Sehabis makan malam ayah dan bunda mengajaku untuk berbicara. "ada apa ya? " fikirku masih bingung, kareana biasanya juga sehabis makan malam kami selalu menyempatkan untuk ngobrol santai membicarakan kegiatan ku satu harian.
"Sayang, ayah dipindah tugaskan ke pusat, jadi minggu depan kita sekeluarga pindah. Ayah sudah mengurus semua surat pindah sekolahmu dan rumah baru untuk kita di sana nanti," Ayah berkata sambil tersenyum menatap aku dan bunda.
"Serius ayah," jawabku dengan mata berbinar.
Ayah dan bunda menjawab dengan anggukan bersamaan sambil tersenyum menatapku.
"Aaaaaaaa senangnya..... Ahirnya aku akan tinggal di kota besar," teriakku.
Ayah dan bunda membalas dengan kekehan tawa menatap putri semata wayangnya sedang jingkrak-jingkrak bahagia.
Setelah berpamitan dengan tetangga dan kolega kamipun berangkat menuju kota metropolitan itu. Kami diantar sebagian teman-teman ayah dari kantor lamanya.
Azan isya kami mulai memasuki kota tempat tinggal baru keluargaku. Ku buka kaca cendela mobil yang ada disebelahku. "Selamat datang di kota metropolitan" teriakku. Sementara ayah dan bunda melihatku sambil tersenyum.
Sekitar jam 10 malam kami tiba di rumah baru. Rumah yang tidak terlalu besar, dengan 2 lantai dan terdapat di dalam komplek perumahan yang cukup baik.
Hari senin pun tiba. Hari yang sangat ku tunggu-tunggu, karena aku akan mulai bersekolah di tempat yang baru.
Ayah mendaftarkan aku kesekolah paforit yang tidak jauh jaraknya dari rumah. Pagi ini ayah mengantarku ke sekolah sebelum berangkat ke kantor.
"Ayah sekolahnya bagus banget, makasih ya ayah udah daftarin Nay ke sekolah yang baguuus banget" ucapku pada ayah sambil memuluknya manja.
"Sama-sama sayang, ayah dan bunda akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putri ayah tercinta"
Jawab ayah sambil membalas pelukanku dan membelai rambutku.
"Nay cukup belajar dengan rajin dan mencapai nilai akademik terbaik, itu sudah cukup buat ayah" ucap ayah sambil mengecup pucuk kepalaku.
"Nay masuk dulu ya yah"
Ucapku sambil mencium punggung tangan ayah dengan hikmat.
"Cup," kecupan kecil ku lepaskan ke pipi ayah sebelum aku lari masuk ke sekolah baruku.
Bel berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai. Aku yang sebelumnya sudah ke ruangan tata usaha untuk menanyakan kelas, dan sekarang sedang berjalan menuju kelas bersama bu wahyu walikelasku.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kelas kita akan kembahan murid baru,"
Ucap bu wahyu menyapa kelas ku pagi ini.
"Nah, Nay sekarang perkenalkan dirimu,"
Bu wahyu memintaku memperkenalkan diriku keteman-teman di kelas.
"Hallo, perkenalkan nama saya Nayla Putri Pratama,"
Ucapku dengan gugup karena dipandangi satu kelas. Belum lagi kegaduhan dari para murid laki-laki yang menanyakan banyak hal.
"Nay silahkan duduk dikursi yang kosong di belakang luna ya," pinta bu wahyu sekalian menyudahi acara perkenalan seakan-akan bu wahyu tau kalau aku sedang gugup. Atau memang sangat terlihat kegugupanku.
Aku hanya menganggukan kepala dan berusaha tersenyum untuk menjawab perintah bu wahyu tadi.
Hari petamaku di sekolah baru sangat senang dan gugup. Aku senang karena sekolah ini begitu bagus dengan fasilitas yang lengkap. Aku gugup karena aku belum memiliki teman jadi bingung mau kemana dan bagaimana?
"Hay, namaku Luna," sebuah sapaan yang menyadarkanku dari lamunan.
"Hay," balasku juga pada sapan Luna.
"Kita kekantin yuk," ajak Luna padaku.
Mataku spontan melotot "kantin! " ulangku.
"Iya," jawab luna bingung.
" Memang sudah istirahat?" tanyaku.
"Hallo nona, kau dari tadi ngapain aja sih? Bengong apa belajar? Sampai-sampai bel istirahatpun kau tak dengar," oceh Luna sambil tertawa dan terus menyeret langkah kaki keluar kelas.
Luna anak yang hamble dan ceria, aku bersyukur bisa mengenalnya. Hari-hariku di sekolah baru bisa kulalui dengan mudah berkat luna. Sejak hari pertama kuputuskan untuk menjadi sahabat luna. Dan luna tak menolakku.
"Nay besok kita kerjain PR ini dirumahku ya? Ini alamat rumahku. Sampai ketemu besok ya Nay," Luna mengahiri percakapan kami siang itu karena sudah dijemput.
Karena jarak sekolah dan rumah yang tak jauh ayah membelikanku sepeda mini, jadilah setiap hari aku berangkat dan pulang sekolah mengendarai sepeda miniku. Dan karena itu pula aku disekolah terkenal dengan julukan "Nay sigadis bersepeda mini" walaupun sebenernya disekolahku yang bernama Nay mungkin cuma aku, dan yang naik sepedapun banyak.
Hari sabtu jam 9 pagi, aku pamitan sama ayah dan bunda untuk mengerjakan PR kelompok di rumah Luna. Setelah sebelumnya aku meminta ayah menjelaskan alamat rumah Luna yang ternyata masih satu komplek dengan rumahku hanya beda blok dan ukuran rumah kata ayah.
Ku gowes sepeda miniku menuju rumah Luna.
"Benar kata ayah ukuran rumah di bloknya Luna dua sampai tiga kali lipat dari ukuran rumahku, wah keluarga Luna benar-benar kaya," fikirku.
Ku standarkan sepeda miniku, lalu mulai ku ketuk pintu rumah luna sambil ku ucap salam dan memanggil nama Luna.
"Tok,tok,tok. Assalamualaikum Luna,"
Ku ucapkan untuk kesekian kalinya. "Jangan-jangan salah rumah," fikirku sambil menyocokkan nomer rumah yang luna tulis dengan nomer rumah yang terpampang di depanku.
"Keklek," tuas pintu bergeser berbarengan dengan pintu yang terbuka. Ku lihat ada cowok yang penuh keringat, keluar sambil tersenyum menatapku.
"Apa benar ini rumah luna kak? " tanyaku sambil menunduk karena malu.
"Kenapa kakak itu memandang tampa henti sambil senyum-senyum," bisikku dalam hati.
"Sebentar ya, kakak panggilin lunyanya," jawab kakak itu sambil memegang bahuku.
Sentuhan kakak Luna di bahuku tadi menyadarkanku dari lamunan bodohku.
"Hay Nay, ayo masuk," suara khas Luna melegakanku.
Di ruang tamu ternyata keluarga luna sedang berkumpul.
" Ma,Pa,Kak kenalin, ini temanku Nay," Luna memperkenalkanku pada keluarganya. Satu persatu mama, papa dan kakak luna menyalamiku dan akupun mencium punggung tangan mereka tampa ragu.
"Wah begini ya rasanya kalu tangan dicium istri," goda kakak luna padaku setelah aku mencium punggung tangganya.
Semua pada tertawa kecuali aku yang tertunduk karena malu.
"Ya udah Luna kamu ajak Nay ke kamarmu sana dan kerjakan tugas kalian, dan kamu Dewa jangan menggagu meraka!" kata mama luna untuk mengahiri semua kejahilan kakak Luna kepadaku.
"Oh namanya Dewa." gumanku lirih.
Itu adalah hari pertama aku bertemu dengan kak Dewa.
Bersambung....
*******
❤😘