PART 3

1K 109 12
                                    

Eun Young merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Rasanya sakit dan pegal. Terlebih lagi bekas luka lehernya.
Bekas luka akibat ulah Jimin. Yah, walau bekas gigitan itu sudah menghilang-menyisakan bekas kemerahan-tetap saja lehernya masih sakit. Eun Young sedikit heran, kenapa luka bekas gigitan itu cepat sekali menghilang.

Eun Young meregangkan otot-ototnya, tubuh itu sangat pegal.
Eun Young menghela nafasnya.

"Kau baik-baik saja?" Eun Young menoleh, menatap pria bermata coklat di sampingnya. Pria itu juga menatap Eun Young.

"Aku tidak apa-apa."

Eun Young masih menatap mata indah pria disampingnya. Matanya seolah tidak mau memalingkan pandangan, hanya ingin menatap visual indah dihadapannya. Sangat nyaman rasanya untuk menatap pria itu, terlebih, sensasi yang diberikan oleh pria bermata coklat itu. Sangat mengagumkan.

Jimin mendengus. "Eun-ya, Jangan berbohong padaku." Jimin menangkup pipi Eun Young dengan kedua tangannya.

Seolah terhipnotis oleh tatapan Jimin, Eun Young sama sekali tidak ingin menjawab. Ia hanya ingin menatap wajah itu. Wajah yang dihiasi bibir penuh nan manis itu. Bibir yang menciumnya kemarin.

Eun Young menggeleng-menyadarkan dirinya dari pikiran yang tidak-tidak.

"Aku tidak bohong." Jawab Eun Young mantap.

Jimin menurunkan tangannya dari pipi Eun Young. Menatap Eun Young dengan tatapan yang susah dimengerti. Jimin berujar "Eun-ya, Kedepannya jangan pernah lagi berbohong padaku."

Eun Young tidak menjawab. Ia Bingung harus menjawab apa.

Ngomong-ngomong tentang panggilan Jimin untuk Eun Young. Panggilan itu terdengar manis bagi Eun Young. Dan juga, rasanya Eun Young pernah mendengar panggilan itu. Tapi, dimana?

Jimin menghembuskan nafasnya pelan. Tangan jimin bergerak membelai rambut hitam legam Eun Young.

Perlakuan manis Jimin membuat jantung Eun Young berdetak lebih kencang. Terlebih saat Jimin menatapnya.

Namun, dibalik itu semua Eun Young menyimpan rasa sakit dihatinya. Bukan, bukan karena Jimin. Tapi karena orang tua Eun Young sendiri.

"Kim Eun Young, apa kau mendengarkan aku?" Ibu Eun Young-nyonya kim- berdiri sambil berkacak pinggang dihadapan Eun Young.

Eun Young mengerjab beberapa kali untuk memfokuskan dirinya.

"Apa kau tidak bisa berbicara hah!?"  Bentak nyonya kim membuat Eun Young menunduk.

Eun Young menoleh-menatap- HyeRi yang mematung. "Masuk ke kamarmu." Bisik Eun Young kepada HyeRi. Gadis itu langsung beranjak menuju  kamarnya.

"Jawab aku anak sialan!" Nyonya Kim menjambak rambut hitam panjang Eun Young, membuat gadis itu mendongak.

Sakit. Eun Young merasakan sakit yang teramat sangat di kepala-karena di Jambak. Eun Young meringis kesakitan. Ini sudah kesekian kalinya sang ibu melakukan hal yang sama.

Ingin rasanya Eun Young menangis. Ia sudah muak.

"Aku sangat muak melihat wajah sialanmu ini. Tapi," Nyonya kim menjeda kalimatnya.

"Kau! Jangan coba-coba untuk bunuh diri!" Nyonya Kim melepaskan jambakannya pada rambut Eun Young.

Rasanya darah Eunyoung telah mendidih di atas kepalanya. Matanya memanas.

"Lalu, memangnya kenapa jika aku bunuh diri!?" Eun Young bangkit dari duduknya.

"Bukankah jika aku mati kau tidak akan melihat wajahku lagi? Bukankah itu bagus?"
Eun Young berusaha menahan agar air matanya tidak merosot turun.

Chaotic! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang