Penglihatan

2.3K 136 0
                                    

Satu bulan setelah dari rumahnya Syarif, Linda merasakan hal yang tidak biasa. Ia ingin sekali bertemu dengan Annisa lagi.

"Kang.. Saya mau ke rumah Syarif.. Saya ingin melihat Annisa." pinta Linda pada suaminya ketika Yogi baru pulang kerja.

Yogi mengernyit bingung pada istrinya. Kenapa wanita ini ingin bertemu Annisa.

"Tapi kenapa sayang.. apakah tidak bisa besok saja..?" ujar Yogi karena Haris sudah petang.

"Iya.. tapi sebentar saja. Kan cuma 15 menit ke rumahnya Annisa." rengek Linda pada Yogi.

Yogi menarik rambutnya kesal karena permintaan aneh istrinya ini.

Linda mau merujuk karena tidak di turuti. Wanita ini terlihat sedih dan ingin menangis.

Yogi menarik napas panjang.

"Baiklah, aku ganti baju dulu sebentar. Kamu jangan bergerak-gerak kamu turun dari ranjang." ucap Yogi dengan tegas.

"Iya.. siap..!" jawab Linda juga tegas sambil tersenyum lebar.

Yogi bergegas masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil baju ganti. Istrinya kok aneh sih pikir Yogi was-was. Yogi mengambil handphonenya dan menekan nomor Syarif. Tapi, setelah menunggu agak lama, tidak ada yang mengangkat. Dahi Yogi mengkerut bingung. Ia lalu menekan nomor Amel dan menunggu nada sambung.

Sama saja. Amel juga tidak mengangkat telepon. Jantung Yogi berdebar-debar tidak enak.

"Akang.. cepat dong?!" teriak Linda dari ranjang membuat Yogi bergegas keluar untuk mendekati istrinya sambil mengancing reseliting celana jeans yang ia kenakan.

"Iya sayangku.. sabar.. ini Syarif dan Amel tidak mengangkat telepon." ujar Yogi dengan nada khawatir.

Linda terdiam sejenak. Tapi, wanita ini berujar lembut pada suaminya.

"Mas.. mungkin mereka berdua lagi bermain dengan anak-anak, sehingga tidak menghiraukan bunyi handphone."

Yogi merasa istrinya benar juga, tapi ini sepertinya tidak masuk akal.

"Ayo dong mas.. " rengek Linda sekali lagi.

Yogi menghembuskan napas dengan berat.

" Baiklah.. apa kita harus ikut mereka makan malam? Ini sudah sore sayang.. " tutur Yogi sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5.15 sore.

"Hmm.. kalau kita mau pulang tanpa makan sih tidak masalah. Tapi kalau kita di undang makan malam ya juga tidak masalah kan?" ujar Linda riang.

Yogi langsung membopong Linda dengan mantap dan membawa istrinya itu untuk turun dan keluar menuju mobilnya.

"Mbak Tuti.. tolonglah ikut kami sebentar. Ini Linda mau melihat Annisa." ujar Yogi pada perawat profesional yang memang jaga pada shift sore jam 3 sampai malam jam 8.

Mbak Tuti mengangguk paham dan mengikuti suaminya Linda ini ke arah mobil hitam milik lelaki itu.

"Tolong buka pintu tengah.. " pinta Yogi pada Tuti.

Tuti langsung bergerak gesit membuka pintu dan membantu Yogi untuk mendudukkan Linda di kursi penumpang.

"Yang tenang ya baby.." ucap Yogi lembut.

Linda mengangguk paham. Wanita ini duduk dengan tenang. Perawat berada di samping dirinya.

Yogi dengan sigap mengeluarkan mobilnya dari pekarangan rumahnya.

Baru lima menit perjalanan, perasaan Yogi tidak enak. Ia melirik ke spion dan melihat istrinya sedang membaca sesuatu di handphonenya.

Yogi mengeluarkan handphonenya dan meletakkan di tempat handphone yang berada di samping kemudi. Ia sudah melihat lagi ke arah spion samping juga atas kepalanya untuk mengecek apakah ada mobil dari arah belakang atau samping.

Tidak ada mobil, Yogi melanjutkan mengemudi dengan penuh konsentrasi.

Handphone Yogi bergetar dan berbunyi. Lelaki ini mengambil handsfree yang memang sudah terpasang di handphonenya.

"Halo..?!" suara Syarif terdengar khawatir.

"Iya.. ada apa Rif..?" tanya Yogi sambil mengemudi lagi dengan waspada. Ada mobil terlihat ugal-ugalan di belakang mobilnya.

Yogi berusaha menepikan mobilnya untuk membiarkan mobil ugal-ugalan itu lewat.

"Bro.. nanti aku terima telepon lagi.. ini ada mobil agak reseh.. mungkin mabuk pengemudinya..?" tutur Yogi sambil mau memutuskan sambungan telepon namun suara Annisa terdengar berteriak pada Yogi.

"Dedek.. dedek.. auntie.. auntieeee...?!"

Yogi, Linda dan Tuti tersentak tepat ketika mobil di belakang Yogi sudah menyerodok bagian belakang mobil hitam milik Yogi dan mendorong mobilnya Yogi terus meluncur.

Linda dan Tuti berteriak histeris. Yogi berteriak pada Syarif untuk menelepon Haris dan segera mencari mereka di jalan yang baru saja ia lewati.

Mobil ugal-ugalan itu menabrak mobilnya Yogi, menyebabkan Linda terdorong ke arah agak depan. Tuti berusaha menghalangi perutnya Linda agar jangan sampai tertindih atau terbentur sesuatu.

Yogi menarik napas berat, lelaki ini pucat pasi dan berkeringat dingin ketika berusaha mengendalikan mobilnya agar tidak menabrak ke pohon atau ke arah orang lain.

Mobil dibelakangnya mungkin juga remnya blong, sehingga tidak bisa stop. Yogi berusaha keras untuk membuat mobilnya stop, teriakan istrinya membuat dirinya menggigil ketakutan.

"Baby.. baby.. mbak Tuti.. tolong istri dan kandungannya. Pegangi mereka dengan erat. Arahkan tubuh kalian ke sebelah kanan...!" seru Yogi sambil membanting stir ke arah kiri supaya mereka tidak terhimpit mobil di belakang jika sampai terhempas.

Ternyata sambungan handphonenya masih hidup dan suara Annisa masih menjerit memanggil Linda dengan suara tangisan sedih.

Ada juga suara Amel yang berteriak pada Syarif untuk segera menelpon mobil ambulans. Yogi mendengar sambil menerima hantaman dari mobil berwarna silver di belakangnya ini.

'BRUKKK!!' suara hantaman mengenai body kiri mobilnya Yogi. Linda dan Tuti berpelukan sambil berteriak refleks.

Car bag muncul dari kemudi Yogi dan mengenai wajahnya lelaki itu.

Tuti yang tadi sigap mengambil bantal yang memang sengaja ada di dalam mobil meletakkan bantal itu di depan perutnya Linda juga kepalanya wanita hamil tersebut sehingga tidak terhempas terlalu kuat.

"Dedek.. umi.. dedek..?!" suara tangisan Annisa terdengar menyayat hati. Amel juga ikutan menangis sambil menenangkan anaknya itu.

"Shh.. sayangku.. tenanglah.. " bujuk Amel dari handsfree yang masih menempel di telinganya Yogi.

Kepalanya Yogi muyeng. Mobil silver tersebut berhenti di buntut mobilnya Yogi.  Hantaman mobil silver itu menyebabkan mobil Yogi mungkin penyok di sebelah kiri.

"Baby.. baby.. apakah kamu baik-baik saja?" tanya Yogi serak pada istrinya.

Suara yang merespon adalah erangan kesakitan membuat Yogi berusaha melepaskan seat belt di pundaknya.

Suara Annisa masih sesegukan di telinganya. Yogi langsung berkata pada bayi hebat itu.

"Sayannngg.. Uncle tutup dulu ya telepon ini. Uncle mau menolong auntie.. "

Terdengar suara Amel yang menyahut perkataan Yogi.

"Kang.. ambulans sebentar lagi datang. Tunggu saja. Kami akan langsung menyusul ke klinik bersalin karena saya takut Linda sekarang sedang kontraksi."

Yogi langsung tersentak karena mendengar kata kontraksi. Ia gemetaran melepaskan seat belt dan keluar dari himpitan car bag menuju pintu tengah penumpang.

Baru membuka pintu penumpang, suara mobil ambulans sudah terdengar di telinga Yogi membuat lelaki ini bernapas aga lega. Kepalanya munyeng ketika ia melihat istrinya pucat pasi dengan memegangi perut besarnya itu.

"Baby..? Tuti..?" ujar Yogi berusaha mengetahui keadaan mereka.

"Teteh Linda baik-baik saja pak, mungkin sedang kontraksi. Saya juga baik-baik saja, hanya puyeng sedikit."

**To be Continue**

MENCINTAI JANDAKU?{Geng Rempong : 6}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang