Part 5 - Pertamaku dengan Kau

9.6K 617 39
                                    


"Keenan..." gumam Amaya pelan. Ia menatap isi kotak berwarna merah cerah itu. Pertanyaan demi pertanyaan pun berkelebat di benak Amaya.

Punya siapa ini?

Siapa yang menaruhnya di sini?

Kenapa Keenan memiliki benda seperti itu?

Atau... 

Jangan-jangan Keenan sudah punya anak?!

Amaya jadi murung. Dia menutup kotak merah itu perlahan dan mengembalikannya ke kolong tempat tidur. Menaruhnya se-persis mungkin seperti sebelumnya. Ia pun melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya.

Amaya menghela napas. Meskipun ia berusaha menyakinkan diri untuk tenang saja, pikirannya tetap mengingat isi kotak merah itu. Amaya menyesal membukanya. Namun ia tahu kalau itu risikonya--karena telah sembarangan mengotak-atik kamar orang.

Pokoknya, ia harus biasa saja saat Keenan pulang. Seperti ia tak melihat apa-apa hari ini.

.

.

.

.

.

.

Pukul 6 sore, Keenan belum juga pulang. Amaya melihat ke luar jendela apartemen, siapa tahu ia bisa melihat Keenan datang dengan motornya di luar.

Amaya sudah menyiapkan makan malam untuk Keenan seperti janjinya--untuk membuat makanan supaya dibolehkan menghabiskan weekend di apartemen Keenan. Ia masak cumi tepung goreng dan tumis kangkung saus tiram untuk Keenan malam ini. 

JKLEK!

Amaya langsung menoleh ketika mendengar suara pintu apartemen yang dibuka, ia langsung berlari kecil menghampiri pintu. 

"Keenan!" pekik Amaya senang saat melihat Keenan masuk ke dalam.

Mata Keenan terbelalak melihat apartemennya yang rapi. Apartemennya memang biasanya rapi, tapi ini lebih kinclong. Matanya makin terbelalak melihat Amaya yang sumringah, sambil masih memakai apron masak. Ia pun tersenyum.

"Welcome home, honey-nya mana?"

"Hmmm? Apa? Apa?"

"Nggak... nggak jadi,"

Keenan melepas sepatu dan jaketnya. "Kamu masak? Kalau nggak masak, ayo cari makan di luar," ucapnya sembari melipat jaket. 

"Iih! Jangan. Masak, kok," kata Amaya. "Mau makan dulu? Apa mandi dulu?"

"Mandi dulu," jawab Keenan sambil tersenyum. Ia berjalan menuju ruang tengah dengan Amaya yang mengikuti di belakang. Keenan tak bisa berhenti tersenyum dari tadi. Ia merasa Amaya sungguh imut dengan apron warna cokelat gelap itu.

....


Jadi ini rasanya disambut saat pulang?

....

Amaya kembali ke dapur lagi. Ia ingin menyiapkan teh dingin untuk Keenan nanti. Siapa tahu cowok itu mau, kan? Sehabis lelah-lelah di luar, bukannya paling enak untuk minum yang segar?

"Duh, Amaya," kata Keenan. Ia memeluk Amaya yang sedang menyiapkan pitcher untuk teh dari belakang secara tiba-tiba. "Rajin banget. Kamu bikin apa lagi?"

Amaya tersentak ketika mendapati lengan itu melingkar di pinggangnya. Wajahnya langsung merona merah. 

"Bikin teh dingin buat Keenan..." jawab Amaya pelan.

Mr. Tutor !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang