Suatu hari di pagi yang cerah di sebuah toko kelontong yang baru buka pada jam 8.
Seorang pemuda berambut hitam yang memakai celana training merah dan kaos hitam pun menghela napas, dan dia menghirup udara segar sambil meregangkan badan. "Baiklah, pagi yang baru. Toko Yamada sudah dibuka pagi ini."
Ichiro Yamada namanya. Dia adalah pewaris dari toko kelontong keluarga miliknya yang menafkahi kehidupannya dan kedua adik yang masih bersekolah. Tapi kadang dia mencari pekerjaan sambilan agar bisa menambah uang tabungan.
Sebagai seorang kakak, dia harus menjadi panutan kedua saudaranya dengan bertanggung jawab dan kerja keras.
"Pagi, Abang!"
Dia menoleh seraya mendengar suara sang adik pertama, "Ah, Jiro. Pagi! Elu udah mau berangkat? Jangan bolos banyak kelas."
"Tapi gurunya kadang nyebelin. Gue nggak suka, Bang." Jiro memonyongkan bibirnya cemberut.
Ichiro tertawa kecil dan mengacak pelan kepala sang adik yang kadang manja padanya. "Dasar elu ini. Sana mandi, bangunin Saburo juga. Gue udah siapin sarapan."
Jiro yang dibegitukan akhirnya mau tak mau menurut dan pergi ke dalam rumah di belakang toko mereka.
Ichiro menutup sementara toko dan tak menguncinya sebelum pergi ke dalam untuk membuat sarapan mereka bertiga.
Setelah sesi makan pagi, Ichiro mengantar kepergian kedua adiknya untuk bersekolah.
"Jangan nakal ya, ingat. Kalau ada yang macam-macam, lari atau panggil hansip." Ichiro menasehati.
"Iya, Bang Ichi. Gue nggak bakalan nakal kayak dia." Saburo menyahut, membuat Jiro menatap tajam padanya.
"Apa elu bilang tadi? Minta di bogem ya?!"
Ichiro memaklumi mereka yang kadang bersaudara ini.
"Sudah, sudah. Nanti terlambat. Sana pergi."
"Kami pergi dulu, Bang!"
"Kami pergi, Bang Ichi!"
"Iya. Hati-hati di jalan."
Akhirnya dia pun melambai pelan sambil lihat kedua adiknya menjauh pergi.
"Oke, saatnya kerja."
Dia kembali membuka toko dan mulai menunggu pelanggan yang datang seraya membersihkan halaman dan toko.
"A-Anu, permisi..."
Ichiro berbalik seraya berhenti menyapu, melihat seorang gadis muda berkisaran umur 14 tahun yang kelihatannya malu bertanya karena gugup.
"Ya? Mau beli apa, mbak?" Pemuda tersebut bertanya, membuat sang gadis sedikit menunduk tapi tetap menjawab walau tergugup.
"Uhm.. Anu, mas.. S-Saya mau beli.. sesuatu." cicitnya.
Ichiro mengerjapkan mata dan bertanya, mungkin bisa membantu sang pelanggan. "Ya? Sesuatu itu apa? Mau beli gula? Kopi? Teh? Atau apa?"
Namun sang gadis terdiam dan menggeleng cepat. "N-Nggak, tidak jadi... Saya malu ngomongnya."
Eh? Kok malu membeli sesuatu?
Baru kali ini si Yamada tertua kebingungan karena pelanggan.
"Tidak apa-apa kok, silakan bilang saja. Toko saya komplit kok, jadi katakan saja mau beli apa." Ichiro mencoba membujuk halus dan sepertinya berhasil.
Gadis itu memainkan jari dan
"Begini... S-Saya mau beli... Pembalut. Ada, tidak?".
.
.Ha? Pembalut?
Seketika sang pemuda baru menyadari kalau dia malu karena ingin membeli pembalut akibat menstruasi.
Oh fuck.
"A-Ah, ahahahaha... Itu ya?? Mau beli berapa??"
"Tiga pack. Boleh?"
"Tentu. Sebentar ya!"
Ichiro kempat kempit karena mencari benda jual langka tersebut dan akhirnya memasukkan tiga buah pack berukuran sedang dan memberikannya dengan plastik.
"Ini dia. Semuanya jadi 15 ribu."
Sang gadis memberikan uangnya setelah mendapatkan barangnya. "M-Makasih ya, mas."
"I-Iya, hehe..."
Setelah pelanggan perempuan itu pergi, Ichiro menghela napas lelah. "Untung saja kemarin titip ke Saburo. Yah, resiko begini deh kalau jadi toko serbaguna."
Dia mencoba menenangkan diri karena pagi-pagi sudah ada saja kejadian tak terduga ketika berjualan.
Saat sang pemuda menaruh sapu di sebelah dinding bagian toko, ada seseorang yang menghampiri tokonya.
"Oi, Ichiro. Rokoknya."
Sontak saja, Ichiro menoleh dan memandang malas juga kesal yang memanggilnya tadi.
"Nggak usah minta, beli yang benar."
Samatoki Aohitsugi, pemuda yang lebih tua darinya sekaligus penghuni kompleks apartemen HM menyapanya dengan ramah di pagi itu.
"Masih aja galak elu kayak biasanya."
Sang pemuda bermata merah darah tersebut mengeluarkan beberapa jumput uang yang sudah ditali dan melemparkannya, lalu ditangkap oleh yang diarahkan.
"Hutang gue yang kemarin. Gue mau ambil lagi rokok beberapa kotak."
Ichiro menatapnya waspada dan tajam sebelum masuk ke toko dan mulai mengambil beberapa kotak merek rokok yang menjadi favorit si pelanggan kasarnya ini.
"Elu bakal pergi lagi kayak kemarin?"
"Bukan urusan elu."
"Dasar orang sok sibuk."
Ichiro mendekatinya dan memberikan sekantong plastik kecil berisi 4 kotak rokok merek ternama pada Samatoki.
"Setidaknya gue nggak terkurung kayak elu yang menjaga tempat layaknya anjing." ejeknya sambil menyeringai kecil, membuat yang bersangkutan hanya menatapnya datar.
"Dan setidaknya gue masih sama keluarga gue sendiri. Elu juga terpaksa ngelakuinnya, 'kan?"
Samatoki menatap datar tapi lekat pada Ichiro.
"...Gue bakal balik beberapa hari lagi. Ada tikus kecil yang coba nyelundupin informasi." Tangannya mengambil kantong plastik tersebut.
"Jangan lari ke gue kalau butuh bantuan, dasar gila."
"Sampai dunia kiamat sekalipun, elu itu daftar orang terakhir yang ingin gue mintai tolong."
Ichiro menatapnya yang menjauh pergi dan kembali ke tempat dalam tokonya.
Hari ini seperti biasanya tenang. Dia bisa lakukan yang dia mau demi mengikuti arus hidup.
Yah, semoga begitu.
Kecuali kadang Jiro pulang dengan luka habis berkelahi atau berbelanja stok toko untuk dijual, atau kadang toko sedang ramai.
Yah, setidaknya dia akan melakukan sesuatu demi hidupnya.
Lagipula, dia masih punya saudara dan teman.
Dan waifunya tercinta.
"Ah! Edisi baru ada Rarami~ Manisnya!~" Ichiro langsung fanboying membaca komik kesukaannya sambil menjaga toko.
Yah, doakan saja semua orang disini tidak kenapa-kenapa.
.
.
.TBC
============================
Ya begitulah.
Silakan vote and comment sesukanya!
Terima kasih sudah mau membaca fanfic abal ini!
Regards,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Serependity Next Door [HypMic FF]
Fanfiction‼️UPDATE SESUKA HATI‼️ HM Apartment yang nyatanya adalah kos-kosan tingkat bermuka apartemen memiliki warganya yang normal dan tak normalnya sendiri. Dari kelelahan batin sang pekerja salesman menghadapi hidup kerja hingga kreasi sate serigala dari...