Malam ini udara sangat dingin. Di luar sana angin begitu kencang sampai membuat kaca jendela usang kamar Yuta bergetar di terpa angin.
"Apa selimutnya cukup?" bisik Yuta di telinga Ten yang berbaring di sebelahnya. "Mendekat lah padaku setidaknya kita akan merasa hangat."
Ten menggeser tubuh kurusnya lebih merapat ke arah Yuta.
Keduanya sekarang berbaring berhadapan di kasur Yuta dengan berbagi satu selimut. Yuta menggenggam kedua tangan Ten berusaha menghangatkan karena tidak mau Ten kedinginan.
Tidak...! Yuta dan Ten tidak melakukan hal yang tidak-tidak, mereka berdua hanya berbaring untuk tidur tidak lebih karena Yuta sangat menyayangi dan menghormati Ten tidak mungkin Yuta melakukan hal bejat padanya.
"Tidurlah. Aku akan memelukmu agar kau tidak kedinginan. Kau harus istirahat, Mrs.Chittaphon." Yuta menyibak poni Ten yang mulai memanjang dengan hati-hati.
"Kau juga harus tidur, Mr.Na."
"Jangan fikirkan apa-apa lagi, sekarang hanya kita berdua di sini. Aku sakit melihatmu sedih." Yuta mengelus pipi tirus Ten.
"Seandainya kita bertemu lebih awal mungkin aku akan jatuh cinta denganmu lebih dulu. Mr.Na kau sangat baik."
"Ini takdir dari Tuhan yang kita tidak bisa merubahnya. Aku senang kita bisa bertemu sekarang. Aku berjanji akan ikut bersama mu kemanapun kau pergi. Kita akan bersama-sama."
"Ke peristirahatan terakhir pun?" bisik Ten sendu.
Yuta mengangguk pelan. "Tentu. Aku hidup hanya untuk mu. Jika kau hidup aku juga akan hidup, jika kau pergi aku juga ikut pergi. Aku ingin selalu bersama mu selamanya,Mrs.Chittaphon." Yuta mencium lembut tangan Ten yang ada di genggamannya.
Ten menangis sedih. "Jangan tinggalkan aku seperti dia," ucap Ten berbisik hampir tidak terdengar.
"Tentu saja tidak. Aku tidak akan meninggalkan mu."
Ten semakin merapat ke arah Yuta hingga kening mereka bersentuhan. Ten mencium tangan Yuta yang masih erat menggenggam kedua tangannya. Ten lelah... Yuta juga lelah. Entah apa yang akan terjadi esok mereka tidak perduli lagi.
🍀
🍀
🍀Doyoung melihat koper hitam besar berdiri di depan pintu tokonya. Kening Doyoung mengkerut dalam memperhatikan lebih seksama benda itu.
"Ini miliki, Ten."
Doyoung segera berlari menghampiri koper tersebut. Netra indahnya melihat ke sekeliling mencari keberadaan Ten.
"Dimana dia... Ten,kemana kau?"
Triing!
Ponsel Doyoung berbunyi nyaring dengan segera Doyoung mengeluarkannya dari dalam tas.
[Doyoung temanku tersayang. Boleh kan aku menyusahkanmu sekali lagi tolong simpan dengan baik barang ku. Aku tidak tahu kapan akan mengambilnya atau malah tidak pernah mengambilnya.
Doyoung, sayang hiduplah dengan bahagia bersama Taeil, aku berdoa pada Tuhan pagi ini agar kalian selalu sehat dan bersama selamanya tidak berpisah dengan orang yang kalian sayangi seperti ku.
