Taeyong sakit, sesuai dengan judulnya. Pemuda manis itu nampak tenggelam dalam selimut dengan kepala yang menyembul, memperlihatkan hidung dan pipinya yang memerah. Semua itu akibat kejadian tadi malam. Dan Jaehyun sangat menyesali akan hal itu.
Si manis kali ini tengah memainkan ponselnya, bertukar pesan dengan Seongwoo, Wonwoo dan Ten yang sedari tadi selalu menanyakan keadaannya. Rencananya ketiga sahabatnya itu akan datang menjenguk sepulang sekolah.
Jari-jari lentik nya ia larikan pada tombol yang berada pada samping kepala ranjang. Tombol yang digunakan untuk memanggil bibi Kim yang biasanya berada di lantai bawah.
Tak beberapa lama tampaklah Bibi Kim dengan kemoceng di tangannya.
"Bibi, mau Putty"
"Maaf tuan, tapi Tuan Jaehyun tidak memperbolehkan tuan muda membawa Putty sebelum tuan muda sembuh"
Bibir Taeyong langsung mencebik mendengar penuturan dari Bibi Kim. Dan masalah Putty, dia adalah kucing yang tadi malam menemani Taeyong saat di halte.
Awalnya Jaehyun tidak setuju akan hal itu dengan alasan 'kucing kok melihara kucing'. Tapi dengan wajah Taeyong yang nampak hampir menangis sukses membuat Jaehyun akhirnya luluh dan mengijinkan Taeyong memelihara kucing berbulu abu-abu itu.
"Bagaimana dengan susu Stroberi?" tawar Bibi Kim dan mendapat gelengan keras dari Taeyong.
"Mau Putty!!"
"Tidak tuan"
"Hikss... Mau Putty Bibi!! Mau Putty!!"
Namun isakan Taeyong hanya di balas Bibi Kim dengan pandangan meminta maaf.
"Hiksss..Putty! Hiks..PUTTYYYY!!!" Teriak Taeyong dengan badan yang berguling-guling di atas ranjang.
Melihat itu, Bibi Kim pun langsung keluar Kamar tuan mudanya dan segera menghubungi Jaehyun.
'Halo?'
"Ada Kucing mengamuk tuan! Sebaiknya tuan segera pulang!" seru Bibi Kim.
'apa?!'
"Astaga, Ada Kucing mengamuk dan akan menghancurkan dunia!"
Dan saat itu juga panggilan ke Jaehyun segera di putus oleh Bibi Kim.
Masih terdengar teriakan serta tangisan Taeyong. Memang mengurus Taeyong yang sakit harus memerlukan tenaga ekstra.
Dua puluh menit berlalu dan Bibi kim yang sedang menempelkan telinganya ke pintu kamar Taeyong tiba-tiba dikejutkan dengan tepukan di bahunya. Itu Jaehyun.
'syukurlah pawangnya sudah datang'
" dimana kucing mengamuk nya?!" tanya Jaehyun dan Bibi Kim segera menunjuk ke dalam kamar Taeyong.
Dahi Jaehyun mengkerut namun tetap mengikuti arahan dari Bibi Kim.
Dibukanya perlahan kamar Taeyong, karena demi apapun Jaehyun takut jika tiba-tiba Jaehyun diserang kucing saat membuka pintu kamar.
Namun yang ia lihat saat ini adalah Taeyong yang tengkurap di iringi oleh isakannya. Dan jangan lupakan bantal, guling, serta selimut yang berceceran di lantai.
Mungkin ini yang dimaksud Kucing mengamuk oleh Bibi Kim.
"hey sayang, ada apa hm?" Jaehyun menghampiri kesayangannya lalu duduk disamping ranjang dan langsung mengusak rambut si manis.
Merasa akan kedatangan Jaehyun, Taeyong lantas mendongakkan kepalanya dan menubruk sang dominan dengan pelukan. Mengusak wajah penuh bekas air matanya pada dada bidang milik Jaehyun.
"kenapa hm?" tanya Jaehyun -lagi- saat Taeyong tidak memberi jawaban apapun pada pertanyaannya tadi.
"Hikss.. Mau Putty~" isak Taeyong sembari mengeratkan pelukannya.
"tunggu kamu sembuh dulu, baru boleh main sama Putty"
"Putty Daddyyy.. Hikss.. Putty"
"Iya nanti, nunggu kamu sembuh dulu"
Taeyong menggelengkan kepalanya
"sekarang makan, minum obat terus tidur"
Taeyong kembali menggelengkan kepalanya,
Melihatnya Jaehyun akhirnya menghela nafas pelan. Taeyong yang sakit adalah sebuah ujian hidup baginya.
"Yongie anak pintar kan?"
Taeyong mengangguk,
"kalau pintar harus nurut, kalo ga nurut berarti Yongie anak nakal"
Taeyong mendongak, memperlihatkan bibir tebal dan hidung yang memerah dipucuknya pada Jaehyun. Jika keadaan Taeyong tidak sakit, mungkin si Dominan akan dengan senang hati menggigiti pipi semi gembul milik Taeyong.
"Yongie pintar, Daddy"
"iya Yongie pintar, sekarang makan ya?" bujuk Jaehyun dan dibalas anggukan dari Taeyong.
"disuapin Bibi Kim atau Daddy?"
"sama Daddy" bisik Taeyong kembali menenggelamkan kepalanya pada dada bidang milik si Dominan.
Menghiraukan Bibi Kim yang menggigiti kuku di ambang pintu, sepertinya wanita paruhbaya itu terlalu gemas dengan dua sejoli dihadapannya. Bibi Kim terlalu lemah dengan pemandangan seperti ini.
End...