6. Pernikahan Kilat

5.5K 493 26
                                    

Haiiii... Good morning sayang ❤ku semua... Semoga sehat2 ya 😘😘😘

Kita lanjut ya sama Mas Niel dan Carmen nya... 💜💜💜

Happy reading 😄😄😄

🍀🍀🍀

Jadi setelah Olivia dinyatakan sehat oleh Dokter, walaupun belum boleh keluar dari rumah sakit, pernikahan Hanniel dan Carmen dilaksanakan hari Sabtu pagi ini tepat pukul 10. Olivia memaksa mereka harus diberkati di gereja walaupun tanpa kehadirannya. Dengan berat hati Carmen menyetujui tapi dengan syarat lain yaitu penandatanganan Catatan Sipil diadakan di hadapan Olivia di rumah sakit.

Olivia menitikkan airmata melihat betapa cantiknya Carmen ketika dia datang bergandengan tangan dengan Hanniel untuk meminta restunya. Aku telah membesarkan seorang malaikat ya Tuhan, bisik hati Olivia dengan bahagia.

Pagi-pagi sekali Tamara sudah datang untuk mengurus Olivia dan mendandaninya dengan gaun yang dirancang oleh Tamara sendiri bagi mereka bertiga. Sementara Kimberly yang mendampingi Carmen di gereja bersama Ben, Orlando dan Bima beserta keluarga lainnya. Sekali lagi Olivia bersyukur memiliki para sahabat yang luar biasa mengasihinya sehingga semuanya berjalan lancar.

Carmen dan Hanniel berlutut di hadapan Olivia dan Ben. Carmen menggenggam tangan Bundanya dan menciuminya. Olivia hanya bisa meneteskan airmata sementara Ben mengelus punggungnya dengan lembut.

"Bun... walaupun Bunda tidak melahirkan Carmen tapi buat Carmen, Bunda adalah segalanya. Makasih ya Bun sudah membesarkan kami berempat dengan luar biasa hebat. Doakan Carmen dan Mas Niel ya, Bun." Carmen mengangkat wajahnya yang penuh airmatanya.

Olivia menyentuh kedua pipi Carmen. "Gadisnya Bunda udah jadi istri Hanniel nih. Kak... jadi istri yang baik ya, walaupun Kakak masih muda banget tapi sekarang udah mulai punya tanggung jawab lho. Semua nasehat Ayah Bunda juga nasehat Mama Papa dilakukan ya, Sayang."

"Bunda..." Ritual berubah menjadi sedikit kacau karena Carmen langsung memeluk kedua orangtuanya sehingga menyebabkan Hanniel terdorong dan hampir terjatuh. Hanniel terpaksa berdiri dan ikut memeluk mereka bertiga.

Ketika tiba giliran berlutut di hadapan Bima dan Kimberly, Hanniel malah belum sempat bicara ketika Bima nyeletuk, "Nasehat dari Papa nanti malam ya, Niel! Man to man!"

"Lah Pa, bukannya ntar malam kami di hotel?" tanya Hanniel bingung.

"Papa nggak booking hotel buat kalian. Kalian bakalan tidur di rumah Ayah Ben atau di rumah Papa. Pilih!"

Hanniel mendengus, "Nggak enak dua-duanya sih!"

"Rasain aja dulu!" ledek Bima.

"Dasar Papa sableng!" teriak Orlando dari belakang.

"Kasian deh lo, Niel!" goda Calvin sambil menepuk bahunya. "Yang sabar ya!"

"Tidur sama aku aja, Mas ntar malam!" tawar Colin dengan polosnya.

"Hhmmm... dasar anak kecil, nggak ngerti penderitaan Masnya!"

Bukan Hanniel namanya kalau tidak bisa mengalihkan airmata menjadi tawa. Walaupun mereka hanya bisa makan siang sederhana di ruang VIP rumah sakit, tapi mereka tetap sukacita. Toh besok Bunda sudah boleh pulang dan sebelum mereka berangkat ke Montreal, akan ada jamuan makan malam sekali lagi di rumah Ayah Ben.

Hanniel menatap istrinya dengan tatapan memuja. Dia tahu Carmen cengeng dan manja tapi dia tidak peduli karena hanya gadis itu yang selalu dia inginkan mendampingi hidupnya selamanya. Mereka pasti bisa menjalani rumah tangga ini dalam segala keadaan karena ada banyak cinta di dalamnya.

CARMEN - Love in Montreal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang