Bahkan matahari belum berani menampakkan pijarnya.
Tapi, tempat yang disebut rumah itu sudah terbakar sedemikian panasnya oleh makian dan amarah penghuninya.Hara, sang anak merasa tempat itu lebih tepat disebut ruang penyiksaaan.
Batinnya kian hari kian aus dimakan pertengkaran.
Jiwanya ditanami badai yang kian hari kian berkecamuk dalam dadanya.
menderu, bergemuruh, tetapi Hara melawan untuk mengikuti arusnya.Disambarnya jaket jins hijau tua kumal dengan tempelan patch band band kesukaan Hara. diliriknya jam di tangan, tepat pukul 3 pagi.
"DASAR LONTE!"
"HEH LAKI LAKI GA BERGUNA, MANA TANGGUNG JAWABMU?!"
"haahhhh........"
Hara menarik napas panjang, kemudian menyumpal kedua telinganya dengan hentakan suara Billfold - Abaikan.
Hara tau, headset menjadi satu satunya senjata, untuk meredam kata kata busuk di sekitar medan perang itu.
1 kursi kayu ruang tamu patah sebelah kakinya. ceceran beling mangkok putih berserakan di lantai. dan kedua wajah marah itu dipandangi Hara dengan acuh sembari berlalu tanpa berkata sepatah kata pun.
Entah kemudian apa yang diucapkan kedua wajah marah itu, yang jelas gerakan bibir keduanya ditujukan pada hara yang berjalan melalui dua kutub itu tanpa sedikitpun mimik peduli melewati gawang pintu.
"Sialan, aku masih ngantuk, tidur dimana ya?''
seloroh kecil Hara. yang sejurus kemudian matanya menangkap pesan pada layar ponselnya sedari jam 10 malam tadi.
pesan itu dari Moko
"Hei, tidur?"
YOU ARE READING
MOKO
Romancesemoga kali ini saya punya dorongan moral lebih untuk menulis cerita sampai selesai AL - FATIHAH....