Mulutnya kering. Tenggorokannya sakit. Leher Ayya pegal seperti ditempeleng dengan panci. Ketika Ayya membuka kelopak matanya yang terasa sangat berat ia mendapati furnitur yang terbalik. Rupanya ia tertidur dengan mulut terbuka dan kepala bergantung di pinggir tempat tidur, melawan gravitaIa beringsut ke tengah hingga tanpa sadar menabrak sesuatu. Ayya terperanjat. Ia buru-buru duduk dengan kepala pening luar biasa.
"Kenapa bangun?" Rey bersuara serak sambil mengerjapkan mata beberapa kali.
Walau kamarnya selalu gelap, Rey tahu ini belumGadis itu menggaruk-garuk rambutnya yang terasa gatal. Mungkin ia ketombean. Beberapa hari ini ia memang jarang keramas, semoga Rey tidak tahu bahwa ia sangat pemalas.
"Tidurlah." Rey menepuk ruang kosong di sebelahnya. Mengisyaratkan agar istrinya segera berbaring di sana. Ayya menurutinya dengan tubuh terbujur kaku.
Rey menyampirkan lengannya di atas perut Ayya. Membuat wanita itu kebingungan dengan kerongkongan yang semakin sakit.
"Kak," panggilnya. Rey menggumam sebagai jawaban, "aku haus."
Kelopak mata Rey terbuka. Laki-laki itu menarik kembali tangannya dan beringsut mengambil air minum di nakas samping tempat tidur lantas menyodorkannya.
Karna sudah terlampau haus, kurang dari satu menit air itu telah tandas. Gadis itu menarik udara sebanyak-banyaknya ketika selesai memberikan gelasnya.
"Masih haus?"
Ia menggeleng, lalu menguap.
"Aku ngantuk," Ayya menggaruk pipinya sendiri. Gadis itu berencana merobohkan tubuh tapi Rey lebih dulu mengeluarkan suara.
"Jangan minum obat itu lagi." katanya.
"Obat?" Ayya seperti linglung. Ia benar-bemar masih mengantuk, "aku tidak suka obat."
"Lalu kenapa kamu meminum obat tidur sebanyak itu? Apa kamu berencana bunuh diri, begitu?"
Matanya sudah tidak kuat lagi. Ayya merobohkan diri sambil menjawab dengan gumaman, "Jangan marah padaku. Aku sangat takut dengan hantu."
Mulut Rey yang sempat terbuka kembali merapat saat melihat istrinya sudah terlelap. Wajah damai itu sama persis dengan apa yang ia lihat beberapa jam lalu saat ia menemukan Ayya tertidur meringkuk di dalam lemari dengan beberapa bungkus obat tidur di bawah kakinya.
Gadis itu begitu nekat. Rey mampu bernapas lega saat dokter mengatakan jika Ayya tidak dalam masalah seperti overdosis. Ia hanya akan tertidur lebih lama dari kebiasaan sebelumnya. Dan Rey cukup heran gadis itu terbangun dini hari seperti ini.
Akhirnya Rey ikut berbaring dan mengangkat tubuh Ayya agar bersandar di dadanya. Tangannya bergerak mengelus surai lembut istrinya, lalu ia kecupi hingga beberapa kali.
•••
Shalom mengambil alih koper dari kakaknya. Gadis itu terlihat ogah-ogahan saat mengepak barang dan berpamitan dengan kakak iparnya. Entah bagaimana liburannya jadi cepat seperti ini. Mungkin keberadaan Ayya menambah keseruan walau setelah insiden keraton hantu tempo hari, Rey tidak mengizinkan istrinya keluar rumah walau selangkah. Bahkan ia tidak mengajak Ayya ke bandara untuk mengantar Shalom kembali ke jepang siang ini.
"Aku akan cepat lulus dan kembali ke sini." ujar Shalom penuh tekad. Sebenarnya gadis itu masih marah karna Rey tidak mengajak kakak iparnya sebagai hukumannya.
"Kamu bilang ingin kuliah di jepang?" Rey mengangkat alisnya, "Super model and head chef of master?"
Shalom menggerutu sebal. "Aku tidak akan berubah pikiran. Lagipula, ada kak Rega yang siap mengajariku nanti." lalu ia tersenyum lebar tanpa mempedulikan raut wajah Rey yang berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti ✔ [Sudah Terbit]
Romansa(Mature romance) Ayya memilih menikah dengan Rey karna calon yang akan dinikahi Rey meninggal sebelum pernikahan. Ayya adalah adik Aurora, kakak sekaligus calon pengantin sesungguhnya. Aurora memilih bunuh diri karna merasa malu dengan dirinya sendi...