Synopsis

7.6K 578 49
                                    

"Kak... carikan Asam mefenamat!!! Sakit banget perut aku!!!" Erang Shinta sambil berbaring menyamping memeluk tubuhnya sendiri. Kedua kakinya menendang selimut dan bantal-bantal hingga terjatuh ke tanah.

Rangga panik melihat adiknya meringkuk seperti kucing kesakitan. "Ya! Ya! Kakak carikan! Tahan dulu, ya... tahan!!!"

Ranggalawe lari meninggalkan rumahnya ke arah pohon besar di ujung desa. Dengan susah payah dia memanjat pohon besar itu lalu mengambil beberapa buahnya.

Setelah mendapatkan buah itu, Rangga tersenyum senang sebelum kembali berlari ke arah salah satu kebun sayur Raden Wijaya, Raja Majapahit. Dengan otoritasnya sebagai kesatria kebanggaan Majapahit, dia dengan bebas memasuki kebun sayur itu. Rangga memetik beberapa buah merah, lalu kembali ke rumahnya dengan raut muka riang.

"HAH? ASAM??? TOMAT???" Mata Shinta melotot melihat Asam Jawa dan Tomat yang diletakkan hati-hati oleh kakaknya di atas meja dekat tempat tidurnya. "Buat apa Kak?"

"Kamu tadi minta kakak carikan Asam dan Tomat kan?" Rangga memastikan.

"ASAM MEFENAMAT KAKAK..." ucap Shinta geram.

"Ini asam. Mefenamat itu buah apa?" Rangga menunjuk buah berkulit coklat yang tergeletak malas di atas meja. Dia menampilkan wajah bingung.

"Asam mefenamat itu nama obat KAKAK... bukan buah... huuu..." Shinta kembali menangis memeluk dirinya sendiri.

Dia bergelung di atas kasur itu sambil terus meratapi diri. Kapan kunjungan ke Majapahit ini akan berakhir? Dia merindukan Ella, Mama, Papa, dan kasur aslinya di rumah jaman modern. Kasur yang ditidurinya sekarang sangat jauh dari kata empuk, apalagi nyaman.

Jalan-jalan ke MajapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang