Woojin, Jihoon dan Jinyoung kini sedang berada di Bandara untuk mengantar Jinyoung yang hendak pergi ke Jerman. Padahal ini bukan hari kepindahan Jinyoung tapi kedua sahabatnya itu tetap saja bersikeras untuk mengantar Jinyoung ke bandara.
"Baju-baju lo gak dibawa semuakan Young?" Tanya Jihoon.
Jinyoung memutar bola matanya malas, pertanyaan yang sama dari mulut Jihoon sejak dua jam yang lalu. Katanya Jihoon khawatir jika sebenarnya Jinyoung berbohong bahwa dirinya akan kembali jadi ia memastikan Jinyoung tak mengangkut semua barangnya.
"Lo serius bakalan pergi Young?" Kali ini Woojin yang bertanya.
"Astaga bro, gue cuma mau ngurusin berkas. Ngga ngurusin sebenernya, gue mau sekalian cari cara gimana cara batalin pemberkasan ini." Jinyoung mengerang frustasi.
Ia sudah gagal membujuk ayahnya agar tidak benar-benar mengirimnya ke Jerman. Maka dari itu ia harus mencari jalan lain untuk menggagalkan keinginan sang ayah. Jinyoung tidak mau pindah, dia tidak mau sendirian lagi dikampus barunya. Jinyoung baru saja mendapatkan teman setelah hampir seumur hidupnya selalu terlihat menyedihkan dalam kesendiriannya dibangku pendidikan. Ia tidak ingin mengulang masa kelam itu kembali.
"Andaikan kita bisa bantu sesuatu buat lo." Woojin menepuk pundak Jinyoung pelan. Kedua matanya berkaca-kaca.
Sama seperti Jinyoung, Woojin pun tidak ingin kehilangan sahabatnya. Meskipun masih ada Jihoon bersamanya, tetap saja jika selama dua tahun ini mereka selalu bertiga akan terasa kurang jika ada yang pergi.
"Apa kita bantu buat ngomong ke papa lo?" Ujar Jihoon.
"Jangan gila, itu gak bakal berhasil. Cukup kalian doain gue aja semoga disana gue nemu jalan keluarnya." Tutur Jinyoung setengah putus asa.
"Itu pasti, lo harus kembali dengan bawa berita bagus." Ucap Woojin.
Ketiganya tersenyum lalu saling berpelukan. Yah, hal ini sangat jarang mereka lakukan. Berpelukan bertiga? Memangnya mereka teletubis?
Tapi untuk hari ini mereka rasa bisa ditoleransi untuk berpelukan ala teletubis.
"Pesawat lo kan?" Tanya Jihoon ketika mendengar suara pemberitahuan dari microfon.
"Iya, gue cuma dua Minggu ya disana. Kalo pas balik gue ketinggalan banyak hal yang terjadi diantara kalian gue tonjokin lo berdua." Ancam Jinyoung.
"Bawel banget dah ni bocah satu. Kalem aja nanti kita selalu ngabarin lo di grup." Sekali lagi Woojin menepuk pundak Jinyoung, kali ini sedikit lebih keras membuat Jinyoung meringis.
"Ya udah, berangkat dulu gue." Tangan Jinyoung meraih gagang koper bersiap untuk pergi ke pesawatnya.
"Take care ya."
"Safe flight!"
Setelahnya, Jinyoung pun berjalan sembari menarik kopernya menjauhi kedua sahabatnya. Hanya dua Minggu saja terasa berat untuk mereka bertiga apalagi jika Jinyoung benar-benar pindah negara.
Meskipun persahabatan mereka masih seumur jagung, namun seolah ada ikatan tak kasat mata yang membuat mereka saling menyayangi seperti saudara sendiri.
"Mau langsung balik?" Tanya Woojin begitu Jinyoung sudah tak lagi terlihat di pandangan mereka.
"Makan dulu kali ya? Drive thru aja, males mampir gue." Jawab Jihoon.
Keduanya berjalan kearah yang berlawanan dari Jinyoung.
Hari ini bandara tidak begitu ramai, mungkin karena bukan musim liburan. Dan ini pertama kalinya Jihoon menginjakkan kakinya di bandara Incheon. Ternyata interiornya cukup bagus. Bahkan sejak awal mereka sampai dibandara matanya tak lepas untuk memandangi setiap sudut bagunan ini dan mulutnya seolah tak henti menggumamkan kata 'wow' saking takjubnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SCENARIO
FanfictionPark Woojin dibuat frustasi oleh mantan kekasihnya yang tiba-tiba kembali dan meminta meneruskan hubungan mereka. Bukan Woojin membenci sang mantan, mereka berpisah secara baik-baik. Hanya saja, bertahun-tahun berpisah membuat perasaan Woojin mulai...