Setahun berlalu...
[1293]
"Shin! Shinta!"
Rangga memercikkan sedikit air ke muka Shinta.
"Hujan! Genteng bocor!!!" Shinta membelalakkan kedua mata dan berdiri seketika meninggalkan kasurnya yang tidak empuk, lari mengambil baskom lalu meletakkannya di atas bantal bantatnya. Dia mendongak ke langit-langit tempat tidurnya, menunggu tetesan air itu jatuh ke baskomnya.
"Hahaha...! Di luar tidak hujan," ucap Rangga sambil memperlihatkan tangannya yang basah. "Kakak yang menciprati mukamu," jelasnya sambil tersenyum melihat perubahan ekspresi adiknya.
"Kakak... jail! Alay! Ngeselin!" Gerutu Shinta. Dia mengambil kembali baskom itu, lalu meletakkannya ke tempat semula.
Rangga menaikkan satu alisnya, dia tidak mengerti beberapa kata gerutuan Shinta, tapi dia sudah terbiasa, jadi dia tak lagi mempermasalahkannya.
"Kuda-kuda kita butuh makan Shin," ucapnya sebelum keluar dari bilik Shinta.
"Kuda liar cacingan! Makan banyak tapi tetep nggak gemuk-gemuk!" gerutunya.
"Bukan cacingan, kuda Sumbawa memang makan lebih banyak dari kuda biasa. Staminanya juga hebat!"
"Untuk apa kita memelihara kuda-kuda itu, Kak? Aku mulai bosan memegang sabit ini. Tanganku kapalan!"
Shinta sudah terbiasa dengan kehidupan desanya. Dia bahkan sudah melupakan ponselnya, dan tak lagi terlalu merindukan kehidupan modernnya. Dia bahkan menyangka bahwa kehidupan modernnya mungkin hanyalah sebuah mimpi. Inilah dia yang nyata. Tapi walau bagaimanapun, dia tetap merindukan Mama, Papa dan Ella.
"Masih rahasia, Shin," jawab Rangga sambil tersenyum. "Rumput sebelah sana terlihat bagus, ayo kita serbu!" Rangga menunjuk ke arah bukit hijau.
Dengan dengusan kesal, Shinta mengikuti kakaknya membabat habis rumput hijau di bukit itu hingga tak menyisakan satu rumputpun. Bukit yang semula terlihat seperti rumah teletubies itu sekarang hanya terlihat seperti gundukan tanah coklat, tidak menarik sama sekali.
"Shinta... oh Shinta... kau terlihat sangat cantik mempesona dibanding kuda Sumbawa..." Lembu Sora, yang mengaku sebagai paman Shinta datang mengunjungi mereka yang tengah menuangkan rumput ke depan kuda sambil melantunkan sebuah syair yang... aneh. Mana ada wanita yang mau dibandingkan dengan kuda?
"Pantas sampai sekarang paman belum beristri!" gerutu Shinta tanpa mengalihkan perhatiannya dari kuda-kuda di hadapannya.
"Dibandingkan dengan gadis seluruh desapun Shinta tetap yang paling cantik, paman," dengus Rangga tak terima adiknya dibandingkan dengan kuda. "Apa kalian sudah menyiapkan perbekalan kita?" tanya Rangga. Dia memberi kode pada Shinta agar meninggalkan mereka berdua.
Shinta mengangguk setuju. Dia melangkah masuk ke dalam rumah, tapi dia berhenti di balik pintu. Dia menempelkan telinganya ke celah dinding kayu. Penasaran dengan apa yang direncanakan kakak dan pamannya dengan kuda-kuda itu.
"Raden Wijaya sudah menentukan hari penyerangan."
"... hampir selesai."
"... pasukan Mongol akan membantu kita. Jayakatwang pasti tak akan bisa menghalau serangan gabungan kita..."
"... dari segala sisi. ... menggempur benteng timur..."
"Jagalah kesehatan. Inikah kuda-kuda itu?"
"Ya! Aku sudah mencobanya beberapa kali untuk mengelilingi gunung dan bukit-bukit terjal. Kuda-kuda ini sangat cepat dan kuat! Aku yakin kita bisa menang!"
![](https://img.wattpad.com/cover/162139673-288-k851805.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan-jalan ke Majapahit
Historical FictionImajinasi + sedikit mengambil sejarah Majapahit dari berbagai sumber untuk dijadikan dasar. DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI!!! Shinta berusaha belajar Sejarah Majapahit untuk persiapan ulangan minggu depan. Dia yang merasa dirinya pikun, berusaha mel...