Haiiii... Selamat sore...
Mohon maaf karena selama weekend aku tidak update apapun. 😁Tapi sore ini aku update Carmen & Elora juga.
Happy reading 😊😊😊
🌸🌸🌸
Hanniel baru mendapatkan tiket keesokan harinya dengan penerbangan pagi. Sejak malam Carmen telah mengepak kopernya dan juga koper Hanniel. Diantara kekhawatirannya akan kesehatan Bunda, Hanniel jadi tersenyum lega melihat sikap Carmen yang seperti seorang istri mengurus suaminya.
Tapi wajah sedih Carmen masih terlihat apalagi setelah tadi malam Papa menelepon lagi dan mengatakan bahwa keadaan Bunda sudah stabil. Harusnya mereka senang tapi tetap saja hati mereka tidak bisa bohong. Mereka tetap sedih dengan kenyataan Bunda yang sakit.
Banyak orang yang melihat hubungan kekeluargaan mereka sangat aneh. Semua berawal dengan persahabatan para Mama mereka, Bunda Olivia, Mama Tamara dan Mama Kimberly. Dan sejak mereka semua menikah, mereka mengikat tali persaudaraan dengan harapan ada anak-anak mereka yang saling berjodoh.
Ketiga Mama itu adalah wanita super yang paling super diantara yang super. Bayangkan mereka tidak pernah sakit ataupun masuk ke rumah sakit, kecuali untuk melahirkan. Mereka bertiga juga rajin berolah raga dan makan makanan sehat. Itulah kenapa rasanya Hanniel maupun anak-anak yang lain tidak terima bila Bunda Olivia terkena serangan jantung.
Pasti ada penyebab yang lain, tebak Hanniel dalam hati. Hanya saja Ayah ataupun Papa tidak mau memberitahunya.
Akhirnya setelah 23 jam lebih mereka mengudara, pesawat itu mendarat dengan selamat di Bandara Soetta. Untung saja Hanniel memesan kelas bisnis bagi mereka berdua. Untuk kenyamanan Carmen sebenarnya. Kasihan kalau harus melihat Carmen duduk menderita di tempat sempit selama 23 jam.
Hari sudah menjelang siang ketika mereka berdua buru-buru ke rumah sakit dengan taksi online dari bandara. Carmen terus menggenggam tangan Hanniel dengan gugup. Bunda dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta Pusat dan semakin mendekati rumah sakit semakin mata Carmen berkaca-kaca.
Diantara kelelahan yang menderanya, Carmen menatap nanar ruangan rawat inap VIP di hadapannya. Sebelum keberangkatan mereka, Ayah mengabari Hanniel bahwa kondisi Bunda stabil dan sudah berada di bangsal. Tapi tetap saja bagi Carmen, sakitnya Bunda adalah bencana.
Dengan kekuatan yang disalurkan Hanniel melalui rangkulannya, Carmen membuka pintu kamar itu perlahan. Airmatanya langsung menetes deras melihat Bundanya terbaring dengan berbagai macam selang menancap di tubuhnya.
"Bunda... Kakak datang..." sapanya dengan lirih.
Ben dan Calvin serta kedua sahabat Bunda, Mama Tamara dan Mama Kimberly terkejut melihat kedatangan mereka berdua.
"Carmen!" seru Calvin sambil menghampiri Carmen dan memeluknya erat.
"Hai Ma..." sapa Hanniel kepada Kimberly dan mencium tangan mereka satu persatu.
Setelah menyalami semua orangtuanya, Hanniel kembali ke sisi Carmen yang terlihat seolah-olah akan tumbang. Apalagi ketika dia mendekati ranjang Olivia dan meraih tangannya. Carmen mencium tangan Olivia dan menggenggamnya.
"Bun... Kakak tidak pernah membayangkan melihat Bunda dalam keadaan seperti ini." Carmen mulai merosot di sisi tempat tidur Olivia. Hanniel langsung menangkap pinggangnya.
"Bunda, bangun dong. Kakak dan Mas Niel sudah datang nih." Carmen memeluk tubuh ringkih Olivia menciumi pipinya.
Sepasang lengan kokoh milik Ben meraih Carmen dan memeluknya. "Ayah... Kakak nggak kuat lihat Bunda begini..." Tangisnya pecah di dada Ben. "Ayah... bilang dong sama para dokter untuk sembuhin Bunda aku!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CARMEN - Love in Montreal
RomansaTELAH TERBIT DI GOOGLE PLAYSTORE https://play.google.com/store/books/details?id=BfGYDwAAQBAJ THE FLOWERS SERIES Book # 1 18+++ Sejak Carmen berusia 6 tahun, Hanniel sudah mengklaim dirinya sebagai 'calon istri Mas Hanniel'. Hanniel melakukan itu kar...