"Sori ya, Num."
Masih mengunyah makanannya, Hanum balik memandang Sakia yang masih terlihat bersalah. Dia mengambil jus alpukatnya, dan menyedotnya sedikit.
"Duh, Ki. Mau sampai kapan bilang 'sori' terus? Ini udah yang kesepuluh kali, loh."
"Aku masih ngerasa nggak enak sama kamu soal Galang, Num."
Bibir Hanum menyunggingkan senyum. "Aku nggak apa, Ki. Beneran."
Di sebelah Sakia, Ganita yang semula mengaduk es teh, lalu mengempaskan tubuhnya ke badan kursi restoran. Dia menghela napas. "Cowok ganteng nggak jaminan baik dan straight, ya?"
Hanum mengangguk. "Makannya, jangan lihat cowok cuma dari sampulnya aja, Mak." Dia lalu menggigit kerupuknya.
"Iya, Num. Sori." Ganita menunduk sembari memilin jari jemarinya di atas meja.
"Padahal Galang itu, anaknya kelihatan sopan dan ramah. Jadi, aku pikir pasti bakal cocok kalo sama kamu, Num. Tapi nggak taunya, dia malah gay," timpal Sakia, mengembuskan napas panjang.
Hanum hanya menganggukkan kepala. Ganita menegakkan badan dengan cepat, lalu melipat tangan di meja di depan jendela besar restoran yang menampakkan lalu lalang kendaraan dan langit malam cerah.
"Btw, kalo Kenzo kan, kamu tahu dia brengsek karena gebetannya mendadak nyamperin dan akhirnya ketahuan. Kalo, Galang? Tahunya darimana kalo dia gay?" tanyanya dengan mengernyit.
"Oh, iya. Setelah kalian kencan buta dan sebelum kamu bilangin aku kalo Galang itu gay, Galang terus-terusan chat aku. Dia minta nomer adik kamu yang katanya kamu ajak pas kencan buta. Yah, aku nggak kasih. Karena itu kan privasi. Yang jadi pertanyaan, kamu bawa Segara pas kencan buta?" Sakia ikut melipat tangan di meja.
Ganita membulatkan mata ke Hanum. "Kamu ngajak Gara?" Dia menggeleng, tidak percaya. "Emejing! Adikmu itu kan, paling susah kalo diminta nemenin kamu ke mana-mana."
Hanum mengembuskan napas, meletakkan sendoknya di atas piring. "Bukan Gara."
Sakia dan Ganita saling berpandangan, lalu menatap Hanum bersamaan. Ganita mencondongkan badan. "Kalo bukan Gara, terus siapa?"
Hanum melempar senyum kecil. Saat ini, dia tidak ingin memberitahu bahwa yang menemaninya setiap kencan buta adalah Aksa. Ganita dan Sakia belum mengenal Aksa. Jadi, kemungkinan kalau dia bercerita sekarang, Hanum pasti akan ditahan lebih lama lagi di restoran karena rasa ingin tahu Ganita dan Sakia. Hanum lelah malam ini. Rasanya dia ingin cepat pulang ke rumah untuk memeluk kasur.
"Lusa besok, di nikahannya Nisma, aku bakal ajak dia dan kenalin ke kalian," ucapnya, membuat Sakia dan Ganita membeo "dia?" bersamaan.
Lantas, Hanum berdiri. Dia mengambil handbag dan melempar senyum sekali lagi. "Aku balik dulu, ya? Mataku sepet beneran. Nggak sabar pengin tidur. Bye."
Dia pun melenggang setelah melambai pamit pada dua sahabatnya yang masih menampakkan raut wajah penasaran.
-oOo-
Islamic Center dipadati tamu undangan Nismara dan Bimasakti. Aksa yang mengenakan setelan jas hitam, belum apa-apa sudah menyita perhatian cewek-cewek. Melihat tatapan kelaparan dari cewek-cewek tersebut, Hanum hanya memutar mata jengah. Namun mendadak, Aksa mengambil tangannya lalu diletakkan di lengan lelaki itu. Hanum berjengit dan menoleh.
"Aku risih dilihatin mereka," bisik Aksa.
Hanum yang paham lalu mengeratkan genggamannya di lengan Aksa. Cewek-cewek yang tadi memerhatikan Aksa, kini memandang Hanum tidak suka, lantas berbisik dengan kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveisble | ✔️ (Sudah Terbit)
Romance(BEBERAPA CHAPTER TELAH DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN.) Hanum Banowati tak pernah menginginkan pernikahan semenjak kehilangan sosok lelaki yang dicintainya. Hidupnya cukup disinggahi sahabat, keluarga, pekerjaan, dan ... kenangan. Sementara Adh...