Woojin menggeleng tak percaya menatap salah satu sahabatnya yang kini terbaring di ranjang ruang kesehatan fakultas kedokteran yang cukup dekat dengan gedung fakultasnya.
Si keras kepala Park Jihoon yang memiliki penyakit magh akut tidak mengatur pola makannya dengan baik hanya karena kekasihnya yang kini sudah berada di Taipei sejak tiga bulan yang lalu tidak menghubunginya selama seminggu.
Berkali-kali Woojin mengatakan mungkin Guanlin sibuk dengan kuliah dan jabatan barunya sebagai calon direktur diperusahaan ayahnya yang menyebabkan pria kelebihan gusi itu belum sempat menghubunginya. Tapi Jihoon selalu menjawabnya dengan dramatis.
"Gimana kalo Guanlin punya pacar baru disana ?"
"Gimana kalo ternyata baba nya jodohin Guanlin sama anak pengusaha kaya biar bisnis mereka tetep aman jaya ?"
"Gimana kalo Guanlin diem-diem udah punya anak disana ?"
Dan Woojin maupun Jinyoung hanya mampu merotasikan bola matanya malas mendengar celotehan penuh drama itu.
Bahkan saat sudah terbaring pasca siuman dari pingsannya pun kini Jihoon hanya memandangi layar ponselnya dengan tatapan nanar. Seperti menunggu nama seseorang terpampang dilayar.
Woojin mendesah ringan. Menarik kursi di samping tempat duduk Jihoon dengan semangkuk sup hangat ditangannya yang di belinya saat Jihoon masih pingsan tadi.
Omong-omong hari ini Jinyoung tidak masuk. Nomor ponselnya pun tidak aktif membuat Woojin penasaran tentang apa yang terjadi pada teman es nya itu.
"Hoonie." Panggil Woojin pelan.
Woojin selalu memanggilnya dengan sebutan Hoonie. Menurutnya cocok dengan image Jihoon yang menggemaskan jika sisi jantannya tidak keluar.
Awalnya Jihoon protes dengan alasan dia manly dan tidak cocok dengan panggilan manis seperti itu. Tapi lama kelamaan ia menerima saja Woojin memanggilnya seperti itu. Mungkin Jihoon terlalu lelah menegur Woojin dengan perbuatan yang sama, jadi biarkan saja.
Merasa diabaikan membuat Woojin sedikit kesal.
"Nae sarang Hoonie." Panggilnya lembut namun terkesan sarkatik.
Akhirnya atensi Jihoon teralihkan, matanya menyipit menatap tajam Woojin atas apa yang tertangkap oleh gendang telinganya.
Woojin selalu menggodanya dengan panggilan-panggilan manis yang menurutnya menggelikkan. Mendengar kata Hoonie saja Jihoon sudah mual, apalagi ditambah Nae Sarang. Ugh rasanya ingin muntah saja.
"Lo panggil gue apa ?" Jihoon menggeram pelan.
Woojin mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Nama kontak lo diponsel gue kan itu." Jawabnya ringan sembari mengaduk sup ditangannya.
Mata Jihoon membeliak. Apa-apaan panggilan menggelikan itu !
"Ganti !" Titah Jihoon seakan mutlak.
"Makan dulu baru gue turutin." Woojin menawarkan negosiasi.
"Suruh Guanlin hubungin gue dulu baru gue makan." Jihoon tak mau kalah. Mood nya benar-benar sedang buruk.
Lagi, Woojin memutar bola matanya malas kemudian menaruh mangkuk sup yang hampir dingin itu diatas nakas.
"Terserah kalo lo mau mati sia-sia cuma karena nunggu chat dari cowok lo itu dan ngebiarin asam lambung lo terus naik." Jawabnya sarkas.
Jihoon mengerucutkan bibirnya. Ucapan Woojin hanya memperburuk suasana hatinya saja. Padahalkan Jihoon serius dalam sedang mode merindukan Guanlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SCENARIO
FanfictionPark Woojin dibuat frustasi oleh mantan kekasihnya yang tiba-tiba kembali dan meminta meneruskan hubungan mereka. Bukan Woojin membenci sang mantan, mereka berpisah secara baik-baik. Hanya saja, bertahun-tahun berpisah membuat perasaan Woojin mulai...