanya aku taburin bumbu imajinasi," dia berkata begitu sambil menirukan pose Spongeb*b menciptakan pelangi.

"Terserah lah." Shino mengerling. "Lanjutkan, Lee."

Lee melanjutkan ceritanya, "Terus..."

***

"Harusnya saya yang tanya," Guy mendekati kerumunan murid-murid itu. "Kalian ngapain pulang-pulang sekolah kayak gini?"

"Bukan urusan Sensei," balas anak laki-laki botak. Dibalas anggukan teman se-gengnya.

Aku, Kau, dan Kelas Puisi [SAIINO] ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang