Sepertinya lawakan garingku berhasil, sejurus kemudian mulut mungilnya membalas ucapanku.
"Gak cuma aku yang berubah.... kamu juga"
"Apa apaan sama rambut plontosmu?.... kumismu ilang kemana?.... atau apa apaan sama status galaumu yang terus terusan bertebaran di sosmed tiap hari? itu bukan kamu banget...""Aku pesen minum dulu aja deh ya.. kamu mau apa?"
Selorohku mencoba lari dari topik pembicaraan."Cappuccino aja.. ada kan?"
Mocca menimpaliHening masih melingkari kami bedua sekembalinya aku dari bar pemesanan minuman.
Sampai pesanan kami datang, Segelas teh panas, dan secangkir cappucino hangat.
Senyum Mocca kembali tersungging di sudut bibirnya."Kenapa cappucino, kan namamu mocca, kenapa ga moccachino aja?"
ragu ragu kucoba melempar satu topik obrolan padanya"Namaku memang dipilih dari minuman kesukaan ibu, tapi sayangnya ayah payah soal kopi, dan dia gabisa bedain mana cappuccino mana moccachino.. jadi ya gitu deh hahaha..."
"Kamu sendiri kenapa teh? kemana kopi hitam sama setengah sendok gula yang biasa kamu banggain dari smp?"
Kembali aku dihujam pertanyaan, yang sayangnya tidak bisa kuhindari lagi kali ini.
"Gapapa sih... buat variasi aja, bosen juga ngopi terus, lagian kasian petani teh yang uda kerja keras diluar sana kan?"
"Apa hubungannya sih?
jawabnya ketus"Ga ada, sama sekali, sama kaya aku sama dia sekarang..."
"HAHAHAHAHAHA"
kali ini tawa getir kami urai berdua.
Cappucino hangat disesapnya perlahan.
Ketika bibirnya mulai siap siap merangkai kata kata lagi, jantungku sudah sedikit kalut soal apa lagi yang mau di interogasikan padaku.

YOU ARE READING
MOKO
Любовные романыsemoga kali ini saya punya dorongan moral lebih untuk menulis cerita sampai selesai AL - FATIHAH....