9.

175 68 17
                                    

"Hah"

Minseok merebahkan tubuhnya di ranjang, setelah seharian ia melakukan aktifitas yang melelahkan dan menguras banyak tenaganya. Matanya terpejam, mengistirahatkan beberapa organ tubuhnya yang lelah. Angin malam masuk melewati jendela kamar, menghembus menyapa kulit tubuhnya. 

Minseok kemudian mengerjap, disusul dengan mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang. Tangan mungilnya meraih ponsel di dalam saku celana, membuka galeri lalu melihat satu per satu hasil foto dirinya dengan Sehun. Minseok tersenyum tipis, pikirannya membayangkan bagaimana momen manisnya tadi dengan pria kesayangannya itu. Tak munafik jika ia mulai menyukai Sehun, wajah yang selalu menguasai pikiran dan hatinya akhir-akhir ini.

'Sepertinya kau telah berhasil membuatku jatuh cinta, Sehun'

Minseok kembali tersenyum dan larut dalam lamunannya. Tangannya menyentuh kedua pipinya yang merona, sedikit hangat ia rasakan. Entah, Minseok terlena hanya karena sebuah foto.

'Sehun, aku ingin kita berkencan lagi. Aku.. benar-benar jatuh cinta padamu' begitu katanya dalam hati. Jika dibayangkan Minseok kini tengah melompat kegirangan seperti anak gadis jatuh cinta.

Minseok mengalihkan ponselnya pada tombol panggilan, mencari nama Sehun dengan cepat. Setia menunggu panggilan itu tersambung dengan wajah bahagianya. "Hallo" ucapnya semangat.

"ya, hyung?"

"Mmm.. apa kau sedang sibuk?"

"Aku sedang tidur jika kau ingin tahu, ini pukul tiga pagi, hyung"

Minseok melirik cepat pada jam dinding di sisi kanan, benar! pukul tiga lebih dua puluh lima menit. Sial! bisa-bisanya Minseok berbuat malu. "Astaga!! maaf Hunie, aku hanya tidak bisa tidur saja. Lebih baik aku tutup telefonnya ya?"

"Tidak perlu, hyung. Aku tidak keberatan, ada apa?"

"Mmm.. aku hanya ingin menelfon saja, boleh kan?"

"Tentu, kenapa hyung tidak bisa tidur? sedang memikirkan apa?"

"Entahlah, aku tidak tahu. Mm.. Sehun? apa besok kita bisa bertemu lagi?"

"Besok? tentu saja, hyung. Tapi aku harus mengantar Jessica noona ke rumah sakit, kebetulan besok adalah jadwalnya untuk cek up rutin"

Minseok terdiam, mendengar nama Jessica membuatnya sedikit kembali pada masa lalu. Saat gadis itu dapat terbebas dari kematiannya, 'Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, kupikir ini menarik' , Minseok menyeringai, "Sehun, apa boleh aku ikut mengantar noona. Itu pun jika kau mengijinkan"

"Kurasa tidak perlu, hyung. Hanya sebentar, jika sudah selesai aku akan segera menghubungimu"

"Oh begitu ya? baiklah, sampai jumpa nanti, Sehunie"

"Iya, hyung. Selamat tidur"

pip.

Minseok membanting ponselnya ke atas ranjang, tak suka atas penolakan yang baru saja ia terima. Tangannya mengepal, raut wajahnya seketika berubah, "Aku tidak suka penolakan! siapapun itu harus kubunuh!!", Minseok mengerang, suhu ruangan seketika menjadi panas, keringat pun mulai membasahi keningnya, Minseok lalu membuka kaosnya kemudian berjalan menuju dapur.

Tangan kecilnya membuka lemari es untuk mengambil sebotol air dingin, meneguknya hingga botol itu menjadi kosong. Wajahnya masih memerah, dengan cepat ia mengambil pisau dapur lalu mengiris lengannya sendiri.

tes!

Darah menetes ke lantai, giginya ia gertakan kuat-kuat, "TIDAK ADA YANG BISA AKU HANCURKAN!!! AGGRR!!! KEPARAT KAU JESSICA!!", Minseok terus mengulang aksinya, darahnya mengalir begitu saja ke lantai.

"Aku, tak akan membiarkan siapapun yang merusak kebahagianku! siapapun! Bedebah sekali wanita itu menghalangi pertemuanku dengan Sehun!!" mengerang, Minseok mengerang lagi. Gairahnya semakin kuat, menjalar ke seluruh pembuluh darahnya, setiap tetesan darah yang mengalir membuat nafsunya semakin memuncak.

Minseok melempar pisau juga botol kaca itu ke lantai, hingga membuat beberapa pecahan kacanya terlempar ke setiap sudut. Ia berjongkok, mengambil sekeping pecahan itu, mengepalnya kuat hingga darahnya kembali memuncrat. Tak ada rasa sakit, yang ada jiwanya dikuasai hawa nafsu untuk membunuh.

.

Hari sudah pagi, Kim Minseok yang tak tidur sama sekali sedang membalut luka-lukanya dengan perban. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis, membayangkan jika sebentar lagi dirinya akan bertemu dengan kekasih hati. Aneh memang, seketika gairahnya yang panas berubah menjadi rasa-rasa cinta.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang, namun Sehun tak kunjung menghubunginya, padahal ia sudah meminta ijin pada bosnya untuk tidak bekerja hari ini.

Minseok berdecak kesal, sering kali ia mengecek ponselnya, melirik pada jam dinding, menoleh pada jendela, apapun itu. Minseok mulai merasa bosan.

Hingga nada dering ponselnya berbunyi,

"Hallo?"

"Ah, hyung~ maafkan aku, sepertinya kita tidak bisa bertemu untuk sekarang. Mendadak noonaku demam, jadi aku harus merawatnya di rumah. Kau tidak keberatan kan?"

"Oh tentu saja, kau harus mengutamakan noona mu. Baiklah, aku harus melanjutkan kegiatanku, sampai jumpa, Hunie"

"Baik, hyung. Sampai jumpa"

pip.

"sial!", Kim Minseok mengerang. Dengan cepat ia mengambil tasnya lalu bergegas keluar rumah.

Kakinya ia langkahkan begitu cepat, kerutan di dahinya begitu ketara. Hingga tak sadar jika dua orang pria tengah mengikutinya.

Minseok berhenti tepat di depan pintu sebuah rumah tua, mengetuknya dengan tidak santai.

"Oh kau Minseok? kenapa tidak bekerja?" itu Jun, rekan kerja Minseok.

"Aku sedikit tidak enak badan, boleh aku beristirahat sebentar di rumahmu?"

"Tentu, ayo masuk"

Minseok kemudian masuk ke dalam, yang diikuti oleh Jun.

Di tempat yang sama, dua orang pria tadi terus memperhatikan gerak-gerik Minseok. Bersembunyi di tempat yang sedikit agak jauh, "hyung, kita akan memantaunya dari sini?"

"Iya, tetaplah fokus!"

Tiga jam berlalu, namun tak ada tanda-tanda jika Minseok akan pulang. Membuat mereka pun menjadi gelisah, dengan keberanian akhirnya mereka memutuskan untuk mengeceknya ke dalam.

"Ketuk pintunya, Jong!"

"Hyung saja, aku takut"

"Yak!! kau ini seorang polisi!! kenapa takut begitu!!"

"Ba-baik hyung"

Beberapa ketukan, namun pintu itu tak kunjung terbuka. Chanyeol juga Jongin merasa curiga, mengintip pada jendela namun kaca itu tertutup kain, sehingga mereka kesulitan untuk melihat situasi di dalam.

Akhirnya mereka pun memberanikan diri untuk membuka pintu itu, kabar baiknya pintu itu tidak terkunci.

Mereka masuk dengan berjalan pelan juga senjata api yang sudah siap di tangan, Chanyeol memimpin, hasratnya ingin sekali untuk menangkap Minseok.

Namun langkahnya terhenti saat ia melihat pemandangan mengerikan di depannya. Mayat seorang pria dengan kepala yang digantung, juga banyak darah berceceran di lantai.

"Astaga!!" Jongin terkejut, menutup mulutnya dengan tangan kirinya. Bahkan dirinya semakin terkejut karena di samping mayat tersebut terdapat sebuah tulisan pada tembok, tulisan dengan menggunakan darah,

- aku tahu kalian mengikutiku! jangan harap untuk bisa menangkapku, pecundang!-

TBC.

Crazy II ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang