Setelah membersihkan diri, kulangkahkan kakiku menuju lemari tempat handuk yang berada di dalam kamar mandi hotel.
Aku jadi teringat bisikan Luna yang sambil senyum-senyum tadi sebelum kami berpisah."Nay, aku udah siapin baju ganti di dalam lemari yang di kamar mandi, aku baikkan? Aku tau kamu pasti akan malu untuk ganti baju di dalam kamar, kan kak Dewa udah pasti gak mau keluar kamar walau kamu meminta karena itu adalah kesempatannya buat nerkam kamu," senyumku mengembang mengingat kebaikan sabahatku, dan bisikan kata terimakasih tampa sadar terucap di hatiku untuk sahabat sekaligus adik iparku itu.
Ku buka lemari, ku cari baju yang sudah disiapkan Luna. "Luna.....!" teriakku kesal ketika melihat baju apa yang sudah dia siapkan. Buru-buru kutarik lagi ucapan terimakasih dan sahabat terbaik tetap dari dalam hati.
"Tok, tok, tok, sayang kamu kenapa? Apa Luna ngerjain kamu? Mas Dewa bertanya sambil mengetuk pintu kamar mandi setelah mendengar teriakanku yang meneriaki nama Luna.
Ahirnya aku keluar kamar mandi menggunakan kimono handuk. Ku lihat mas Dewa telah rapi menggunakan baju koko dan sarung, bahkan mas Dewa telah menggelar 2 sajadah untuk kami sholat berjamaah.
"Hehehe gak ada apa-apa kok mas," jawabku sambil melangkah mendekati lemari untuk mengambil baju tidur.
Ku tutup kembali pintu lemari pakayan itu tampa mengambil sepotong bajupun dari dalamnya.
"Sayang ga ganti baju dulu? Mama sama Luna udah masukin semua baju ganti kita ke dalam lemari," mas Dewa bertanya heran melihatku yang menutup lemari tampa mengambil sepotong bajupun.
"Nanti aja mas ganti bajunya setelah kita selesai sholat," jawabku sambil menggunakan mungkena ke tubuhku.
Setelah selesai sholat isya dan sholat sunnah 2 rokaat secara berjamaah, mas Dewa membacakan do'a dan meniupkannya ke pucuk kepalaku dan akupun mengamini semua do'a mas Dewa dengan hikmad.
Selesai merapikan peralatan sholat, kulangkahkan kakiku lagi menuju lemari pakayan dengan langkah pelan-pelan karena aku bingung mau bagaimana?.
"Mamaaa, Lunaaa kemana semua baju yang sudah kusiapkan di dalam koper kemarin? Kenapa semuanya berubah menjadi lingerie?" aku berteriak dalam hati.
"Sayang kenapa bengong aja di depan lemari?" Tanya mas Dewa sambil memeluk pinggangku dengan erat.
Melihatku yang masih bengong karena bingung, mas Dewa mengangkat tubuhku menggendongnya dan meletakkan tubuhku di atas pembaringan berukuran king size dengan taburan kelopak bunga mawar merah di atasnya.
"Apa baju-bajunya ga sesuai dengan seleramu sayang?" tanya mas Dewa sambil menyingkirkan anak rambut dari wajahku.
"Bukan begitu mas, tapi baju-baju yang di dalam lemari itu bukan bajuku, karena isi lemari itu selain baju-baju mas sisanya hanya lingeire, dan itu bukan bajuku Mas, " jawabku malu sambil menutupi wajahku karena malu membayangkan aku memakai lingerie itu di depan Mas Dewa.
"Sayang, udah ah ngebahas bajunya, malam ini mas mau meminta hak mas sebagai suami boleh gak?" bisik mas Dewa di telingaku pelan dengan nafas yang mulai memburu.
Mas Dewa mengecup keningku, lalu turun mengecup ke dua mataku, lalu turun lagi mengecup pucuk hidungku, lalu mulai mengecup bibirku dengan bibirnya yang lembut dan hangat.
"Sayang, boleh ya? Mas janji akan pelan-pelan agar kamu tidak terlalu sakit. Kalau kamu merasa sakit bilang ya sayang?" Mas Dewa bertanya padaku setelah melepaskan pagutan kami dan meminta haknya sebagai suami.
Ku anggukkan kepalaku sambil tersenyum walau sebenarnya aku sangat tegang dan gugup.
"Jangan takut ya sayang? Mas akan melakukannya senyaman mungkin dan mas mulai kecanduan nih sama tubuhmu," bisik mas Dewa sambil mencumbuku.