Now playing
Love and Hate - BoAMatahari pagi memancarkan kehangatan. Daun-daun bergoyang selaras dengan kicauan burung. Di tengah kota yang ramai ini, seorang gadis berjalan gontai memasuki koridor sekolah. Hari ini hari Senin. Hari pertama Laisya menjadi siswi kelas dua belas. Tahun terakhir dia bersekolah di SMA Diponegoro.
Tinggal setahun lagi masa SMA nya, dan Laisya harus melewati setahun terakhirnya dengan status jomblo, tanpa Aga sebagai pacarnya. Mungkin ini memang rencana Tuhan agar Laisya bisa fokus dengan sekolahnya, agar Laisya dapat mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional dan Ujian masuk perguruan tinggi.
Kaki Laisya melangkah menuju papan berukuran besar didekat kamar mandi putra. Di sana sudah ramai, karena di papan tersebut tertempel pengumuman pembagian kelas.
"Sya, kita sekelas lagi masa?" teriak seorang gadis sambil berlari menghampiri Laisya. Di sebelahnya juga ada seorang gadis yang ikut melangkah memghampiri Laisya.
"Serius, Dre?" Laisya tersenyum sumringah.
"Serius, kelas 12 MIPA 6." jawab Odre antusias. Sedang gadis di sampingnya hanya diam.
"Gue enggak." seru Karin dengan lesu. Wajahnya memancarkan sebuah kekecewaan.
"Yaahh." ucap Laisya ikut-ikutan lesu. "Lo di kelas mana?" lanjutnya.
"12 MIPA 5." jawab Karin.
Laisya tersenyum. "Nggak apa-apa kan sebelahan."
"Tapi gue sekelas lagi sama si anak kadal itu." ucap Karin masih dengan ekspresi yang seperti tadi, lesu.
"Waahh, kalian itu emang jodoh." seru Laisya penuh semangat, diakhir katanya dia terkikik geli.
"Hello! Apa kabar sama lo yang malah sekelas sama Aga? Kalian jodoh?" seloroh Odrey yang membuat Laisya langsung bungkam.
"Sumpah lo, Dre?" ucap Laisya. Ucapan Odre membuat dirinya cukup terkejut, bagaimana bisa dia sekelas dengan mantan pacarnya itu.
Odre mengangguk mantap. Laisya berlari mendekati papan besar, jari telunjuknya dengan cepat menelusuri daftar nama siswa kelas 12 MIPA 6. Shit! Bahu Laisya merosot kala matanya menangkap sebuah nama pada urutan ke lima, Amilga Abinaya Atmajaya.
Baiklah, Tuhan memang sepertinya sedang menguji Laisya. Sepertinya Tuhan membiarkan Laisya pada ketidak fokusannya. Jika hal ini terjadi setahun yang lalu pasti kondisinya akan berbeda. Seorang Laisya yang tahun lalu berharap mati-matian agar bisa satu kelas dengan Aga. Namun sekarang sudah tidak sama, mungkin dua hari yang lalu Laisya masih berharap jika dia akan sekelas dengan Aga, tapi setelah kejadian siang itu, Laisya benar-benar tidak ingin satu kelas dengan Aga. Laisya tidak mau.
• • •
Laisya ingin pindah kelas saja rasanya! Mengapa harus tahun ini dia sekelas dengan Aga? Mengapa tidak tahun sebelumnya saja?!
Laisya menghembuskan nafas kasar saat matanya menangkap seorang laki-laki memasuki kelas diikuti dua temannya yang sedikit sinting itu. Mereka tertawa dan sesekali saling memukul kepala bagian belakang. Mata Laisya tak sengaja bersibobrok dengan pemilik kornea coklat, mata yang dulu selalu menatapnya teduh, mata indah yang sangat Laisya sukai. Enggan rasanya untuk memutus kontak mata, hingga si lelaki lebih memilih untuk memalingkan wajah dan berjalan menuju bangku paling belakang.
Laisya masih tak habis pikir bagaimana bisa berada dikelas bersama Aga, ditambah dua makhluk astral pengintil mantannya itu. Laisya yakin satu tahun ke depan akan jadi masa terburuknya di SMA. Untung saja satu makhluk astral lagi berada di kelas lain, yang tak lain dan tak bukan adalah kelas Karin. Radit maksudnya. Sedangkan Aga, Dika, dan Aldi, sudah pasti akan menjadi penganggu konsentrasi Laisya di kelas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A N T A N
Teen FictionMANTAN Satu kata yang mendefinisikan banyak makna. Satu kata yang membuat kita deg-deg an ketika melihatnya, atau hanya Laisya yang merasakannya. Seperti kebanyakan perempuan yang baru putus cinta, Laisya Kei Ashana belum bisa melupakan mantannya...