"Nih!" Ayya menerima plastik hitam di tanganya dengan senyum semringah. Ia mencoba mengintip benda bulat berkilauan di dalamnya untuk kemudian tersenyum semakin lebar dengan mata berbinar-binar bahagia."Makasih, Kak!"
Aurora harus menyeimbangkan tubuh ketika Ayya tiba-tiba memeluknya. Adiknya itu memang sangat suka jika dibelikan benda tipis dengan lubang kecil di tengah-tengahnya. Jika ada yang lebih membuatnya senang dari itu, mungkin lebih kepada seseorang yang masih gadis itu rahasiakan.
"Nggak gratis, ya! Kakak harus minta imbalan buat ini." kata Aurora menggoda adiknya. Wajah Ayya langsung cemberut mendengar penuturan itu.
"Kakak, kan udah kerja, jadi bisa beli apa-apa sendiri. Beda sama aku yang masih kelas tiga SMA." Ayya menutup plastik itu agar isinya tetap aman. "Nanti gantinya aku kenalin deh sama temen-temen aku."
"Berondong? Dih, ogah! Buat kamu aja." Aurora bergidik meninggalkan Ayya di teras depan. Ia masuk ke dalam kamar dengan Ayya dibelakangnya.
Saat Aurora duduk di depan meja rias, Ayya memilih membanting bokongnya ke atas kasur. "Temenku banyak, Kak. Nggak cuma sekelas." Ayya menaruh plastiknya dan mulai mengamati kakaknya yang sedang menuang cairan pembersih wajah di atas kapas. "Gimana, mau nggak?"
"Enggak, ah."
"Kakak udah punya pacar?"
Aurora mengangguk masih dengan kegiatanya membersihkan wajah ketika Ayya memekik dan menggeser tubuh untuk lebih dekat denganya.
"Papa pasti nggak tahu!" sahut Ayya memandang Aurora. Kakaknya itu hanya mengendikkan bahu dan bergabung denganya di atas ranjang. Posisi mereka saling berhadap-hadapan.
"Kamu jangan kasih tahu Papa dulu." kata Aurora memperingatkan.
"Kenapa?"
"Nanti aja kakak yang kenalin. Pokoknya jangan kasih tahu Papa sama Mama." Aurora menegaskan sekali lagi. Seperti gelisah jika kedua orangtuanya akan mengetahui.
Ayya mengangguk patuh lalu berganti merebahkan tubuhnya.
"Kak, gimana sih rasanya punya pacar?" tanya Ayya tiba-tiba.
Aurora langsung mencubit hidung adiknya dan ikut berbaring di sisi yang lain. "Belajar yang bener, masih kecil mikirin pacaran. Nggak boleh!"
"Ih, Kakak! Aku kan bentar lagi ujian, terus jadi mahasiswa. Udah gede dong, masa nggak boleh pacaran." rengek Ayya yang mendapat kekehan geli dari kakaknya. "Lagian, aku sebenernya udah punya pacar."
Mendengar itu, Aurora langsung mengangkat tubuh dan menarik tangan adiknya untuk duduk berhadapan lagi. "Kamu punya pacar?"
Ayya mengangguk malu-malu. "Namanya–"
"Ganteng, nggak? Jangan salah pilih, nanti malu-maluin kalau udah jadi mantan."
Ayya memukul lengan kakaknya. "Ih, kakak. Aku kan belum selesai. Dia ganteng, tapi cuek banget, Kak. Tapi aku juga nggak mau kalau mutusin dia."
"Ya jangan diputusin, kan orangnya ganteng." Aurora sudah senang mendengar pacar adiknya adalah cowok tampan.
"Tapi dia cuek banget, kak!"
"Mana coba lihat fotonya?" Telapak tangan Aurora menengadah meminta sesuatu dari adiknya. Ayya yang dimintai foto cuma garuk-garuk kepala.
"Aku nggak punya fotonya. Kemarin aku udah ambil foto dia banyak-banyak tapi tadi pagi malah dihapusin semuanya." Ayya cemberut lagi mengingat kejadian saat Rey yang memaksa untuk menghapus semua fotonya di ponsel Ayya. alhasil, gadis itu ngambek dan menolak panggilan pacarnya sampai sekarang.
"Ya udah, jangansedih. Kan masih bisa lihat orangnya setiap hari." bujuk Aurora yang sudah rebahan lagi. "Mau kakak kenalin sama pacar Kakak?"
"Mauuuuuu!!!" Ayya berjingkat mendekat. Aurora sampai sesak napas dan melepaskan belitan adiknya itu. "Ups, sorry.." gadis itu hanya cengengesan setelahnya.
Aurora menggapai ponsel yang ia letakkan di meja rias kemudian mulai menghubungi seseorang. Saat sudah tersambung, wanita itu menjauhkan layar ponsel yang tengah menampakkan seorang laki-laki berkumis tipis sedang tersenyum memandang layar.
"Hai," sapa Aurora lebih dulu. Orang itu juga membalas sapaan itu tak kalah manis. "Nih, adek aku pengen kenalan." lalu Aurora mulai mengarahkan ponselnya ke wajah Ayya.
Seperti kakaknya tadi, Ayya hanya menyapa singkat lalu laki-laki itu mulai memperkenalkan diri, "Hai, aku Bayu. Nama kamu Ayya, kan?"
Ayya menjawab iya dengan satu anggukan cepat. Aurora yang melihat itu memilih tertawa sambil mengamati.
"Kakak kamu sering cerita, katanya adiknya cantik. Eh ternyata lebih cantik dari kakaknya." Bayu tertawa di dalam kotak itu. Membuat Aurora mencebik dan Ayya nyengir.
"Aku emang cantik kok, Kak. Tapi masih ada yang lebih cantik lagi di rumah kami." sahut Ayya dengan senyuman.
"Hahaha, pasti bukan kakak kamu yang galak itu."
Aurora menyela menatap layar ponsel. "Siapa yang galak?!"
Ayya jadi tertawa karenanya. Dari interaksi itu ia bisa melihat bahwa Bayu adalah pribadi yang menyenangkan. Pembawaanya begitu ceria seolah menebar rasa bahagia pada siapa saja. Hal itu membuat Ayya ikut senang karna kakaknya sudah menemukan orang yang ia cintai. Dan mulai membuat perbandingan dengan sikap Rey yang bertolak belakang dengan Bayu.
"Ra," panggil Bayu saat mereka sudah selesai berdebat. Wajahnya terlihat serius sekali.
"Apa?" sahut Aurora masih tersenyum malu-malu.
Ayya di sebelahnya memilih menjauh. Tapi dia bisa mendengar ketika Bayu mengucapkan, "Aku masih nunggu jawaban kamu."
Gadis berseragam SMA itu memutar kepala ke arah kakaknya. Aurora terlihat sedang menggigit bibir bawahnya. "Bay.."
"Kamu mau 'kan, nikah sama aku?"
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti ✔ [Sudah Terbit]
Romance(Mature romance) Ayya memilih menikah dengan Rey karna calon yang akan dinikahi Rey meninggal sebelum pernikahan. Ayya adalah adik Aurora, kakak sekaligus calon pengantin sesungguhnya. Aurora memilih bunuh diri karna merasa malu dengan dirinya sendi...