Part 6 - Tentang Status Lagi.

7.6K 568 32
                                    

"Amaya..."

"Nggaaaaakk...!!"

"Amaya, keluar dong. Masa' mau di situ semaleman?"

"Nggak maaauuuu...!"

"Pake baju dulu seenggaknya,"

"NGGAK, nggak mau!!"

"Haishhh... Padahal kamu tadi gak ngelawan, lho."

Keenan menghela nafas bingung, kemudian menggaruk-garuk kepala belakangnya. Ia menatap buntalan selimut di depannya. Di dalamnya adalah Amaya, yang sedang uring-uringan ngambek setelah mereka keluar dari kamar mandi.

Singkat cerita, setelah aktivitas seks mereka malam itu, Amaya merengek pada Keenan kalau pantatnya terasa lengket dan sakit. Pinggulnya pun pegal. Ia bahkan tak bisa berjalan untuk membersihkan diri di kamar mandi. Meskipun begitu, dia tetap kekeuh mau membersihkan sisa-sisa cairan dan keringat di tubuhnya.

Jadi, karena Keenan merasa bertanggungjawab, ia membopong Amaya ke kamar mandi di bahunya, persis seperti karung semen, ke kamar mandi.

Keenan bilang pada Amaya, jangan banyak meronta. Nanti sperma di dalam lubangnya luber. Amaya malu diperlakukan seperti itu. Belum selesai rasa malunya setelah dijamah oleh Keenan tadi, setelahnya ia digendong seperti karung semen.

"Kamu bisa berdiri?"

"..... bisa,"

"Yakin?"

"..... ya."

Ketika diturunkan oleh Keenan dari bahunya, Amaya segera menopang tubuhnya ke tembok dengan tangannya. Tubuh bagian bawahnya benar-benar linu dan sakit. Belum lagi... anusnya. Seperti sehabis dibobol habis-habisan. Tubuhnya gemetaran ketika kakinya menyentuh lantai dan mati-matian berusaha berdiri. Amaya pun menangis.

Kalau dia tahu begini rasanya setelah melakukan seks pertama dengan laki-laki, Amaya ogah melakukannya. Terutama dengan Keenan. Amaya tahu persis kalau perasaannya sudah gak enak begitu dia melihat batang kejantanannya Keenan. Mengapa juga dirinya harus luluh dengan bujuk rayu Keenan yang begitu manis, sih?!

"Nah 'kan, tuh..." ucap Keenan, ia memegangi lengan Amaya dan melingkarkan tangannya di pinggul mungil anak itu. "Saya tau kamu belum bisa... Ayo, pelan-pelan. Saya bantu," katanya. 

Amaya menggeleng-geleng, dahinya mengerut, dan pipinya basah lagi dengan air mata. "Keenan... Nggak bisaa... Ini sakit, Keenan... hik.." isak Amaya pedih. Kedua kakinya gemetaran. Seolah-olah tak sanggup menahan beban tubuh Amaya. Sementara ia menghadapkan badannya ke tembok dan bertopang agar tak jatuh.

Keenan pun tak sampai hati melihat Amaya terisak pedih seperti itu. Ia berusaha keras untuk menenangkan Amaya. Setelah sukses membantu Amaya mempertahankan posisi berdirinya, Keenan segera mengambil pancuran air dari sebelah bathtub. Keenan mengaturnya supaya suhu airnya pas.

"Hik... hik.. Keenaaann..."

"Saya bersihkan, ya, Amaya. Kamu siap?"

"Mmmnnnn..."

Perlahan-lahan, air hangat itu mulai membasahi pantat Amaya, dan mengalir melewati celah-celahnya. Keenan berdiri, lalu menyentuh lubang Amaya perlahan. Ia berbisik pada Amaya agar mengeluarkannya pelan-pelan. Amaya pun menurut. Sembari menggigiti ibu jarinya, Amaya melakukan perintah pria itu. Tentu, dengan dituntun oleh Keenan.

Amaya berjengit ketika cairan merah ikut mengalir dari pantat ke pahanya, sampai mengalir ke lantai kamar mandi. Ia tak tahu kalau ada darah. Wajah Amaya amat merona sampai ke kuping. Ia baru tahu kalau laki-laki pun bisa berdarah di pengalaman pertama mereka.

Mr. Tutor !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang