8. Stress

381 38 5
                                    

Stress. Itulah yang dirasakan oleh Gentarou saat ini. Dia tengah mencari bahan ide untuk novel barunya yang sudah ditagih oleh para penerbit. Novel sebelumnya sudah sangatlah laris, hingga penggemarnya banyak yang membuat fandom tentang tokoh novelnya tersebut.

Berlebihan? Justru itu hanyalah bonus dari kesuksesannya saja.

Dia hanya iseng membuat buku karangan fiksi tersebut dan ternyata laku di pasaran.

Sekarang pemuda itu berdiri dari kursinya keluar dari apartemen tempatnya tinggal. Setelah menuruni bangunan, dia berniat untuk berjalan-jalan sekitar wilayah apartemen dan daerah lain.

"Oh?"

Dirinya melihat Ramuda dan Dice sedang berkerubung di pos kamling yang tak jauh dari pintu luar gang. Mereka tengah bermain gaplek dengan serius.

Merasa tak ada masalah, dia pun menghampiri keduanya.

Dice melemparkan kartunya ke karpet bambu sembari tersenyum kegirangan. "Haha!! Gue menang lagi! Jajanin nanti, Mud!"

"Anjrit, biasanya elu lucknya ampas. Pakai jimat ya, lu??" Ramuda merasa curiga dan tak terima.

"Mana ada gue beli gituan, mendingan beli makanan buat tanggal tua!" balasnya sembari melihat ada Gentarou menghampiri.

"Wuih, tumben elu keluar kamar."

"Iya, pasti kelar bertapa."

Ramuda menoleh dan menyapanya yang ikut duduk bersama.

"Gapapa. Lagi pengen jogging aja."

"Jogging bahlulmu, Gen. Elu aja keluar pakai sarung doang."

Gentarou hanya tersenyum saja.

"Elu ngomong gitu lagi, nggak gue kasih duit bulan depan."

Dice mendadak kicep dan mengocok kartu lagi, seakan ciut dan tak mau mengangkat topik kemisqueenannya.

Ramuda bertanya padanya, "Tapi beneran deh, nggak biasanya elu keluar kamar tanpa alasan. Elu kenapa?"

Gentarou mendesah lelah. "Lagi butuh ide buat novel. Penerbit udah minta tagih, orangnya mukanya serem kayak Pak Iruma nagih sewa."

Keduanya mengangguk paham saat Gentarou bercerita tentang writer's block yang terjadi padanya.

"Cerita novel elu itu semuanya unik, Cuma karena memang sulit membuatnya, elu keknya butuh hiburan."

Dice mengangguk akan usul Ramuda. "Soalnya elu juga butuh. Jangan mendem di kamar doang. Nggak baik buat elu nanti. Kan duit elu banyak, liburan aja. Tapi ajak-ajak gue juga, ya~"

Ramuda menyundul kepalanya dengan sedikit keras. "Heh, gembel. Kesempatan dalam kesempitan, ya lu! Udah tahu dianya lagi susah, malah elu palak."

"Maksudnya kali aja ada diskon dari aplikasi terus kita bisa ikutan liburan."

"Heh, dikira liburan itu murah, apa?! Ya kali elu bisa ke luar angkasa dengan paket liburan murah!!"

"Kagak gitu juga, woi!! Kok nyasar sampe situ?!"

Gentarou hanya bisa menghela nafas karena melihat mereka mempeributkan hal yang sepele. Namun ia terpikirkan sesuatu tadi.

Tunggu dulu. Luar angkasa?

Terbesit ide dalam dirinya sembari terdiam memikirkan kata tersebut.

"Itu dia!"

Gentarou menegak dari duduknya, membuat Ramuda dan Dice melihatnya.

"Ha?"

Gentarou jadi seperti telah tercerahkan. "Gue pergi dulu ke kamar. Thanks ya buat sarannya! Ga boong, nti gue traktir elu pada mie Aceh kalau kelar!"

Sekejap kemudian, Gentarou melesat ngeng pulang, meninggalkan dua cecunguk yang masih ada di pos ronda.

"Tadi kita ngomong liburan doang kan?"

"Entah."

Sesampainya di kamar, Gentarou mulai bertapa dan mengetik tanpa henti hingga akhir kata terakhir di dokumen digital komputer lipat miliknya.

Gentarou berbangga diri dan terlihat excited. Sekarang tinggal judulnya saja.

Terbesit satu kata yang cocok.

Lalu kemudian ia menamai fiksi novel baru tersebut dengan apik.

Stella.

.
.
.

TBC

============================

Sumbang ide kalau ada ya! Jangan bosen qwq

Happy Birthday to Sasara Nurude. I have updated the perkenalan tokoh jadi silakan di cek uwu

Enjoy!

See you next time!

Serependity Next Door [HypMic FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang