9. Am I In Love With You?

3.9K 525 39
                                    

Suara decitan ranjang besar Daniel beradu dengan suara hentakan kulit dan geraman kasarnya, tubuh Jihoon benar-benar memabukan, selalu membuatnya tersihir ingin menyentuhnya lagi dan lagi.

Jihoon dibawahnya dengan wajah merona cantik terpejam,  bibirnya setengah terbuka untuk mengambil nafas dan mendesah menyebut namanya.

Daniel kembali mengehentakan miliknya lebih keras. Bayangan senyuman manis Jihoon kearah Seongwu benar-benar membuatnya gila.

Persetan dengan meeting pagi ini.

Daniel harus membuktikan hanya dirinyalah satu-satunya pria yang bisa membuat Jihoon tersenyum secantik itu mulai saat ini. Dikulumnya bibir Jihoon, melumatnya keras dengan lidah menulusuri setiap jengkal kehangatan didalam Jihoon.

Daniel mempercepat tempo pergerakan pinggulnya, membuat Jihoon kembali menjerit dengan nafas tersengal meremat rambut yang sudah ia tata sedari tadi dengan gel.

"Jangan tersenyum seperti itu lagi didepan pria lain" bisik Daniel ketika mulai memperlambat gerakannya menikmati setiap detik sensasi panas yang membakarnya dari penyatuan tubuh mereka.

Jihoon membuka matanya dan menatapnya sayu "aku.. nghhh-" Daniel menekan miliknya lebih dalam "- aku tak bermaksud mengodanya niel sungguh" bisik Jihoon suara pemuda itu mulai serak karena hampir tiap hari Daniel membuatnya menjerit, mendesah, dan melengguh setiap ada kesempatan.

"Kau milikku.. Kang Jihoon, Jangan lupakan itu" bisik Daniel ditelinga Jihoon.

Jihoon mengangguk.

"Kau juga milikku kan?" Tanyanya dengan wajah sayu.

Daniel tersenyum tipis.

"Tentu saja kau istriku, kau pemilikku sekarang!" Tegas Daniel diakhiri dengan sebuah tanda keunguan di leher Jihoon dan gerakan tubuhnya yang semakin cepat namun teratur.

Jihoon klimaks.

Dengan sekali hentakan Daniel mengeluarkan cairan hangatnya kedalam tubuh Jihoon yang panas.

Kali ini tanpa pengaman.

Daniel akan benar-benar akan menyerahkan semuanya pada Jihoon.

-

-

-

"Maaf bila aku semalam bersikap seperti bajingan padamu" bisik Daniel parau pada Jihoon yang berdengung nyaman dalam pelukannya. "Aku hanya khawatir ditinggalkan - aku selalu takut ditinggalkan karena setiap aku jatuh pada seseorang, orang itu pasti akan pergi" guman Daniel.

Jihoon mendongkak menatap mata Daniel yang biasanya kelam dan tajam kali ini terasa lebih sayu dan  terluka.

"Tidak ada yang akan pergi lagi niel" bisik Jihoon mata galaksinya masih menatap wajah Daniel jemari bulat Jihoon menyusuri setiap pahatan diwajah tampan pria itu. "Aku belum ada alasan untuk meninggalkanmu, dan ku harap kau pun begitu" bisiknya diakhir sebuah kecupan didada telanjang Daniel.

Daniel memeluk tubuhnya erat tanpa mengatakan apapun. Jantung keduanya berdebar kencang dan jihoon bisa merasakan wajahnya merona.

Jihoon memperhatikan Daniel yang turun dari ranjang mereka menuju pintu luar, dan kembali beberapa saat kemudian dengan dua gelas wine. Jihoon menerimanya satu dan mulai menyesap minuman itu. Pikirannya seketika kalut dengan kemungkinan apakah sekarang ia mulai jatuh cinta pada sosok Kang Daniel.

"Daniel.."

"Hngg?"

Jihoon menoleh menatapnya dengan wajah memohon " aku ingin bekerja, aku bosan hanya berdiam diri dirumah ini tanpa melakukan apapun" bisik Jihoon.

Terdengar geraman Daniel.

"Aku masih bisa membiayaimu" ketusnya.

"Aku tahu niel.. aku hanya-"

"Jangan diteruskan Ji, aku tak ingin istriku bekerja sudah itu lebih dari cukup Nyonya Kang!"

Jihoon mendelik kesal.

"Aku pria!"

"Aku tahu, tapi kau tetaplah istriku, aku dominanmu dan kau harus mengerti itu!" Tegas Daniel yang membuat Jihoon terdiam seketika.

Perasaan Jihoon sedikit terluka.

Jihoon hanya menunduk sesaat lalu menaruh gelas wine disamping nakas, beranjak bangun dari ranjang itu memamerkan kulit polosnya menuju kamar mandi tanpa menoleh kearah Daniel yang kaku seakan menyadari kesalahan ucapannya tadi.

Sarapan yang lebih tepatnya makan siang bagi keduanya kini terasa semakin sunyi.

Jihoon lebih banyak diam dan Daniel enggan bersuara. Hanya suara sendok dan piring yang bergema diruang makan mewah tersebut. Daniel sekilas melirik Jihoon, pemuda itu bahkan tak bisa menyembunyikan kekecewaan diwajah manisnya kali ini.

Daniel mengusap wajahnya frustasi.

"Jihoon.." ucapnya selembut yang ia bisa.

Jihoon menoleh dan menatapnya seperti balita yang tengah dihukum oleh ayahnya.

Daniel mengumpat didalam hati menyadari betapa mengemaskan sosok dihadapannya itu.

"Maafkan aku lagi Ji, aku memang tak bisa mengontrol ucapanku" lirih Daniel dengan satu tangan mengenggam jemari Jihoon.

Jihoon mengangguk.

"Tak apa"

Suasana kembali terasa dingin.

TBC

Bunda Loves You 💋

Authorside : update bulan depan lagi setelah view Dynasty nyampe 1K /slap/

DY[NASTY] (COMPLETE ✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang