8. Seperti Kencan!

89 9 0
                                    


Perjalanan masih berlangsung, mereka menyusuri sepanjang jalan yang dipenuhi lapak pameran. Hingga tiba dimana pria dan gadis mungil itu berhenti tepat di depan café kecil yang tersedia di sekitar taman kota. Banyak pengunjung yang singgah di café itu demi menyantap kopi, ada juga yang sibuk menatap layar notebook nya sendiri. Mereka tepat duduk di salah satu kursi yang disediakan di depan teras café. Meminum kopi dengan santai Pak Boy masih saja melihat-lihat hasil jepretannya tadi yang juga ada gambar Cahya di dalamnya.

"Gimana Ca, kamu senang saya ajak kesini?"

"Iyaa. Senang banget ka. Gak pernah aku merasa bebas seperti ini. Walaupun sering di ajak jalan juga sama si pecicilan itu"

Pak boy tertawa kecil melihat tingkah cahya yang tampak bahagia sekali.

"Pecicilan? Siapa itu? Belum pernah dengar" Tanyanya sedikit penasaran.

"Hahaha. Pecicilan itu nama kesayangan yang Cahya kasih sama Lidya ka." Ucap Cahya terkekeh.

"Ohh Lidya. Kamu akrab banget ya sama dia. Udah lama ya dekat sama dia?"

"Iya ka. Udah 7 tahunan kalo gak salah. Cahya sahabatan sama lidya udah dari kelas 1 smp" jelas Cahya.

"Ohh gitu ya. Pantas dekat banget Ca"

"Hehe iya" Ucapnya kembali dengan tersenyum.

Setelah bercerita mengenai Lidya sahabatnya itu, Cahya kembali menyeruput  Mochacino  yang ia pesan. Disisi lain ia sempat melihat seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka sejak berjalan-jalan. Seperti nya Cahya kenal, gadis itu terus memperhatikan mereka. Dengan butuh banyak pertimbangan Cahya menyadarinya. Ternyata itu Sanah, orang yang merusak hubungannya dengan Boby dua tahun yang lalu.
Cahya bertanya-tanya apa yang dilakukannya hingga sampai mengikuti mereka ke tempat ini. Jika dia memang melihat mereka berjalan-jalan disekitar pameran kenapa tidak menyapanya saja? Kenapa harus seperti mata-mata begitu. Gadis itu tak henti-hentinya memikirkan tingkah Sanah yang mencurgikan.

****

"Kamu kenapa Ca? Apa yang kamu lihat sampai serius begitu?" Tanya Pak Boy dengan penasaran.

"Gak apa kok. Cahya seperti melihat Sanah, teman sekelas Cahya ka. Tapi mungkin Cahya salah liat."

"Ohh gitu. Yaudah habis ini saya mau ngajak kamu ke suatu tempat."

"kemana ka?" Tanya Cahya penasaran.

"Ada deh. Nanti kamu bisa tahu kalau sudah sampai sana."

Setelah selasai menikmati pesanannya masing-masing, Pria itu mengajak Cahya jalan-jalan lagi ketempat yang membuat Cahya sendiri penasaran.
Seperti yang dikatakan olehnya, tempat itu memang indah. Air mancur disekitar taman tampak menari-nari disertai lampu sorot warna-warni. Tempat itu biasa dikunjungi para pasangan muda-mudi seperti mereka. Nampak beberapa pasangan yang juga duduk dengan nyaman di salah satu bangku taman, menikmati suasana malam yang romantis ditemani bintang malam. Gadis itu tersipu malu begitu sudah tiba di tempat ini. Tak menyangka Pria ini harus mengajaknya ketempat penuh ketenangan itu. Seperti ada tujuan tersendiri bagi Pria itu mengajaknya.

"Wahhh" ucapnya yang melihat sekeliling merasa kagum dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Pria bertubuh jangkung tepat disamping nya merasa senang dan  bahagia melihat gadis yang ia sukai menyukai tempat ini.
Mereka mengambil tempat duduk yang masih kosong. Suasana tampak hening diantara keduanya. Cahya yang masih sibuk dengan kegiatannya. Tak hentinya ia merasa kagum, seperti nya ini kali pertama ia datang ke tempat ini, bersama seseorang yang berbeda. Bukan dia yang ada di masa lalu Cahya.

Pak Boy yang sedari tadi ingin membuka pembicaraan masih mengatur kata-kata yang ingin ia lontarkan ke gadis itu.

"Ca, saya pertama kalinya ke tempat ini loh."

"Eh masa? Kak Boy pasti pernah pergi ketempat ini bersama orang lain kan? Buktinya tahu tempat ini."

"Gak kok. Ini pertama kalinya aku datang. Datang bersamamu”

Gadis itu masih terdiam mencerna kata-kata pria itu. Ia tatap mata pria yang berwarna kecoklatan itu lekat-lekat. Sepertinya ia berbicara jujur dengan apa yang ia katakan. Ia kembali sadar dalam lamunannya.

"Cahya. Tahu gak kenapa saya mengajak kamu ketempat ini?"

"Gak ka. Emang kenapa kak? Tanya Cahya dengan penasaran.

"Karena kamu adalah orang pertama yang membuatku ingat dengan tempat ini."

Kata itu terngiang-ngiang di telinga cahya. Ia masih tak percaya dengan apa yang pria itu katakan. Sesekali ia memejamkan mata, mencerna kembali apa yang diucapkan pria itu. Menatap kembali mata pria yang ia kagumi yang sebernanya ia juga suka terhadap pria tersebut.

Keduanya terdiam cukup lama. Pria itu menatap lekat-lekat gadis yang ia sukai itu. Sesekali Cahya menatap pria itu, dan pria itu memalingkan wajahnya lagi dengan cepat.

Burr..burrr..burrr

Suara letusan puluhan kembang api melayang di atas langit. Membuyarkan pikiran mereka masing masing yang sedari tadi diam. Pasangan lainnya disekitar taman memfokuskan dirinya k etas langit, menatap kembang api dengan kagum. Begitu pun cahya dan Pak Boy, Keduanya saling tatap dan tertawa. Menatap indahnya kembang api, membawa suasana yang canggung itu menjadi romantis. Kini tak ada lagi perasaan terdiam diantara mereka.

Gadis itu tampak bahagia sekali. Malam ini adalah malam terindah baginya seumur hidup. Tanpa sadar pria itu merangkulkan tangannya di bahu Cahya. membuat tubuhnya menegang tak tahu harus berbuay apa. diam menyaksikan kembang api tepat bersama di sampingnya.

To be continue

****

My Teacher Is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang