"Ya! Lee Sian!"
Baru juga Lee Sian ingin mendudukkan diri, namun salah satu teman satu kelas sudah memanggilnya hingga membuatnya menoleh ke ambang pintu kelas.
"Ada yang nyariin lo, tuh, di luar," ujar pemuda bernama Byun Hyunmin itu.
"Siapa?"
"Nggak kenal. Katanya adek kelas," ujar Hyunmin yang lalu melenggang masuk menuju bangkunya.
Kening Sian mengerut. Tidak biasanya ada adik kelas yang mencarinya pagi-pagi. Meskipun begitu, ia tetap beranjak untuk menemui si adik kelas.
Rasa penasaran yang tadi memenuhi rongga dada seketika berganti menjadi kekesalan luar biasa begitu melihat sosok adik kelas yang mencarinya. Bagaimana tidak? Jo Yuri pernah membuatnya dibenci oleh Mark, anak kelas sebelah yang menjadi pujaan hatinya, gara-gara sebuah insiden yang terjadi saat masa orientasi siswa baru beberapa bulan lalu.
"Mau apa lo ke sini?" Sian jelas bertanya dengan nada sewot.
"Em, Su-sunbae ... bo-boleh--"
"Ngomong tu yang jelas! Jangan kayak orang gagu!" bentak Sian.
Yuri yang berdiri dengan kepala tertunduk jelas langsung terlonjak, terlihat dari gestur tubuh. Bahkan Minju yang hanya bertugas menemani pun juga ikut terlonjak.
"Boleh nggak aku nanya sesuatu?" tanya Yuri akhirnya. Tentunya dengan kepala yang masih kepala tertunduk.
"Mwo?"
"Bu-bukan Sunbae, kan, yang nulis itu?"
Kening Sian mengerut. "Nulis apa maksudnya?"
"Pesan yang ditempel ke papan informasi sekolah beberapa hari lalu." Minju yang menjawab.
Sian tampak berpikir, terlihat dari raut wajahnya.
"Bukan, kan?" tanya Yuri lagi.
"Oh!" Sian akhirnya teringat dengan pesan yang mampu menghebohkan seluruh penjuru sekolah dalam waktu singkat itu. "Lo pikir gue gila, ya, sampe nulis kayak gitu?"
Yuri dan Minju langsung menggeleng bersamaan.
"Gue emang ngebenci lo. Tapi sebenci-bencinya, gue nggak akan ngelakuin hal pengecut kayak gitu," ujar Sian. "Gue lebih milih nantangin lo duel di lapangan daripada ngelakuin hal kayak gitu."
Yuri serta Minju tak mampu berkata apa-apa setelah itu.
Sian mendengus sebelum melenggengang pergi.
"Awas lo kalo berani nunjukin muka di hadapan gue lagi!"
Sepeninggal Sian, bahu kedua gadis itu langsung melemas bersamaan dengan desahan napas lega yang keluar dari mulut.
📨📨📨
"Jadi, Sian Sunbae bukan pelakunya?"
Yuri yang berjalan di sisi kanan Hitomi menggeleng atas pertanyaan tersebut.
"Yakin? Siapa tau dia bo'ong?" tanya Hitomi. Saat itu, ia, Yuri serta Minju tengah berjalan menuju kantin.
"Enggaklah. Orang Sunbae sampe marah-marah, kok," jawab Yuri.
"Terus, ada lagi nggak orang yang kira-kira benci sama kamu?"
Yuri tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng. Hal itu langsung membuat Hitomi mendesah pelan.
"Gue nggak mau lagi nemuin Sian Sunbae kayak tadi," ujar Minju tiba-tiba, sekaligus menjadi pengalihan topik.
"Gue juga enggak," ujar Yuri. "Eh, tapi itu ide lo juga, Ju."