Di meja makan semua orang tampak sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Pagi ini hanya ada mama Park karena mama Park bilang ayah Woojin masih ada pekerjaan di luar kota. Itu merupakan sebuah keuntungan untuk Jihoon karena bagaimana pun juga ia masih takut akan ketahuan jika ia sebenernya berpura-pura menjadi kekasih Woojin.
Selama acara sarapan berlangsung, interaksi lebih banyak dilakukan oleh Hyungseob dengan mama Park. Meski sesekali Hyungseob mengajak Woojin bicara dan pria itu menanggapi seadanya. Sementara Jihoon hanya diam, toh ia tidak mengerti dengan pembahasan mereka.
"Ma, abis sarapan aku mau anter Jihoon pulang." Ucap Woojin memecahkan keheningan yang tercipta dimeja makan beberapa menit yang lalu.
"Iya boleh. Sekalian anter Hyungseob pulang, okay ?" Jawab mama Park.
Kening Jihoon mengkerut, tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mama Park. Bagaimana bisa mama Park meminta Woojin mengantar Hyungseob dihadapan Jihoon yang saat ini berstatus sebagai kekasih Woojin ?
"A-aku pulang sendiri aja ma, gak enak sama Jihoon." Cicit Hyungseob.
"Cih, penjilat." Batin Jihoon sebal.
"Lho, emang nak Jihoon keberatan ?" Tanya mama Park.
Andaikan Jihoon benar memiliki perasaan pada Woojin ia pasti sudah secara gamblang mengatakan bahwa ia merasa keberatan. Bagaimanapun juga Hyungseob adalah mantan kekasih Woojin. Tentu saja jika Jihoon kekasih sungguhan ia tidak akan mau kekasihnya mengantar mantan kekasihnya.
"Aku terserah Woojin aja ma." Jawab Jihoon seadanya.
Tugasnya memang hanya untuk membuat Hyungseob menjauhi Woojin. Jadi Jihoon ingin melihat seberapa kuat Woojin menolak keinginan Hyungseob. Pria bergingsul itu harus bisa melakukan hal itu jika benar ingin melupakan perasaannya pada Hyungseob.
Mama Park dan Hyungseob menatap Woojin. Sementara Jihoon tak peduli, ia tetap melanjutkan acara makannya.
"A-aku.."
"Tapi kalo Woojin nganterin Hyungseob aku pulang sendiri." Potong Jihoon sebelum sempat Woojin mengucapkan kata selanjutnya.
Jihoon mendengus kecil, dari nada suaranya saja ia sudah bisa menebak bahwa Woojin tidak bisa menolak untuk tidak mengantar Hyungseob. Bucin satu ini benar-benar merepotkan.
Woojin menatap Jihoon dengan tatapan terkejut, bingung dengan Jihoon yang begitu pandai mendalami perannya. Tapi bagaimana pun, ia tak tega jika Hyungseob pulang sendiri. Bagaimana jika asma nya kambuh di tengah jalan?
Pria gingsul itu melirik sang mama, namun mama Park hanya mengangkat kedua bahunya pertanda sang putra harus mengambil keputusan sendiri.
"Kenapa kamu gak mau semobil sama aku, Jihoon?" Suara Hyungseob mencicit seolah meminta belas kasihan.
Jihoon mendecih pelan,"Kamu pikir emang nyaman kalo berada diantara pacar dan mantannya?"
Sejenak Jihoon menjauhkan kedua tangannya dari piring, menyandarkan tubuhnya disandaran kursi dan menatap Hyungseob yang menatapnya dengan raut wajah memelas. Ya Jihoon tau itu hanya akting.
"Jadi kalo Woojin emang mau anterin kamu, biar aku yang naik taksi." Lanjutnya.
Bisa Jihoon lihat dengan jelas tangan Hyungseob meremat kuat sendok yang tengah ia pegang namun raut wajahnya masih terlihat menyedihkan.
Kini jawaban Woojin lah yang mereka tunggu. Jihoon sudah melakukan tugasnya, tinggal Woojin yang mengambil keputusan.
Menghela nafas pendek, Woojin pun membuka suara setelah terlalu lama berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SCENARIO
FanfictionPark Woojin dibuat frustasi oleh mantan kekasihnya yang tiba-tiba kembali dan meminta meneruskan hubungan mereka. Bukan Woojin membenci sang mantan, mereka berpisah secara baik-baik. Hanya saja, bertahun-tahun berpisah membuat perasaan Woojin mulai...