1

294 29 22
                                    

*Bab 1
#happyreading

"Dia... Pernah ada, tetap ada, dan akan selalu ada. "


Setengah jam yang lalu, kelasku masih terkondisikan dengan baik. Ya meskipun suara pas pasan geng nya si Keenan bikin telinga orang sakit, cukup lah untuk sedikit memberi kesan bahwa ada manusia di dalam kelas IPA 3 ini. Tak lama kemudian, terdengar derap langkah Pak Bayu langsung membuat senyap kelas yang tadinya rame.

"Pagi semua, hari ini cerah sekali yaa." Sapa Pak Bayu ketika melangkah menuju meja guru.

"Cerah dong pak, kaya hati saya kalo liat Dia paak! " Seru Keenan membalas.

" Dia apa dia?? " Goda Dion.

" Jangan-jangan yang dimaksud Kania! " Timpal Naura dengan keras.

" Iya gk kan? " Teriak Veera ikut-ikutan.

" Ngaco kalian, " Balas ku lalu cemberut. Sejati nya kala itu detak jantung ku sedikit tidak normal. Ini jantung gue kenapa coba?? Tanya ku sendiri dalam hati.

" Gue dijodoh in ma monyet? " Timpal Keenan membuat ku menatap sinis ke arah nya.

" Alah, monyet-monyet juga suka lu jailin. " Timpal Dion.

" Ssstttt, kalian ribut mulu. Udah ada gurunya juga. " Balas Farel melerai.

Pak Bayu sedari tadi masih sibuk bersama tumpukan kertas-kertas HVS, sepertinya semacam soal-soal latihan." Jadi, hari ini kan cerah, mumpung masih cerahh hari ini Bapak akan mengadakan Ulangan Dadakann. " Ucap Bayu sambil melangkah ke tengah kelas.

" Pak Bayu ganti profesi ya pak? " Tanya ku.

"Kok bisa?." Jawab Bayu mengerutkan keningnya.

"Habis nya Pak Bayu bikin ulangan dadakan, kaya tukang tahu bulat aja. " Balas ku.

" Huuu, receh-recehhhh. " Ejek Keenan.

" Suka-suka gue lah" Balas ku sengit.

"Sudah-sudah, bapak beri waktu 15 menit yaa buat belajar. Setelah itu, bapak langsung bagikan soalnya. " Kata Bayu tegas.

Setelah itu, kelasku yang tadinya berisik. Kini telah menjadi sunyi, senyap bak sebuah kuburan lama. Mereka tengah sibuk membolak-balik kan buku tulis Fisika, menghafalkan rumus-rumus, dan tak sedikit yang masih menggerutu. Aku?? Jangan tanya, tentu aku juga sedang menghafal rumus-rumus. Tapi entah fikiran ku berkeliaran secara bebas, entah apa yang dicari. 15 menit kemudian, tangan ku sudah memegang pena dan bersiap perang bersama angka-angka dan rumus-rumus menyebalkan itu.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 nenit tadi, aku memantapkan langkah ku nenuju kantin diujung sekolah. Ditemani Veera dan Naura, aku hanya memesan jus jeruk dan seporsi nasi goreng pedas favorit ku. Sejak tadi cacing di perut ku sudah konser, meminta diberi jatah makan siang serta sarapan yang tadi pagi sempat tertunda. Kakiku melangkah ke meja di pojok kantin, diikuti Veera dan Naura dibelakang.

"Sante aja makanya ver, " Kata ku ketika melihat Veera yang makan bak orang kesetanan.

" Gue laper, tadi ulangan fisika nya sukses ngebuat rambut ku rontok setengah." Balas Veera sambil terus memakan mie ayam pesanan nya.

"Otak gue hampir konslet mikirin ulangan tadi." Sambung seseorang, sambil melangkah menghampiri meja ku. Dia Faiza

"Santai kawan, makan dulu yuk! Ntar cacing nya pada komen looh. " Ajak ku menyudahi acara basa basi gabut.

Pecandu Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang