Part 17

46 4 0
                                    

Hari ini hari terahirku di Jogja. Setelah dari pagi sampai siang kami sibuk mencari batik untuk persiapan pernikahan dan oleh-oleh, ahirnya tiba juga waktunya kami kembali ke Jakarta.

Pakde, bude dan mas Evan mengantar sampai bandara. Aku, mama, papa dan Luna masih asik ngobrol dengan pakde dan bude, sedangkan ditempat yang tak jauh dari kami ku lihat mas Evan dan kak Dewa sedang mengobrol dengan serius. Aku ga tau apa yang mereka bicarakan. Sesekali sudut mataku melihat kearah meraka karena penasaran dengan isi percakapan mereka.

Setelah berpamitan dengan pakde dan bude, akupun berjalan mendekati dua pria tampan itu untuk mengajak kak Dewa dan berpamitan dengan mas Evan.

"Ehm! serius banget, lagi ngomongin apa sih? Sapaku untuk memberitahukan keberadaanku didekat mereka, dan melangkahkan kakiku untuk berdiri di sebelah kak Dewa.

"Kepo dech," mas Evan menjawab sambil mengacak rambutku.

Kak Dewa memutar setengah badannya untuk menghadapku dan memegang bahuku. "Ada apa sayang?" kak Dewa menanyakan maksudku mendekati mereka.

"Udah waktunya kita pulang mas, tu papa dan mama udah nungguin," jawabku sambil menatap wajahnya. Wajah tampan yang selalu kurindukan dan selalu berhasil membuat jantung ini tidak patuh dengan tuannya bila wajah itu manap baik dari jauh maupun dekat.

"Oke, gue pamit ya Van, thanks buat semuanya, " ucap kak Dewa berpamitan ke mas Evan.

"Sama-sama, gue titip tolong jagain adek gue jangan sampai lo buat dia susah atau sedih," balas mas Evan sambil memeluk kak Dewa.

"Nay juga pamit ya mas," ucapku sambil mencium punggung tangan mas Evan.

"Jangan lupa jaga kesehatan ya dek, kalau Dewa macem-macem bilang sama mas, mas ga akan kasih dia kesempatan kedua". Mas Evan memberiku nasehat sambil merenggangkan tangannya dan mendekatiku hendak memelukku. Tapi malah meluk kak Dewa karena kak Dewa yang menyambut pelukan mas Evan dengan menggeser cepat tubuhnya kedepanku. Dan aku hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka.

"Gue ga akan biarin lo peluk-peluk istri gue lagi Van, enak aja lo mau main peluk-peluk, gue aja jarang dipeluk Nay". Kak Dewa ngomelin mas Evan, dan mas Evan hanya tertawa mendengar pengakuan dari kecemburuan kak Dewa.

Jam didinding menunjukan hampir jam sebelas malam. Setelah bermacet macetan di jalan kota Jakarta ahirnya kami sampai di rumah. Karena sudah malam papa dan mama memintaku untuk menginap saja.

Papa dan mama langsung menuju kamar untuk membersihkan diri dan istirahat. Sedangkan Luna sibuk dengan membongkar koper untuk mengecek dan menata oleh-oleh yang dia beli di Jogja. Aku dan kak Dewa mengistirahatakan tubuh di sofa ruang keluarga.

"Mas sana bersihin badan dulu baru nanti istirahat," ucapku meminta kak Dewa untuk membersihkan diri sebelum istirahat ,sambil kurebahkan tubuhku di sofa.

Aku menggeliat untuk meregangkan ototku, "Aaaah kenapa badanku pada pegel semua ya?" aku berkata sambil menyamankan rebahanku.

"Sayang kamu ngapain?" tanya kak Dewa sambil ikut merebahkan tubuhnya juga di sofa yang ada di atas kepalaku dengan posisi tengkurap.

" Rebahan,  istirahat, emang mas lihatnya aku lagi ngapain?" jawabku polos sambil mendongakkan kepala menghadap kak Dewa.

"Mas lihatnya kamu lagi menggoda dan menantang mas," bisik kak Dewa dengan menempelkan bibirnya di telingaku, kontan gerakan bibir itu membuat bangun bulu-bulu kecil di tubuhku.

Setelah mencerna kata-kata kak Dewa, spontan tubuhku langsung terduduk, dan lalu aku berdiri kikuk bingung mau ngapain.

Melihat aku yang kikuk kak Dewa tertawa, dan aku yang masih bengong,  bingung dengan fikiranku. Sampai ahirnya sebuah tangan yang kokoh merengkuh erat pinggan menyadarkanku. "Sayang, begini sebentar aja ya? Mas kangen," bisik kak Dewa sambil mempererat pelukannya.

Lama kami saling diam menikmati pelukan itu tampa sedikitpun kata yang kami ucapkan.

Sebenarnya aku sangat mengerti apa yang kak Dewa rasakan karena aku juga merasakan rasa itu. Rasa rindu yang tak pernah terpuaskan meski kami tiap hari bertemu, meski kami baru saja satu menit terpisah, rasa rindu ini selalu muncul lagi dan lagi. Mungkin ini juga termasuk sifat tamak manusia yang selalu digoda oleh setan. Ya rasa rindu yang tak terpuskan karena menuntut lebih dan lebih. Sehingga banyak orang yang terjerumus dengan dalih cinta.

"Mas, aku mau mandi dulu lalu istirahat," ucapku setelah melepaskan diri dari pelukan kak Dewa. Dan aku langsung melangkahkan kakiku tampa menoleh dan tampa persetujuannya.

"Maafkan aku mas, aku tidak mau terjerumus dalam kubangan dosa yang diciptaka setan dengan alasan cinta, terlalu jauh. Tunggulah sampai kita halal nanti, karena jika saat itu tiba semua yang ada pada diriku akan jadi milikmu utuh". Ucapku dalam hati.

Bersambung....

❤😊

First Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang