"UDAH KUBILANG, KAN!"
Amaya tanpa sadar meneteskan air mata ketika dibentak begitu keras oleh Keenan.
Ia terbungkam telak, mulutnya pun mengatup rapat-rapat. Benar, semua ini salahnya. Ia terlalu mengabaikan Keenan, bahkan tak mendengarkan saran Bhatara. Tapi, apa yang bisa diperbuatnya untuk membela diri? Luka-luka di wajah dan di tubuh Amaya sudah terlanjur ditorehkan oleh pria-pria itu.
".... kenapa ayah kamu mau mencelakakan aku sampai seperti itu, Keenan?" tanya Amaya setelah terdiam cukup lama. Suaranya tersegu-segu, bahkan bertanya seperti itu pun butuh dengan segenap keberaniannya.
"Karena kamu pacaran denganku, kamu belum mengerti juga?" jawab Keenan.
Amaya menggeleng, entah apa itu artinya bagi Keenan. Antara Amaya menjawab pertanyaannya atau Amaya yang tidak puas dengan jawabannya barusan. Tapi yang jelas sekarang Amaya mulai berani untuk menanggapi Keenan.
"Kenapa, kenapa sampai sejauh ini?" tanyanya lagi. "Pasti ada sebabnya!"
"Karena dia melihat celah, Amaya!!" bentak Keenan emosi karena ia merasa Amaya belum mengerti juga apa yang telah diperbuatnya sampai membuat dirinya sendiri celaka.
"Dia tahu kamu sedang sendirian, dia mau pisahkan kamu dengan aku, Amaya! Sudah kubilang aku pun nggak tahu hal nekat apa yang dia akan perbuat! Kamu sudah rasakan perbuatan nekat dia, kan?!"
"Aku merasa tak berdaya! Aku nggak bisa setiap saat di sisi kamu, sedangkan kamu terus-terusan membangkang sementara aku nggak tahu apa rencana ayahku!!"
"Kalau dipikir-pikir, bukankah sumber masalahnya itu kamu, Keenan?!"
"Apa?!"
"Aku capek disalah-salahin terus! Kamu harus tau aku bukan satu-satunya sumber masalah di sini! AYAH KAMU-lah yang buat aku celaka! HARUSNYA KAMU YANG SEKARANG BERHADAPAN SAMA DIA!!"
"Seandainya kamu mau menurut sedikit saja--"
"AKU LEBIH AMAN BERSAMA SATRIO DARIPADA SAMA KAMU, KEENAN!"
Keenan langsung terbungkam, matanya melebar seiring bibirnya tak bisa melontarkan argumentasinya lagi. Pria jangkung itu begitu terhenyak mendengar perkataan Amaya.
".... kalau gitu, kenapa kamu gak pacaran sama dia, hm? Aku mengerti, dia udah belasan tahun sama kamu, kan? Ya, oke. Aku pun nggak akan heran kalau sebentar lagi kamu sudah jerit-jerit keenakan di bawah dia, hm?"
PLAK!!
Amaya menampar pipi kiri Keenan keras-keras. Cukup untuk membuat kepala pria itu bergerak ke samping dan membuat pipinya langsung merah.
"Breng... sek...!!"
Anak itu segera berjalan menjauh dari Keenan. Saat sampai di pintu apartemen Amaya memakai sepatunya dengan buru-buru. Dan setelahnya, ia membuka pintu apartemen kemudian membantingnya keras. Amaya meninggalkan Keenan yang masih tak bergeming tanpa sepatah kata.
Tak ada dorongan dari hati Keenan untuk mengejar Amaya--yang seharusnya ia lakukan sekarang ini. Keenan terlalu syok setelah ditampar Amaya. Pria itu berdiri, dan sesaat kemudian menghempaskan badan bongsornya ke sofa yang tadi diduduki Amaya.
Bukan syok karena ditampar, melainkan ia syok karena Amaya berani menamparnya--untuk laki-laki lain. Bahan Amaya meneteskan air mata saat Keenan mengatakan demikian sebelum ia berbalik meninggalkan Keenan. Pria itu menatap lantai kayu apartemennya dengan tatapan kosong, sementara tangannya yang lain masih memegangi pipinya yang ditampar oleh sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Tutor !!
Romance( C O M P L E T E ) Amaya cuma siswa biasa kelas tiga SMA yang sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir sekolah. Galak, bandel, dan gak suka repot-repot belajar. Meskipun nggak pintar-pintar amat, ia nggak mau mengecewakan keluarganya begitu saja k...