Euiwoong masih duduk menunggu bus di halte saat ponsel di saku celananya tiba-tiba berdering, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Dengan tergesa, ia pun mengambilnya.
Keningnya mengerut perlahan saat nama Minhyuk terpampang di layar. Tidak biasanya pemuda itu menelponnya. Meskipun begitu, ia tetap mengangkatnya.
"Halo."
"Lo di mana?" Napas Minhyuk di seberang sana terdengar terengah-engah.
"Masih nunggu bus di halte. Kenapa?"
"Ada yang harus kita bicarain."
"Tentang apa?"
"Lo ke restoran Subway dulu, ntar gue susul."
Belum sempat Euiwoong menjawab, Minhyuk sudah mengakhiri panggilan terlebih dulu.
Ada apa, sih?
Setelah memasukkan ponsel kembali ke saku celana, pemuda itu segera beranjak dan berjalan ke depan untuk menyeberang. Restoran Subway yang dimaksud memang terletak di seberang halte.
Saat ia tiba di sana, restoran sedang sepi pengunjung. Hanya ada dirinya dan tiga orang gadis berseragam sama yang duduk di dekat pintu masuk.
Euiwoong tak langsung memilih tempat untuk duduk. Ia terlebih dulu pergi ke counter untuk memesan dua sandwich dan dua cola. Yah, entah Minhyuk akan memakannya atau tidak.
Minhyuk datang tak lama kemudian setelah Euiwoong selesai membayar dan menerima nampan berisi pesanannya. Dengan tatapan mata, pemuda yang lebih tua dua tahun tersebut menyuruh Euiwoong untuk duduk tak jauh dari counter.
"Wung," panggil Minhyuk dengan napas yang masih terengah-engah segera setelah duduk.
"Minum dulu, Hyung."
Minhyuk pun menurut dengan segera meminum cola di hadapannya.
"Jadi, ada apa?" tanya Euiwoong setelah Minhyuk mulai tenang.
"Minju bohong lagi, Wung."
"Soal?"
"Soal dia yang nggak bisa ikut karena ada rapat klub," jawab Minhyuk. "Tadi gue mampir ke klub dance. Di sana ada adik kelas yang juga ikut klub radio. Dia bilang kalo hari ini nggak ada rapat klub."
"Tapi, buat apa dia bohong lagi?"
"Itu dia yang gue pikirin, Wung."
Keduanya lalu sama-sama terdiam selama beberapa saat.
"Hyung, gimana kalo kita coba asumsiin gini?"
Minhyuk memajukan posisi duduk. "Gimana?"
"Kita anggep aja Minju itu pelakunya," ujar Euiwoong. "Untuk kasus pertama. Jadi, saat Yuri dan yang lain pergi ke ruang komputer, Minju pura-pura izin ke toilet. Padahal sebenernya balik ke kelas terus ngambil baju Yuri dan buang ke tempat pembuangan sampah."
"Tapi, kan, dari kelas ke tempat pembuangan sampah butuh waktu sepuluh menit, Wung," ujar Minhyuk. "Kalo dari tempat pembuangan sampah ke ruang komputer yang ada di lantai dua jadi nambah waktu lagi. Guru yang ngajar pasti curiga."
"Asumsikan aja kalo dia bilang buang air besar ke guru. Masuk akal, kan?"
Minhyuk mengangguk-angguk.
"Untuk kasus kedua. Minju pura-pura ada urusan klub padahal dia pergi ke ruang komputer buat ngejatuhin pot. Karena selalu bareng-bareng ke kantin, jadi dia tau kalo Yuri pasti lewat jalan itu."