Part 11 - Dasamuka

6.4K 475 24
                                    

"Ahn! Ahnn! Nnh! Ah, ahh!"

"Keenan, Kee-naannhh! Pe-pelan-pelan aja! Ah!!"

Malam itu, suara desahan dan jeritan Amaya memenuhi seisi unit apartemen Keenan. Anak malang itu berbaring sambil menekuk kakinya, dan kedua tangannya dicengkram erat oleh lelaki yang sedang menggagahinya, ditarik kedepan seraya lelaki itu menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan mantap. 

Beruntung dinding apartemen di sini tebal dan soundproof, kalau tidak, mungkin besok pagi mereka akan dapat komplain dari penghuni sekitar--kalau mereka bisa mendengar suara menggairahkan Amaya saat mereka sedang istirahat.

"Keenannn! Aaaah!" Entah berapa kali Amaya menjeritkan nama Keenan dengan lantang untuk menyuruhnya memberi sedikit ampun, namun laki-laki itu tak menggubrisnya sedikitpun. Ia tetap menghentakkan pinggulnya dengan penuh nafsu, alhasil kejantanannya yang besar dan terasa keras di lubang Amaya menumbuk titik kenikmatannya tanpa ampun.

"KEENAN BESOK AKU SEKOLAAAH AAAAHH!"

Di ambang sakit dan kenikmatan, Amaya kewalahan untuk menanggulangi nafsu Keenan. Tubuhnya menggelinjang tak henti-hentinya saat menerima tusukan berkali-kali dari kejantanan Keenan, sampai rasanya benda keras itu berada di perutnya. Karena refleks, Amaya menekan perutnya untuk mengecek apakah benar benda itu melesak ke rongga perutnya.

Keenan menindih Amaya dan meletakkan kedua lengannya di samping kepala pemuda bertubuh mungil itu. Keenan mengecup dahi Amaya dengan lembut, kemudian tersenyum melihat wajah kekasihnya yang memerah dan bercucuran peluh sembari masih memejamkan matanya. Amaya kelihatan sangat kelelahan, ia bahkan tak ingat sudah berapa kali ia dibuat keluar oleh Keenan.

"Ketika aku lulus kuliah, sebentar lagi," kata Keenan sambil menggerakkan pinggulnya lagi dengan sangat perlahan. "Aku akan ikut pelatihan untuk menjadi dokter,"

"Mm-mmhh... T-terus?"

"Ya, kamu harus semangatin aku terus. Dengan cara begini, misalnya,"

Keenan membalikkan tubuh Amaya seketika, semudah membalikkan telapak tangan. Kini Amaya menungging, mengarahkan pantatnya di depan Keenan. Keenan pun tersenyum lebar dan menampar pantat itu sekali, membuat Amaya memekik kecil dan menggigit bantal yang jadi tumpuannya.

Kejantanan Keenan melesak lagi dengan cepat, tubuh Amaya pun mengejang. Kakinya bergetar seakan ia mau jatuh, namun Keenan menyemangati anak itu dengan menempelkan tubuhnya di atas Amaya, dan mencengkram kedua tangan Amaya. Bibirnya mencumbu Amaya, Keenan pun terkekeh.

"Aku akan biayain kehidupan kamu, May, kalau kamu tinggal di sini," bisiknya di telinga Amaya.

"D-d-dengan apa... Keenan?"

"Hm? Aku punya uang, lebih dari cukup kalau untuk kita berdua,"

"Uang kamu--ah... Sssshh... A-atau uang keluarga kamu...?"

Amaya menolehkan kepalanya untuk menatap Keenan yang sedang terbelalak, kaget karena rupanya Amaya punya cukup keberanian untuk menanyakan darimana uang untuk biaya hidupnya-- namun anak itu segera mengalihkan pandangannya dan tertunduk lagi.

"Astagaa," kata Keenan, kemudian terkekeh setelah lepas dari kagetnya, "Jadi, ceritanya kamu meragukan aku, nih? Aku kan ngajar, sayang. Cukuplah buat jajan-jajan kamu,"

"Bukan gitu maksudnya..." sahut Amaya dengan suaranya yang sudah parau karena kebanyakan mendesah malam ini. Ia menelan ludahnya.

"J-jang-jangan sesumbar mau ngehidupin aku... Nnnhh... Kal-kalau uangnya masih dikasih orang tua..." kata Amaya, tangannya mencengkram erat seprai bantal dan ia kembali menoleh untuk menatap Keenan.

Mr. Tutor !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang