19 | Dasi

9.2K 1K 85
                                    

Hanum membuatkan Aksa sarapan. Hitung-hitung, sebagai tanda terima kasih telah dibiarkan tidur di sini semalam. Namun, saat sedang mengaduk susu cokelat, dirinya mendengar suara bel rumah Aksa dibunyikan. Mau tak mau, dia meletakkan sendok dan melesat menghampiri pintu guna membukanya.

Sang tamu ternyata adalah wanita muda berambut panjang cokelat sebahu. Wanita itu memandang Hanum dengan air muka kaget yang kentara. Lantas, mengerutkan dahi. "Ini rumah Mas Aksa, kan?"

Hanum mengangguk. "Iya."

Kerutan di dahi wanita berambut cokelat tersebut bertambah. Ditelitinya penampilan Hanum yang masih memakai celemek dari atas ke bawah sekilas. Kemudian, berucap masih dengan mengerutkan dahi, "Mas Aksa bukannya masih single?"

Seketika, Hanum menghalaukan tangannya, untuk menyanggah. "Eits, jangan salah paham. Kamu temen kerjanya Aksa?"

Hanya anggukkan kepala lesu yang diberikan wanita berblus cokelat di depan Hanum tersebut. Hanum tersenyum dan membukakan pintu lebih lebar. "Ayo, masuk dulu. Aku jelasin di dalem. Biar nggak salah paham."

-oOo-

"Oh, kayaknya emang bener ketinggalan di kantor, Mbak," ujar wanita berambut cokelat tadi yang ternyata bernama Sila. Hilang sudah kesalah pahaman di antara mereka. Dan hilang sudah wajah mendung Sila. Hanum sudah menjelaskan semua.

Hanum mengedikkan bahu. "Aku berharapnya sih, gitu. Kamu sama Aksa satu divisi? Kok berangkatnya bareng."

Sila mengembangkan senyum. "Iya. Nanti malem kan, ada acara makan-makan anak divisi di luar kantor. Nah, aku nggak tau jalannya. Udah lupa sama jalanan Surabaya karena kelamaan tinggal di Sydney. Jadi, aku pengen ngajak bareng Mas Aksa. Biar ditunjukkin jalannya sekalian."

Jelas sekali itu sebuah alasan. Sila bisa menggunakan GPS di jaman secanggih ini untuk mencari jalan. Tapi, Hanum hanya tersenyum. Dia paham. Saat menyukai seseorang pasti dibutuhkan berbagai cara agar bisa dekat dengan seseorang yang disukai itu. Dia bisa melihat Sila menyukai Aksa.

"Berangkat bareng kedengerannya ide yang bagus buat kalian," sahut Hanum pada akhirnya.

Aksa muncul di waktu yang tepat di saat Hanum sudah kehabisan bahan pembicaraan untuk diperbincangkan dengan Sila. Dulihatnya Aksa berjalan cepat sambil sibuk mengancingkan lengan kemeja. Begitu melihat Sila, langkah lelaki itu terhenti. Dan dia terlihat agak terkejut.

Senyum semanis madu, dilayangkan Sila. "Pagi, Mas Aksa."

Aksa melanjutkan langkahnya, mendekati kedua wanita itu yang duduk di sofa ruang tamunya. "Pagi juga. Ada apa, Sil?"

Sila mengaitkan sebagian rambutnya ke belakang telinga saat menjelaskan pada Aksa maksud tujuannya datang ke sini. Hanum mengamati, sepanjang menjelaskan, jemari Sila tidak berhenti saling memilin. Mungkin agak takut bila tawarannya ditolak mentah-mentah oleh Aksa.

Aksa mengancingkan lengan baju yang satunya. "Tapi nanti siang aku ada meeting sama klien di luar kantor."

Sila tersenyum. "Mas Aksa bisa pakai mobilku buat meeting nanti siang. Nggak apa, kok."

Aksa bergeming. Dia lantas setuju. Senyum Sila bertambah lebar. Terlihat sekali dia dihinggapi rasa bahagia berlebih.

Aksa melingkarkan dasi yang tadi dia bawa ke leher. Sila yang melihat itu, lalu berujar, "Aku bantu Mas Aksa?"

Aksa menggeleng. "Oh, nggak usah. Aku bisa dibantu Hanum," ucapnya dengan entengnya.

Hanum mendelik langsung ke arah lelaki itu. Ingin sekali mengumpat rasanya.

Loveisble | ✔️ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang