"Jam terus berdetik, tapi jantungku terasa berhenti berdetak"
Aku berbicara pada malam, tidak ada yang peduli. Aku berbicara pada pagi, tidak ada yang menyapa lagi. Aku berbicara pada siang, kusadari bahwa aku tidak punya hati untuk pulang. Aku berbicara pada senja, sebuah jingga tanpamu, aku kehilangan warna. 24 jam tidak cukup bagiku untuk melupakanmu, 7 hari tidak cukup bagiku untuk menghilangkanmu dari pikiranku, 30 hari tidak cukup bagiku, untuk menangisi kau yang pergi dengan sebuah permisi yang keji. Waktu demi waktu berlalu, jam terus berdetik, tapi sungguh, jantungku seperti berhenti berdetak.
"Aku seperti tidak mau menyerah, walaupun aku sadar 'kita' sudah tidak lagi bisa bersama"
Aku terus memandang ke atas, berharap aku dapat melewati dinding tinggi yang membatasi kita. Aku tidak mau menyerah walau sudah berpisah, kau tahu mengapa?, karna aku masih cinta. Kau berkata "Kita dapat menjadi teman", sungguh aku tidak bisa, karena kuyakin tidak ada wanita yang mampu menahan perasaannya jika selalu bersama orang yang pernah dicintainya. Aku tahu ini bodoh, dan konyol. Aku terlalu cinta, dan kau sedang dalam proses untuk lupa dan mulai mencintai dirinya, aku tahu itu semua. Tapi bukan mengapa, cinta datang tiba-tiba, dan aku tidak bisa menghentikannya ketika kita dulu bersama. Dulu.
"Kau tidak pergi, tapi kau hanya belum kembali, dan kuyakin kau akan kembali, karna kuyakin"
Jika sudah, pulanglah, ke hatiku, tempat seharusnya kau berada. Memang terkesan gila, namun aku tidak bisa menolaknya. Logikaku meronta, namun hatiku meminta. Aku yang mencintaimu setengah mati, apakah kau peduli? . Jika ini salah, tidak apa-apa, aku hanya ingin bersamamu. Jika aku tidak bangun esok hari, apakah kau akan mencari? . Jika waktuku di dunia ini akan habis, apakah kau akan ikut menangis? . Semua pertanyaan kekanak-kanakan itu terus ada di pikiranku. Jelas, aku tidak akan bunuh diri walaupun kehilangan orang terkasih, tapi jika aku hidup namun terasa mati, buat apa juga aku masih di dunia ini? . Aku selalu cemas, bagaimana jika kita tidak bisa kembali bersama lagi, bagaimana jika hal yang selama ini kuyakini pasti tidak akan terjadi, membayangkannya saja aku takut. Kenyataan terlalu keras untuk jiwaku ini, aku ingin terus-menerus menari di dunia mimpi.
"Aku sebenarnya punya siapa?"
Hei, katakan, aku sebenarnya punya siapa?. Aku merasa kosong. Apa hanya karna aku sudah terbiasa 'dimiliki' makanya aku merasa seperti ini. Aku merasa tersesat. Apa hanya karna aku sudah terbiasa pulang ke 'hati' seseorang yang dulu aku kasihi makanya aku merasa seperti.
Air mataku mengalir tanpa alasan yang jelas. Apa hanya karna aku sering dibuat tersenyum oleh 'dia' yang dulu aku tunggu kabarnya, namun sekarang tidak lagi. Terkadang aku ingin menjadi laki-laki, yang cintanya mudah bergonta-ganti, seperti kemarin dan hari ini sudah berganti hati. Bukannya egois, aku hanya kecewa, denganmu. Mengajakku bahagia namun kemudian bersedih. Aku hanya tidak kuasa menagih semua janji yang sudah kau buat dulu. Jangankan untuk menepati, mungkin janji yang sudah kau buat tidak kau ingat lagi. Kau anggap seperti hujan ringan yang datang kemudian pergi. Kurasa, kau menganggap hatiku ini sebagai panggung komedi, yang kau lakoni, dan tertawa sesuka hati."Semuanya akan kembali, seperti dulu, saat kau tidak singgah di hatiku ini"
Perlahan aku terbiasa, menyambut hari yang sunyi tanpa kau yang senantiasa mengucapkan "selamat pagi" . Perlahan aku terbiasa, makan siang sendiri, tanpa kau yang senantiasa menemani. Aku telah menguatkan diriku. Kau mungkin sedang berpindah hati, jadi aku harus kuat manahan perih yang akan kuhadapi beberapa hari ini. Manusia datang dan pergi, sesuka hati, kau juga begitu, pasti. Kusadari, aku tidak terlalu mampu untuk melupakanmu yang sudah pernah menetap di hatiku ini, jadi aku akan sedikit 'membencimu' untuk saat ini. Semua hal di dunia ini saling berelasi. Cinta dan benci. Ingat dan lupa. Menetap atau berpindah. Aku dan Kamu.
"Rasa hening yang melintasi sebuah dimensi pagi ini"
Pukul 06:00 pagi, jelas sabtu kutiada yang menemani, itu sebuah kenyataan yang sedang aku pahami. Aku hanya bosan dengan semua hal yang sedang aku lakukan ini. 'Mood'ku benar-benar seperti orang yang tidak mempunyai tujuan hidup. Terasa ambigu, inilah kekosongan di pagi hari yang sedang alami, dan sedang kubenci. Menghabiskan waktu dengan mendengar semua lagu patah hati. Setiap lirik yang terasa kejam mengiris-iris jutaan lembar memori. Semuanya mulai terasa sedikit berbeda, tidak seperti hari pertama setelah kau pergi. Kali ini perasaanku mulai sedikit terkendali. Walaupun aku tidak siap untuk mencinta lagi, tapi aku tetap harus mencintai diri sendiri. Kukenali kata-kata, jatuh cinta adalah misteri, hari ini, maupun esok hari, tiada yang tahu pasti. Aku seperti belajar ikhlas, seperti Matahari siang ini, berdiri tegak tanpa awan yang menemani, kurasa aku dapat mulai mengambil hikmah dari patah hati.
"Malam mingguku, sedikit terasa abu-abu"
Biasanya pasangan akan berkencan di malam minggu. Dulu aku juga begitu ketika sedang bersamamu. Aku mencoba mengingat sedikit masa lalu. Malam mingguku dulu, sangat tidak terlupakan, rasanya jadi rindu. Ketika petang, aku menunggu, menunggu kau menjemputku. Kita berkeliling kota berdua. Kita menonton film romansa yang terkesan sedikit dewasa. Kita makan malam berdua. Rasanya, pipiku selalu merah merona ketika bersamamu, dulu jelas aku bahagia. Aku ingat, ketika tanganmu menggenggam tanganku. Aku ingat aroma parfummu. Aku ingat, bagaimana berdebarnya jantungku ketika kau mengecup keningku. Aku ingin kembali ke masa itu. Aku bernostalgia, penuh dengan rasa haru hingga lupa waktu. Aku benci malam minggu sendiri disini tanpamu. Lebih tepatnya, aku benci setiap malam tanpamu
4. Malam yang aku benci(tanpamu)
Selesai
Terima kasih sudah membaca, jika terdapat kesalahan kata dan huruf harap tinggalkan komentar, sekali lagiTerima Kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Hari Setelah Kau Pergi Girl Ver.
RomanceSebuah rangkaian aksara dari sebuah hati yang terluka. Mencoba melupakan namun sulit untuk merelakan. Perjalanan dari sebuah luka untuk mengenal bahagia.