DAMAR
Selama hampir dua bulan berjalan, rutinitasnya masih berlangsung sewajarnya, ia kembali merasakan kebebasan tanpa peduli akan masa lalu yang tidak ingin ia ingat-ingat. Di sini, Ponggok kamuntung masih menjadi saksi kebebasan seorang Damar Kencana. Tapi hari ini, ia ingin mengucapkan selamat tinggal kepada singgasananya yang satu ini, karena sesuai keinginannya dulu, ia ingin mencari suaka yang lain demi mengatasi kebosanan serta upayanya untuk mendalami jabatannya sebagai seorang Naturist. Naturist adalah sebutan bagi pelaku Nudisme yang menjalankan aktivitasnya di Alam terbuka.
Sebagai tanda perpisahan, esok harinya, ia bertekad melakukan one week trip di seluruh Jawa untuk menemui teman-teman Naturistnya yang selama ini hanya dijumpainya melalui twitter. One week trip untuk membuka lembaran baru, menghapus kenangan-kenangan pahit di masa lalunya demi kebebasan yang sebenar-benarnya.
LUGAS
Awalnya dia mengira susah, tapi ternyata ia berhasil bangkit dari keterpurukan cinta tak terbalas lebih cepat dari ia bayangkan. Meskipun penyesalan terus membayangi bagaikan burung Nazar yang mengintai bangkai buruannya. Penyesalan itu mewujud lapisan-lapisan yang tak berkesudahan, penyesalan tentang harapannya yang dibuat sendiri, penyesalannya tentang waktu-waktu yang terbuang serta penyesalannya tentang betapa cerobohnya ia berucap cinta padahal umur perkenalan mereka baru terhitung minggu. Aji, yang berada di pulau seberang kala itu menjadi pendengar setia repetan Lugas yang menelepon satu jam penuh hanya untuk marah-marah.
"Gila ya itu orang, sok iye banget. Kalau memang nggak suka sama apa yang gue bilang ke dia, yaudah sih bilang aja kan, nggak usah pakai nge-tweet segala dengan Bahasa dewa sok bijaknya itu. Ngomong yang tahu diri-lah, jangan buang-buang waktu lah, dia nggak mikir apa perasaan gue kalau gue sampai baca?"
"Menurut Lo dia tahu nggak kalo lo bakal baca?"
"Ya tahu banget kali Ji, dia kan udah tahu juga kalau gue suka ngepoin twitternya dia."
"Tapi Gas, lo yakin apa yang dia tulis di twitter itu buat elo?"
"Yakin lah, gue baru ngomong cinta juga semalemnya, nggak dibalas sama dia dan malah nulis begituan di twitter, sakit hati gue Ji. Orang sombong banget kayak gitu."
"Tapi suka kan?"
"Jangan mulai deh ya lo Ji, males gue curhat sama lo kalo lo justru kayak gini."
"Haha bercanda kali bro, ah, lo cranky banget gini sih. Tapi beneran, lo yakin itu tweet ngebahas tentang lo? Lo sendiri kan yang cerita ke gue kalau groupiesnya ada ratusan. Dan asal lo tahu aja sih, gue juga yakin kalau orang kayak dia itu memang punya banyak penggemarnya, dan yang mendekati dia, seperti yang lo lakuin ke dia, itu banyak Gas, BANYAK, dan tentu lo nggak sendirian. Kan lo sendiri yang bilang juga kalau lo nggak mungkin bisa bersaing sama orang-orang itu? Yang kata lo datang dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari yang ganteng banget sampai yang jelata. Dari awal gue juga nggak paham sih kenapa lo harus ngejar-ngejar sosok hantu seperti ini, akhirnya apa? Kalau gagal, lo sendiri yang patah hati dan marah-marah sendiri nggak tahu jluntrungnya begini. Akhirnya ujung-ujungnya nyalahin dia padahal elonya sendiri yang murni merasa tersindir. Nggak adil buat dia kalau lo nyalah-nyalahin dia gini Gas."
"Kok jadi ngebelain dia sih?"
"Loh gue nggak ngebelain dia, Cuman ya, gue mau lo sadar aja. Takutnya ini semua juga buah dari pikiran lo sendiri. Prasangka lo sendiri."
Lugas tidak terima mendengar jawaban Aji yang di luar antisipasinya tersebut. Sehingga selain menggerutu dia hanya bisa melanjutkan dengan. "Yaudah, pokoknya sekarang gue juga tahu kalau apa yang gue lakuin ini semua sia-sia. Benar kata lo."

YOU ARE READING
Nudimasocist
RomanceDamar, seorang arsitektur lepas yang menyukai kebebasan, jauh di dalam lubuk hatinya, menyimpan hasrat untuk merefleksikan makna kebebasan tersebut dengan menunjukkan kesejatian dirinya tanpa perlu batasan busana. foto-fotonya ia unggah di media twi...