4. Pertemuan

202 58 26
                                    

*Budayakan baca bismillah. budayakan vote dan komen yoo*

don't be silent readers~♡♡♡

****

Part 4

Ketiga gadis itu membeku seketika. Pria tampan yang merupakan guru baru mereka menghampiri ke arah tempat gadis itu duduk. Entah apa yang dilakukan Cahya, ia mencoba menyibukkan diri memainkan smartphonenya padahal tak ada berita penting.

"Assalamualaikum. Bisa saya duduk disini dengan kalian?" ucap Pak Boy dengan sopan

"Waalaikumsalam. em iya pak silahkan" kata Lidya mempersilahkan Pak Boy duduk.

Pria itupun mengambil tempat duduk tepat di sebelahnya sanah. ia segera memesan makanannya sendiri. suasana menjadi sangat canggung. Anak-anak yang ada disekitar kantin berbisik-bisik, mata mereka melihat sinis kearah tiga gadis itu.

Pak Boy yang merupakan guru baru memang sudah popular sejak ia datang seminggu yang lalu. Banyak yang naksir padanya, bahkan ada yang menyatakan cintanya.

Ketiga nya masih diam membisu, sesekali mata mereka saling bertatapan, mengisyaratkan sesuatu yang tentunya membuat pria itu sedikit bingung. Terutama Cahya yang berpura-pura menyibukkan dirinya sendiri, padahal tak ada berita penting.

Beberapa menit kemudian pesanan mereka telah datang. Mereka segera menyantap makanannya masing-masing.
Suasana itu masih tetap canggung tak ada yang berani membuka mulut.

"Kok pada diam? Apa kalian tidak nyaman jika saya berada disini ya?" kata Pak Boy berusaha memulai pembicaraannya.

"Yailah pak kan kita lagi makan, masak bicara sambil makan sih" kata Cahya dengan sadis padahal ia tak bermaksud berkata seperti itu.

"Ihh Ca ga boleh kek gitu, Pak Boy kan guru baru disini jadi kita harus memperlakukan dan menghormatinya" kata Lidya sambil menyenggol lengan Cahya.

"Sudah-sudah ga apa-apa kok. Maaf ya kalau sudah menganggu kalian" kata nya berusaha untuk tetap ramah

"Em maaf pak. Cahya emang gitu orangnya pak" kata Lidya yang sedikit mengejekku

"Ohh Cahya ya namanya. Senang bertemu denganmu Cahya"

Cahya hanya tersenyum. Ia tak sanggup lagi untuk berada disitu. Setelah makanan mereka habis, mereka segera beranjak dari tempat duduk dan membayar makanannya.

"Pak kami duluan dulu, mau masuk kelas soalnya" kata Lidya yang berusaha tersenyum lebar.

"Oh iya dek, sampai ketemu nanti yaa" balas Pak Boy dengan ramah.

Setelah meninggalkan Pak Boy sendirian di kantin, Cahya merasa sangat lega sekali akhirnya yang ditunggu-tunggu bisa keluar juga dari sana. Mereka sudah sampai dikelas. Lidya dan acahya duduk secara terpisah, karena ada yang ingin mereka ceritakan dan gak ingin sanah mendengarnya.

"Ca kamu kenapa sih tadi begitu sama Pak Boy? Padahal dia baik banget, ganteng dan sopan juga, eh malah kamu sadisin dia" ucap Lidya ke sahabatnya dengan agak kesal.

"Habisnya aku gugup banget tadi itu Lid. Gak tau mau ngomong apa, ya jadi kata-kata itu yang keluar deh. Aku menyesal juga sih soal tadi" kata Cahya agak mendesuh kesal.

"Kayaknya kamu harus minta maaf langsung deh sama dia. Kasihan dia mungkin dia pasti terluka sama perkataan mu tadi Ca"

"Iya iya aku mengaku salah ko Lid. Tapi aku.."

"Tapi apa Ca? tenang pasti aku bantu deh"

"Ahhh makasih banget. Kamu memang sahabat terbaikku Lid. Umuachh." kata Cahya agak lebay sampai membuat Lidya muak melihat tingkahnya yang sok imut itu.

****

Pelajaran hari itu telah selesai. Begitu pun juga dengan permasalahan yang tejadi di kantin sekolah. Cahya memutuskan untuk minta maaf pada 0ak Boy karena merasa bersalah, seharusnya ia tak berkata seperti itu pada guru termasuk sosok pria seperti yang ada dalam mimpinya itu.
Setelah sekolah sudah terasa sepi Cahya dan Lidya pergi menemui Pak Boy di ruangan guru.

Semua guru nampaknya sudah pulang kerumah masing-masing. Hanya tersisa Pak Boy yang tengah duduk didepan mejanya. ia merapikan atas meja nya dengan rapih, bergegas pulang kerumah. Cahya dan Lidya menghampiri gurunya itu.

"Assalamualaikum pak" kata Cahya memberikan salam kepada Pak Boy dengan agak gugup.

"Waalaikumsalam.? Kenapa masih disini? Kenapa belum pulang?"

"Eh anu pak. Teman saya ingin bicara dengan bapak. Aku keluar dulu yaa biar nyaman bicara nya" kata Lidya berbisik pelan ke arah Cahya.

"Ihh Lid, Lidya!!." teriak Cahya yang memanggil Lidya sudah beranjak pergi dari tempat mereka bicara.

Suasana sempat hening, kegugupun mulai menggorogoti tubuh Cahya. Tubuhnya terasa sulit beranjak dari tempat itu. Cahya terdiam sejenak dan akhirnya memantapkan diri untuk membuka pembicaraan mereka.

"Emm begini Pak, Cahya mau minta maaf soal di kantin tadi. Maaf kalo perkataan Cahya menyinggung perasaan bapak."

"Ohh soal yang tadi. Gak apa-apa kok dek, saya bisa memaklumi itu"

"Ohh iya Pak, terima kasih kalau begitu saya pamit dulu" kata cahya dengan buru-buru meninggalkan Pak Boy.

Pak Boy hanya tersenyum melihat tingkah lucu Cahya yang menggemaskan itu. Ia berlari seperti dikejar-kejar anjing gila.

"Ehh ehh kenapa lari-lari sampai segitunya Ca?" kata Lidya agak khawatir dan kaget melihat tingkah sahabatnya itu.

"Udah ah kita pulang aja Lid. Nanti aku whatsapp kamu. Aku ceritain yang terjadi di dalam"

"Yaudah kita pulang aja yukk cuss"

****

Cahya sudah sampai didepan rumahnya. Jarak rumah cahya dan Lidya tidak terlalu jauh, Cuma beda sekompleks saja. Hampir setiap hari mereka pulang bersama, kecuali jika ada kegiatan sekolah pasti Cahya hanya pulang sendirian.

Lidya selalu mengantar Cahya pulang kerumah lebih dulu, karena sifat Cahya yang agak penakut untuk pulang sendirian.
Cahya segera masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk membaringkan badan di atas kasur empuk favoritenya.

"Assalamualaikum, Cahya pulang ma" ucapnya sambil mencium tangan ibu

"Waalaikumsalam, putri mama sudah pulang ternyata. Kenapa pulangnya telat sedikit Ca?"

"Tadi itu Cahya lagi singgah dulu di toko buku ma bareng Lidya, jadi agak telat deh sampainya" terang Cahya membohongi mama

"Ohh Lidya anaknya tante mona itu?"

"Iya ma, masa mama gak tau sih"

"Haha iyaiya mama tahu kok. Apa sih yang gak mama tahu, kecuali kamu ga cerita sama mama"

"Hehehe. Cahya masuk kamar dulu ya ma"

"Iya sudah masuk saja dan istirahat ya"

Cahya sengaja bohong sama mamanya, ia gak berani nanti harus cerita bagaimana. Ia mengurungkan niatnya itu. Mungkin disaat yang tepat ia akan cerita semuanya.

To be continue

***

INFO!!
Jangan lupa vote dan komen yaa setelah dibaca^^
nantikan setiap part nya.
kalo ga ada halangan aku bakal update seminggu sekali yaa
vote nya jan dilupain biar tambah semangat lanjutin nya. hihihi

Salam.
AUTHOR YANG MANIS.

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang