Part 12 : Hari Pekan (2)

38 3 0
                                    

Happy Reading..
Mohon maaf apabila ada typo yang sering bertebaran.

Hari itu Boy membuat suasana semakin panas. Wajar saja, penampilan nya siang ini bak seorang Oppa Korea, rambut yang di tata rapih di biarkan berponi memperlihatkan jidatnya yang mulus, mengenakan kameja kotak-kotak, bagian lengan di gulung setinggi siku membuat nya tampak manly.

Sesaat sedang menunggu makanan seseorang datang ke tempat mereka duduk. Berjalan mendekat. Sesorang yang memakai wangi parfum itu seperti ia kenal, wangi parfum yang pernah boby kenakan. Dan tak salah lagi seseorang itu adalah Boby. Tapi dari mana dia tahu mereka ada disini? Kecuali jika Lidya yang memberitahunya.

Lidya mempersilahkan nya duduk tepat di sebelahnya Boy.

"Kamu yang beritahu dia kalo kita disini?" Tanya Cahya menyenggol lengan Lidya, sedikit berbisik ke arah Lidya.

"Iya Ca, maaf ya. Habis dia nanya kamu mulu dari tadi" kata Lidya berbisik kembali pada gadis itu.

“Kalian lagi bisik apa?" Tanya Boby melihat ke arahnya dan Lidya.

"Jangan Sok Kepo!"  kata Cahya menekan perkataannya.

“Gak ada kok Bob" sahut Lidya menggelengkan kepala.

Suasana yang semula damai, menjadi suram sejak kedatangan Boby. Cahya hanya menatap layar smartphone nya berkali-kali. Ia menghindar tatapan Boby yang berkali-kali mengarah padanya dengan tersenyum genit. Ia tak sanggup lagi jika harus melihatnya, apalagi ada Boy didepannya sekerang. Pria yang satu adalah mantannya, dan satunya lagi adalah pria yang ia sukai yang membuat ia berdebar akhir-akhir ini. Tak tahu jika harus memasang wajah apa.

Suasana masih saja hening, tak ada yang berani berbicara.

"Aku ke toilet dulu ya Lid." katanya berbisik pada Lidya. Ia segera beranjak dari tempat duduk.

"Aku ikut juga Ca." kata Lidya kemudian ikut berdiri menyusul gadis itu.

"Pak saya dan cahya ke toilet dulu ya.” lanjut Lidya  kepada Boy.

"Iya dek. Saya dan temamu tunggu disni ya.”

Sementara tempat kedua Pria yang sedang duduk di tempat nongkrong mereka hanya saling diam, menyibukkan diri mereka sendiri. Cahya dan Liat pergi meninggalkan kedua pria itu mengobrol sendirian.

"Bapak tadi pergi bareng mereka?" Tanya Boby tanpa bersalaman dulu.

"Gak kok. Barusan saya ketemu mereka di toko buku sebelah." jawabnya yang masih saja tersenyum ramah.

"Ohhh. Kirain." kata Boby tersenyum memicingkan matanya.

"Kalo kamu janjian ya sama mereka mau ketemu disini?”

"Ahh.. iya dong pak. Saya mau ketemu Cahya." katanya yang pura-pura berkata telah janjian dengan kedua gadis itu.

"Kamu dekat sama Cahya?"

"Iya pak. Dekat banget malah." katanya sambil mengernyitkan senyuman.

"Ohhh begitu ya." jawab Boy yang sempat terdiam memikirkan ucapan Boby barusan.
Emang nya kenapa pak?

“Gak ada apa-apa kok." katanya tersenyum kecut kemudian.

***

Sementara kedua gadis itu masih saja berada di toilet. serasa sudah sejam berada disitu.

“Lid kok kamu kasih tahu Boby kalo kita disini sih" kata nya agak kesal.

"Maafin aku Ca. habis dia gak hentinya chat aku. Semalaman nge bom chat mulu. Bosan tahu,  jadi aku ladeni aja.”

"Emm. Bikin bete aja. Padahal tadi baik-baik aja sebelum dia dating." kata Cahya tersenyum kecut.

"Ya kan kita juga gak tau bakal ketemu Boy disini."

"Iya juga sih. Kalo gak ada Boy udah ku katain si Boby itu dari tadi."

"Sabar Ca. paling sekarang mereka lagi ngobrol tuh.”

"Aku pengen cepat pulang Lid." kata gadis itu merengek minta pulang.

“Kita balik aja lagi gih." sambil melihat arloji di tangan kirinya.

Cahya mengikuti ajakan Lidya untuk kembali lagi setelah dari toilet. bosan banget jika harus berhadapan dengan laki-laki itu lagi. Biar sudah di abaikan masih saja tetap mencoba pendekatan lagi dengan gadis itu.

"Kalian kok lama sekali ke toiletnya?” Tanya Boby melirik ke arah Cahya.

“Bukan urusanmu!" ketus Cahya tanpa melihat wajah Boby.

"Jutek banget Ca.”

Gadis itu tak merespon kata Boby. Ia mengabaikan saja. Sementara Boy yang ada di depannya hanya terdiam di tempat duduknya. Ia melihat Cahya serius. Nampaknya Cahya tak nyaman sejak keberadaan Boby bersama mereka.
Setelah beberapa menit mereka menghabiskan makanannya. Boy berpamitan lebih dulu, karena ada urusan mendadak.

Lidya dan Cahya segera beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Boby dengan cepat dari tempat itu.

***

Gadis itu sempat merasa menyesal dengan hari ini. Bukannya untuk bersenang-senang malah menjadi weekend yang gagal baginya. Setelah selesai makan siang mereka langsung beranjak pulang ke rumah. Cahya dan Lidya menuju tempat parkir, Lidya mengendari motornya hari ini, ia segera mengeluarkan motornya dari tempat parkir, sementara Cahya menunggunya di seberang sana.

"Ca!" teriak seorang pria kemudian memegang tangannya dengan keras.

"Apaan sih, lepas cepat!" balas Cahya berusaha melepaskan tangan pria itu.

"Kenapa kamu jutekin aku tadi?" ucap pria itu melepaskan genggamannya. kamu jadi tambah sombong ya. ucapnya kemudian melihat  Cahya sinis.

"Kenapa? Gak suka? Pergi jauh sana!" kata Cahya berusaha membela diri.

Lidya yang tadi mengeluarkan motornya kembali menghampiri Cahya. Dilihat nya Cahya tengah beradu mulut dengan seorang pria. Itu adalah Boby. Boby memegang erat tangannya, sampai-sampai gadis itu kewalahan. Segera ia turun dari motornya menghentikan pertengkaran itu.

“Boby sudah! Pergi sana!" teriak Lidya menjauhkan diri Cahya dari Boby.

"Lidya kamu ya, bukan malah bantu aku malah ngusir aku kek gini." kata laki-laki itu mengerang marah.

"Aku gak bakal bantuin orang kayak kamu Bob. Sudah pergi sana, gak malu apa orang-orang pada lihat kamu begini?"

Pria itu menengok ke sekitar nya, rupanya orang-orang sedari tadi melihat ia dan Cahya. Ia merasa malu, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
"Lidya.." ucap gadis itu kemudian menangis memeluk sahabatnya.

"Maaf lama. Kamu gak di apa-apain sama dia Ca?" Tanya nya khawatir.

"Untungnya kamu segera datang Lid." ucapnya masih menangis dipelukan Lidya.

"Aku gak habis pikir sama dia. Bisa-bisanya seperti itu sama kamu.”

"Udah Lid, kita pergi aja. Aku malu." katanya kemudian menarik lengan Lidya pergi dari tempat itu.

Mereka pun kemudian pergi. Sekurumunan orang yang sejak tadi berdiri menyaksikan aksi Boby pergi juga. Lidya melajukan kenderaannya. Menenangkan sahabatnya yang masih menangis itu.

To be continue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang