Bersamamu, hal apapun yang kulakukan terasa indah walaupun hanya datang sesaat, kau memberiku kenangan yang begitu berharga
-Arthania-
Sabtu - 07:00
Thania melihat jam weker berbentuk panda di samping tempat tidurnya. Tapi ia malah kembali memejamkan mata sambil mengangkat selimut lalu kembali tertidur.
Sungguh, hari libur adalah hari terbaik sedunia bagi Thania. Karena ia bisa tertidur seharian, ataupun menonton drama Korea kesayangannya, atau pun stalking bias biasnya. Ya, apapun bisa di lakukan di hari libur. Dan hari ini, Thania meneguhkan niatnya untuk tidak beranjak dari kamar apalagi keluar rumah. Ia ingin bersantai dan menikmati me time-nya di rumah.
Tok! Tok! Tok!
"THANIAAA! WOYY!"
Thania yang masih memejamkan mata hanya menutup telinganya dengan kedua tangannya lalu menutupi wajahnya dengan bantal.
"Woy! Bangun kambing! Masa jam segini belum bangun! Emang tadi malem lo kerja lembur bagai kuda? Cepet bangun ish!" pekik Arthur heboh sendiri.
Thania membuka matanya kemudian duduk sila di atas kasurnya, "Apaan sih? Rempong banget lu bang! Lo tau kan ini jadwal me time nya gue? Gue mau tidur! Nanti gue bangun jam 9 bantu bantu mamah, kasih tau aja mamah sisain kerjaan buat gue." balas Thania malas lalu kembali merebahkan diri di kasur kesayangannya.
"Ihh bukan itu koplok! Tuh ada yang nunggu lo di bawah dari tadi, sekarang dia lagi ngobrol sama papah. Cepetan samperin sonoh! Bahaya kalau mama liat, bisa bisa abis tuh dia di bawelin sama mamah." Ucap Arthur sambil membayangkan ketika ia mengajak mantan pacarnya ke rumah sewaktu ia di Jakarta, ih gila. Mama memang menyeramkan—bahkan menurut Thania dan kedua saudaranya, mama lebih menyeramkan dari pada papanya. Mantannya itu diberi berbagai pertanyaan yang menjebak sampai sampai cewek itu pulang dan tidak mau dekat dengan Arthur lagi. Sejak itu, Arthur trauma membawa cewek ke rumah.
"Siapa bang? Cewek atau cowok?" Tanya Thania penasaran.
"Ya cowok lah makanya gue ngomong gitu juga, itu si Rafa. Gue kira dia mau ngajak gue main PS ke rumah Yudith, tapi ternyata dia mau ngajak lo olahraga, katanya mau ngajarin lo basket."
Thania kembali mengingat ngingat, 'hah?ngajarin basket?kapan gue minta diajarin main basket?'
"OHHH, IYAA GUE INGETT!!" pekik Thania membuat Arthur menutup kedua telinganya.
"Bilangin ke dia, gue siap siap dulu, gak bakal lama kok, lagian gue juga gak mau mandi males, cuma cuci muka sikat gigi, hehe. Cepetan kasih tauu!" Ucap Thania sambil mendorong Arthur keluar kamar.
"Iya iya! Biasa aja kali gak usah ngusir juga! Huh! Dasar, untung ade, kalau bukan udah gue lempar ke sungai Amazon!" ketus Arthur sambil turun ke ruang tamu dan menyampaikan pesan Thania tadi.
****
Saat ini Thania sedang berada di mobil, dan setahu Thania ini jalan menuju Puncak, Bogor. Ia sendiri bingung mengapa ia diajak ke sini oleh Rafa. Tapi ia tidak berani bertanya karena sedari tadi mereka berdua hanya diam dan mendengarkan musik dari radio mobil.
"Kita mau kemana?" Ucap Thania penasaran sendiri sedari tadi.
"Puncak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arthania
Teen FictionHanya kisah tentang masa remaja yang dipenuhi berbagai konflik dan kebahagiaan tersendiri. Kisah tentang seorang gadis bernama Arthania yang bertemu dua cowok unik di sekolah barunya. Dua cowok itu sangat bertolak belakang. Dan suatu saat, Thania ha...