10. Insiden

70 4 1
                                    

Cuaca hari ini sedang tidak bersahabat. Awan gelap yang tebal menghalangi matahari yang seharusnya sudah memancarkan sinarnya dengan terang di tengah hari begini. Cuaca yang demikian membuat siswa-siswi di dalam kelas XII MIPA 6 serentak meletakkan kepala mereka di atas meja, terpaan angin yang sejuk serta suasana yang sangat mendukung untuk memejamkan mata.

Setelah penantian yang cukup lama ditemani dengan jarum jam yang seakan mengejek mereka, akhirnya bel pulang sekolah yang dinanti-nantikan terdengar juga. Para siswa langsung membubarkan diri setelah guru pengampu mata pelajaran terakhir meninggalkan kelas mereka. Perlahan-lahan kelas mulai sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang sedang melakukan piket, dan Laisya salah satunya.

Odre yang awalnya ingin menunggu Laisya dan mengajaknya pergi ke tempat les bersama terpaksa harus meninggalkannya karena Laisya yang memaksanya untuk berangkat duluan bersama Karin. Karena melihat cuaca yang semakin gelap, Laisya takut jika nanti keburu hujan dan lagi Laisya harus mengecek ruang UKS terlebih dahulu.

Setelah memastikan bahwa sapu yang Laisya pakai sudah tergantung kembali di tempat semula dengan benar Ia keluar dari kelas bersama dengan Putri yang bertugas mengunci pintu kelas. Laisya dan Putri berjalan bersama menyusuri koridor kelas XII kemudian melewati lapangan futsal yang terlihat lebih sepi dari biasanya karena mungkin para siswa sudah memilih pulang karena takut akan segera turun hujan. Laisya berbelok ke kanan menuju UKS sedangkan Putri berjalan lurus untuk keluar ke arah parkiran.

Sesampainya di UKS sudah ada Fathia yang sedang merapikan bed, Anggun yang sedang menata alat-alat kesehatan yang ada, dan Fera yang sedang sibuk merekap buku kehadiran.

"Hai gais." sapa Laisya sambil meletakkan tasnya di kursi samping Fera, "Sorry yah agak telat, tadi gue piket di kelas dulu hehe." sambung Laisya sambil membuka lemari berisi obat-obatan kemudian menelitinya satu persatu.

"Santai aja, Sya." jawab Fathia sambil lalu sedikit melompat untuk duduk di atas ranjang karena dia sudah beres merapikannya.

Laisya meneliti persediaan obat yang ada di lemari sambil terus mencatat jumlah obat yang masih ada dan yang sudah habis. "emm, ini ada beberapa obat yang udah habis sama persediaannya tinggal sedikit nih." ujar Laisya.

"Udah lo catet kan, Sya?" tanya Fera.

"Udah nih." jawab Laisya sambil mengangsurkan catatannya ke Fera.

"Okay, kalau gitu biar gue aja yang ngasih ke Bu Saras, sekalian kasih rekapan data ini." ujar Fera.

"Wah boleh boleh, makasih banyak ya Fer."

"Siap."

"Eh, kalian kalau udah pada beres duluan aja gih kwburu hujan nanti, gue masih mau rapihin nih obat-obat dulu." ujar Laisya sambil berjalan kembali ke arah lemari obat-obatan.

"Lo gimana? masa sendirian?" tanya Anggun.

"Gapapa ih sanati aja sih."

Dengan berat hati, Fathia, Anggun, dan Fera meningglkan UKS duluan, karena jujur mereka juga takut kehujanan, apalagi Fera harus ke ruang guru dulu untuk menyerahkan rekapan data serta obat yng sudah habis ke Bu Saras.

Setelah menutup pintu lemari obat-obatan, Laisya melirik jam tangannya yang menunjukkan waktu 16.45 yang mana artinya masih ada waktu sekitar 15 sebelum lesnya dimulai. Ia segera memakai jaketnya dan mencangklong tasnya kemudian bergegas mengunci UKS. Sekolah yang biasanya masih ramai di jam seperti sekarang kini terlihat lebih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang melakukan ekstrakurikuler di dalam kelas.

Kaki Laisya berjalan gontai menyusuri koridor yang rasanya begitu sepi dengan langit yang semakin menggelap serta angin sejuk yng berembus cukup kencang. Ketika sampai di dekat parkiran matanya menangkap motor sport yang sangat Ia kenali. Itu motor milik Aga. Tapi, di mana dia sekarang, mengapa dia belum pulang, seingatnya hari ini dia tidak ada jadwal esktra, dan Anya, entahlah, mungkin dia sedang menunggu Anya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M A N T A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang