Jihoon menatap kosong hamparan taman bunga di hadapannya. Membiarkan semilir angin yang entah kenapa berhembus cukup kencang hari ini membuat rambutnya berantakan.
Sudah tiga hari semenjak kejadian dimana Woojin lebih membela Hyungseob itu berlalu. Dirinya tidak pernah lagi bertemu dengan pria bergingsul itu.
Masa bodo. Jihoon tidak peduli dan tidak penasaran sedang ada dimana orang itu selama tiga hari belakangan ini. Paling-paling tengah sibuk mengurusi mantan kekasihnya itu.
Lagipula Jihoon merasa heran kepada lelaki itu. Untuk apa meminta dirinya berpura-pura menjadi kekasihnya namun pada kenyataan nya ia malah mempermalukan dirinya di hadapan MANTAN kekasihnya itu.
Sial.. Jihoon akan membenci pria bernama Park Woojin itu seumur hidupnya !
Sebenarnya hari ini ia membutuhkan seorang teman, tapi apalah daya Jinyoung;satu-satunya sahabat yang tersisa sedang tidak bisa menemaninya karena harus mengurusi masalah pribadi mengenai kepindahannya ke luar negeri agar sang ayah membatalkannya.
Pemuda manis itu menatap layar ponsel dalam genggaman nya yang menyala. Ada 100 lebih pesan dan isinya hanya ungkapan kata maaf yang membuat Jihoon muak sehingga enggan membuka nya sama sekali.
"Hhhh bosen banget sih anjir." Keluh Jihoon yang akhirnya memecahkan keheningan untuk dirinya sendiri.
Taman itu memang tampak sepi karena hari mulai menggelap. Jihoon malas pulang meski hanya tinggal sendirian, malas berjalan, malas beranjak dari sana. Tapi ia merasa sangat bosan sekali.
"Sial, kenapa nangis sih Park Jihoon !" Geram nya sembari mengusap matanya yang tiba-tiba basah dengan gerakan kasar.
"Sesek.. sakit.." Racaunya seperti orang mabuk.
Jihoon meremat dada kirinya yang terasa berdenyut. Ia bukan memiliki penyakit jantung dan sejenisnya.. rasa sakit ini tiba-tiba menyerang nya begitu saja. Seperti menghantam dadanya berkali-kali. Sangat sesak.. membuat Jihoon sulit bernafas.
"Jangan nangis Jihoon.. jangan nangis.. meskipun lo submissive lo tetep cowok. Gak boleh nangis." Ia masih merapalkan kata-kata untuk dirinya sendiri.
"Akh ! Brengsek emang !" Jihoon melemparkan ponsel nya ke belakang tubuhnya ketika benda electronic itu menyala menampilkan nama seseorang yang menelponnya.
Sungguh, apa dia tidak mengerti bahwa dirinya sedang tidak ingin berhubungan dengannya, membaca pesannya apalagi mendengar suaranya !
Jihoon membencinya.. amat sangat !
Ia sangat membenci seorang pengkhianat dan orang yang menyakiti hatinya.
Pemuda itu kembali menatap hamparan bunga dengan tatapan kosong namun air matanya mengalir begitu saja. Ia tidak bisa mengendalikan perasaannya.
Sekuat apapun ia mencoba untuk menjadi Park Jihoon yang tegar, namun ternyata hatinya tidak sekuat itu.
"Hoonie."
Panggilan singkat itu membuat Jihoon memejamkan matanya. Jihoon sedang tidak ingin bertemu dengan pria yang memanggilnya itu karena hanya akan membuatnya merasa buruk.
Buru-buru Jihoon beranjak dan berjalan tanpa menoleh sedikit pun pada pria bergingsul yang baru saja datang itu. Namun pergerakannya terhenti karena pria itu dengan kurang ajar nya menarik penutup kepala hoodie nya membuat Jihoon nyaris terjungkal kebelakang.
"YAK PARK WOOJIN !" Amuk nya karena Woojin nyaris membuatnya jatuh terjerembab ke tanah.
"Lo nangis ?" Mata Woojin terbelalak melihat mata sahabatnya itu tampak basah dan memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SCENARIO
FanfictionPark Woojin dibuat frustasi oleh mantan kekasihnya yang tiba-tiba kembali dan meminta meneruskan hubungan mereka. Bukan Woojin membenci sang mantan, mereka berpisah secara baik-baik. Hanya saja, bertahun-tahun berpisah membuat perasaan Woojin mulai...