Bagian atas, tengah, bawah, semuanya sudah dicari. Bahkan ia sampai mengeluarkan tumpukan pakaian yang sudah setrika oleh sang ibu. Sayang, hasilnya tetap nihil. Pakaian olahraganya tidak ada di mana pun.
Kok aneh, ya? Apa masih di keranjang baju kotor?
"Ya ampun Yuri!"
Yuri yang mendengar suara pekikan ibunya jelas terkejut, terlihat dari gestur tubuh. Ia lalu menoleh dan mendapati sang ibu sudah berdiri ambang pintu kamar entah sejak kapan.
"Ngapain kamu ngacak-ngacak lemari kayak gitu?"
"Nyari baju, Ma."
"Baju apa? Perasaan tiap habis selesai nyetrika Mama langsung masukin semua bajumu ke lemari, deh."
"Olahraga, Ma. Tadi pas mau dipake di sekolah, kok, ternyata nggak ada di dalem tas."
"Nggak ada gimana? Orang Mama liat pas kamu masukin ke dalam tas, kok."
Mata Yuri membulat. "Jinjjayo?"
"Iya. Yakin 1000%."
Yuri menggigiti bibir bawahnya. Terus ke mana perginya bajuku?
"Mungkin kamu nggak sengaja ngeluarin pas masih di bus karena mau nyari sesuatu."
"Huh?"
"Udah, ah. Mama mau lanjutin nyuci piring," ujar ibunya yang lalu berlalu pergi.
Masa' sih?
📨📨📨
Dengan tergopoh-gopoh, gadis bernama Honda Hitomi itu berjalan di koridor lantai satu. Ke mana lagi tujuannya kalau bukan kelas 1-3, kelas tetangga sekaligus tempat di mana Yuri duduk menimba ilmu.
Begitu tiba di depan tempat tujuan, gadis keturunan Jepang itu langsung melongokkan kepalanya masuk untuk mencari teman seperjuangannya selama masa orientasi dulu. Maklum, ia tidak kenal satu pun penghuni kelas itu kecuali Yuri. Hingga akhirnya, pandangan matanya menemukan sosok Yuri yang tengah duduk di bangkunya dengan kepala tertunduk.
"Yuri-chan!" panggilnya dengan aksen Jepang yang masih kental. Ia memang sudah fasih berbahasa Korea setelah ibunya menikah lagi dengan orang Korea, satu tahun lalu. Namun ia tetap tidak bisa menghilangkan aksen Jepangnya.
Yuri yang dipanggil jelas langsung mendongak. Keduanya matanya tampak berbinar saat melihat Hitomi.
"Hii-chaan!" balasnya sembari menirukan aksen Jepang Hitomi.
"Sini dong!"
Tanpa berpikir panjang lagi, Yuri segera beranjak dan menuruti permintaan gadis bermata sipit tersebut.
"Ikut aku ke toilet, yuk!"
"Oh, kirain ada apa," respons Yuri. "Ya, udah yuk!"
Keduanya lalu berjalan beriringan menuju toilet. Dan tak lama kemudian, mereka pun tiba di tempat tersebut.
Namun bukannya segera masuk ke dalam salah satu bilik toilet segera setelah tiba layaknya orang ingin buang air, Hitomi justru mengecek satu per satu bilik tersebut yang ternyata semuanya kosong. Seperti ingin memastikan bahwa hanya mereka berdua di tempat itu.
"Kok nggak buru-buru masuk?"
"Ssst!" Hitomi yang sudah selesai mengecek lalu mendekat ke arah Yuri yang berdiri menunggu di depan cermin. "Aku ngajak kamu ke sini cuma mau nunjukin sesuatu."
Yuri menoleh. "Apa itu?"
Hitomi pun segera membuka tas punggungnya. "Ini."
Kedua pupil mata Yuri perlahan melebar begitu melihat benda yang disodorkan Hitomi. Pakaian olahraganya.