LUGAS
Merasakan jatuh cinta dengan penuh pengharapan kadang berhasil membuat seseorang untuk senyum-senyum sendiri, tak terkecuali Lugas hari ini. Kalimat Alam yang secara implisit mengizinkannya untuk berjuang seperti berhasil lepas dari lalu lintas padat di Jalan raya, melegakan. Ia sudah tidak sabar untuk bercerita panjang lebar dan membuktikan wujud cintanya yang selama ini ia pendam, ia ingin datang kepada Alam dan mengobati lukanya sebagaimana yang selalu ia dambakan selama ini. Tidak jarang ia terpesona akan takdir yang harus dijalani saat ini, terpesona akan nasib yang membersamainya dalam duka mencintai diam-diam, melihati dari kejauhan, cukup menatap sepotong punggung setiap hari dan membaca kata-kata patah hati dari Alam Raya. Selama ini ia terbiasa dengan itu, sedangkan kini ketika ia bisa bercakap dengan sosok yang didambanya sejak dulu itu, rasanya masih membuatnya jengah. Masih tidak percaya.
Mengobrolkan tentang cinta dan hati kepada sosok yang diam-diam disayanginya adalah hal terakhir yang terlintas di benaknya, atau bahkan tidak terlintas sama sekali karena rasanya, kalaupun benar ada, ia ingin mengelompokkannya pada kategori dongeng dan mimpi saja.
Kini dongeng itu muncul ke permukaan seperti bangun dari tidur panjangnya dan membuat Lugas percaya bahwa wujud itu nyata, mimpi itu semakin dekat.
Karena ia tahu bahwa untuk itu semua, ia membutuhkan persiapan sehingga selama tiga hari ini dia sama sekali tidak mengganggu Alam di kolom pesan-nya, ia masih ingin berbenah dan menimbang-nimbang baik dan buruknya, benar dan salahnya. Tapi tiga hari tanpa "mengganggu" Alam kini mulai membuatnya gelisah, berkali-kali ia mengecek gawainya dan memperkirakan kapan ia siap untuk menyapa Alam lagi, kata-kata apa yang baik untuk memulai supaya mendapatkan tanggapan baik dari Alam, topik apa yang seharusnya ia bawa sehingga Alam juga akan tertarik dengan perbincangan tersebut. Lagi dan lagi mungkin Lugas bisa menyebutkan satu persatu apa saja yang selalu membuatnya sebegitu mengatur strategi hanya untuk menarik hati Alam, sampai ia sadar bahwa apapun yang dialaminya selama ini, untuk hanya sekadar menyukai Alam, adalah kegelisahan. Gelisah ketika akan mengirimkan pesan, gelisan ketika akan berkomentar, gelisah harus menjawab apa, gelisah ketika pesannya dibalas dan bahkan gelisah ketika pesannya tidak kunjung dibalas.
Sampai ia sadar bahwa ini salah, membiarkan kegelisahan menguasainya dalam segala hal adalah salah. Bukankah cinta seharusnya membahagiakan?
Ingatannya melayang pada kenangan masa lalu, kenangan yang selama ini ia simpan dan ia intip sekali-sekali, tapi hari ini kenangan itu seperti tercabut begitu saja.
Tentang college crush, cinta pertama Lugas sewaktu masih duduk di bangku kuliah bertahun-tahun yang lalu. Zaman peradaban awal ketika Lugas mengetahui bahwa dirinya menyukai sesama jenis. Satu orang yang bersamanya Lugas bisa bahagia, Ia ingat betul kala itu, di Depok ia seorang diri dan tidak banyak berkawan. Keterbiasaannya melakukan segala sesuatunya sendiri dipupuk sejak saat itu, hingga datanglah dia yang ada di sana untuk menemani. Teman satu jurusan, yang menghabiskan waktu bersamanya hanya untuk mengerjakan tugas, rapat organisasi, main Futsal atau bahkan cuma sekadar keluar makan. Lugas masih sangat ingat ketika perasaannya tertekan oleh cintanya yang tak pernah terungkapkan, tapi bersamaan dengan itu, ia tetap masih bahagia karena seseorang itu melakukan semuanya untuk Lugas dengan sangat tulus. Menemani Lugas ke sana kemari untuk mengurus proposal Kerja Praktek, menemani Lugas sampai larut malam saat Lugas harus mengerjakan proyek akhirnya yang tak kunjung usai sementara semua teman-temannya sudah duduk ongkang-ongkang kaki mnenunggu jadwal sidang. Dan ketika mereka dinyatakan lulus, dia membawa Lugas berkeliling Jakarta dengan motor vespanya, sebuah momen paling melekat bagi Lugas karena saat itu yang ingin dia lakukan hanyalah menghentikan waktu, merasakan betapa dekatnya tubuh mereka, merasakan ritme beraturan yang menggeligis di bawah nadinya. Semua itu membahagiakan. Meskipun cinta itu tidak pernah terungkapkan, mereka juga tidak pernah melakukan hubungan seksual karena Lugas tahu bahwa orang yang dicintainya ini bukanlah pecinta sesama jenis seperti dirinya. Sehingga Lugas rela menyimpannya rapat-rapat di dalam dadanya, berikrar untuk menyimpannya sampai kapanpun. Tak lekang oleh kejadian-kejadian dan fase kehidupan yang silih berganti kini dan nanti, seberapapun orang datang dan pergi dalam kehidupannya, di suatu tempat tersembunyi di dalam relung hatinya, Lugas menyimpan cinta, yang tak terbalas, namun sangat melegakan. Cinta kepada satu nama, yang menjadi password akun twitternya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/159216456-288-k716480.jpg)
YOU ARE READING
Nudimasocist
Любовные романыDamar, seorang arsitektur lepas yang menyukai kebebasan, jauh di dalam lubuk hatinya, menyimpan hasrat untuk merefleksikan makna kebebasan tersebut dengan menunjukkan kesejatian dirinya tanpa perlu batasan busana. foto-fotonya ia unggah di media twi...