2.

480 76 28
                                    


Aku memandangi wajah indah Kyungsoo di sampingku. Ia sedang tertidur begitu lelap. Sebenarnya aku tak tega mengatakan ini, Kyungsoo begitu baik dan perhatian. Namun ia bagaikan musuh dalam selimut, sifatnya yang polos bisa saja membawaku masuk kembali ke dalam tempat yang sangat membuatku muak.

Aku memang sangat menyayanginya, ia sahabatku juga saudaraku. Tapi jika dipikir lagi, Kyungsoo mungkin akan membuatku berada dalam masalah. Rasanya sulit untuk membunuh kucing nakal ini, selalu saja ada penghalang. Mungkin Tuhan belum memberinya takdir kematian. Atau mungkin aku harus bermain-main dengannya terlebih dahulu.

Kupukul pelan keningnya agar terbangun, ia mengerjapkan matanya sangat lucu. Kyungsoo menyapaku. "selamat pagi, Minseok. Tumben sekali kau sudah bangun"

Aku tersenyum, "hari ini aku akan membuat sup spesial untukmu. Ayo temani aku!"

Kyungsoo tersenyum lebar, ia lalu mendorongku hingga hampir terjatuh. "hey! apa-apaan ini?! untung saja tidak sampai jatuh! kau ingin aku mematahkan tulang hidungmu, huh??!" ucapku keras. Ini memang sangat menyebalkan.

Kyungsoo menyengir, ia tak menjawab pertanyaanku. Langsung berbalik dan berjalan menuju dapur. Aku kemudian menyusulnya, memukul kepalanya dengan kepalan tanganku. tuk!! "akh! sakit, pendek!!"

Aku tak menghiraukan ucapannya, kurang ajar sekali memanggilku pendek. Tak sadar diri. Tanganku meraih beberapa sayuran di dalam kulkas, memotongnya lalu merebusnya di dalam panci. Bagaimana ya jika aku masukan racun tikus ke dalam sup ini, ah jangan! rasanya kurang jika mati hanya karena racun tikus. Tidak mengesankan. Tidak membuatku puas dan bahagia. Biar saja sup ini aku buat selezat mungkin, sup terakhir yang akan ia rasakan sebelum indra perasanya tak berfungsi lagi. haha.

"kyungsoo-ya! supnya sudah jadi, mana mangkukmu?"

Kyungsoo menghampiriku dengan membawa mangkuk berukuran besar. Ia begitu antusias. Sial.

Kami sarapan bersama, tidak ada percakapan hanya suara kunyahan mulut Kyungsoo yang terdengar. "kau sangat lapar? semangat sekali sih!" ucapku disela suapanku. Kyungsoo hanya mengangguk, terlalu asik baginya hanya untuk sekedar menjawab.

Setelah selesai, Kyungsoo membersihkan lalu mencuci piring. Ia sangat rajin untuk hal itu. Hari ini merupakan hari libur kami bekerja. Aku sudah berencana untuk mengajaknya pergi menonton. Menonton? genre thriller? tentu tidak. Sesekali merasakan nuansa romantis tidak masalah bukan.

Tepat pukul satu siang, kami sudah siap untuk menonton. Popcorn juga soda sudah kami beli. Kyungsoo duduk disebelah kananku. Sepasang kekasih berada disebelah kiriku. Film sudah diputar kurang lebih sepertiganya, ternyata membosankan menonton film romantis itu. Tertawa, menangis, tertawa lagi, ah! bukan seleraku. Tapi biar saja, aku hanya ingin melihat kawanku merasa lebih rileks. Meregangkan otot-ototnya setelah satu pekan bekerja.

Kulirik orang disebelahku, mereka terlihat romantis. Bersender pada kekasih disebelahnya. Dia menonton atau mengumbar kemesraan sih. Norak.

Ingin rasanya kupatahkan leher itu agar selamanya tidak bisa ditegakkan. Sudah bagus bisa tegak, kenapa harus miring-miring seperti itu? dia pikir itu bagus. Yang ada nanti pegal.

Kualihkan pandanganku kembali pada sipendek Kyungsoo, kenapa asik sekali sih. Memangnya film ini menarik? apa mungkin ia sedang jatuh cinta? oh! tidak mungkin.

Kubisikan sesuatu padanya hingga membuatnya menoleh kepadaku, "orang disebelahku sangat menyebalkan, bagaimana jika kita bermain bersama mereka?"

Kyungsoo mengernyit, "apa yang mereka lakukan? membuatmu benci? tapi film ini menarik sekali, belum saatnya kita keluar" ucapnya yang langsung mengalihkan pandangannya ke depan.

Crazy II ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang