Move.

8.6K 1.1K 227
                                    

Kakinya melangkah, membawa sebuah tas sembari berbicara melalui ponselnya.

“Iya, seneng banget akhirnya bisa pindah asrama. Serem kalau gue harus terus-terusan stuck sama si uke kelebihan hormon gitu.” Ucapnya sembari masuk ke dalam kamar asrama barunya.

Pfftt. Kalau sampai gue dapet room-mate yang nggak straight lagi, kayanya gue bakal lebih sering di luar asrama hahaha.” Sambungnya sembari meletakkan tas tersebut lalu menatap barang-barangnya yang masih berserakan di lantai kamar barunya.

Ia menutup telpon tersebut, melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Menatap dirinya di depan kaca wastafel. “Yeah, that’s right, you are handsome, Yang Jeongin.” Ucapnya sembari tersenyum miring lalu mulai membersihkan dirinya.

Entah karena Jeongin yang terlalu asik dengan kegiatan mandinya, ia tak menyadari bahwa room-mate barunya telah datang sembari membawa barang-barangnya. Laki-laki itu menatap barang yang berserakan di lantai lalu mendecih pelan, menggeser tempat yang ia anggap akan menjadi kasurnya dan meletakkan tasnya di atas sana.

Laki-laki itu berjalan ke arah pintu kaca menuju balkon lalu membukanya, membiarkan angin masuk dan meniup wajahnya. Jeongin keluar dari kamar mandi, menatap laki-laki lain di hadapannya kaget.

Si tinggi kelebihan bibir itu tersenyum kepada Jeongin, sementara Jeongin hanya memberikan senyum awkwardnya. “Nama lo siapa?” Tanyanya sembari mendorong kopernya menjauh.

“Hyunjin. Hwang Hyunjin dari jurusan Pertanian.” Balas laki-laki tersebut sembari mengulurkan tangannya, mengajak Jeongin bersalaman.

Si laki-laki berbehel menerima jabatannya, “Oh, gue Jeongin. Yang Jeongin. Dari jurusan Perikanan.” Balasnya sembari mengambil beberapa baju dari kopernya.

“Gue harap lo gak kaya room-mate gue yang sebelumnya,” ucap Jeongin tiba-tiba.

Hyunjin yang tengah mengeluarkan beberapa barangnya langsung mengangkat kepalanya, “Emangnya room-mate lo yang dulu kenapa?” Tanyanya penasaran.

“Dia gay dan bucin.”

Pria bermarga Hwang itu terdiam. Mengerinyitkan dahinya lalu kembali bertanya kepada laki-laki sekamarnya ini, “Emangnya kenapa kalau dia gay? Is being LGBTQ+ is a crime?” Tanya pria tersebut kepada teman barunya ini.

Jeongin menghela nafasnya, “Not a crime but kinda annoying. I'm sorry if it annoyed you and if you're one of them.” Balas Jeongin cuek.

Hyunjin masih saja terdiam, lalu menggigit pelan bibirnya dan kembali fokus pada barang-barangnya. Hening menerpa ruangan tersebut, entah apa yang ada di otak masing-masing mereka, tak ada yang tau.

Since you are one of them, can I make some rules here?” Ucap Jeongin lagi.

“Apa?”

Jeongin mendorong kasurnya, mendekatkannya ke arah dinding di sebelah kiri, berdekatan dengan meja belajarnya. Tangannya mengambil sebuah tali, menempelkannya di lantai lalu memberi batas antara kasurnya dan kasur milik Hyunjin.

“Di sini gue, dan di sana lo. Gak ada yang boleh lewatin batas ini.” Jelas Jeongin sembari menunjukkan wajah datarnya.

“Laaaah terus tar gue ke WCnya gimana?!” Hyunjin melayangkan protes-annya kepada teman sekamarnya itu.

“Hhhh. Yaudah kecuali ke WC.”

Hyunjin mengangguk, membiarkan teman sekamarnya itu meninggalkannya begitu saja di dalam kamar tersebut.






•••






Jeongin mendelik, mengingat bahwa lagi-lagi ia mendapat teman sekamar yang tidak normal. “Joo, gue dapet temen sekamar yang gay lagi, sial.” Ucapnya sembari merangkul perempuan manis berwajah angkuh di sebelahnya.

Son Hyejoo tertawa sarkas, “Mampus. Untung ya gue ganti room-mate langsung dapet yang sepemikiran.” Balasnya sembari menggenggam jemari Jeongin.

“Kenapa aja gitu gue heran berasa dikejar-kejar orang kaya dia. Kalau keluarga gue tau bisa-bisa dia kena ceramah panjang.” Sambung Jeongin sembari tertawa pelan.

Perempuan manis itu menyeringai, “Untung aja ada gue, kan?”

Of course, Baby.

Jeongin melepas rangkulannya, berjalan ke arah meja pengawas asrama lalu mencatat namanya. “Boleh gak saya minta pindah lagi, Bu? Saya capek punya room-mate yang gak normal.” Ucapnya.

Pengawas tersebut hanya diam karena pengawas lainnya mendatangi meja tersebut setelah Jeongin berbicara seperti itu. “Ya emang dia ganggu kamu? Kamu udah pakai satu kesempatan buat move ya. LGBTQ+ bukan hal yang berbahaya, ngerti?” Ucap sang pengawas.

Jeongin hanya mendengus kesal, lalu kembali menghampiri Hyejoo.

“Mau gue traktir Sushi di depan kampus, gak?” Tanya Jeongin.

How can I say no, Darl?”

ㅡㅡㅡ
Iya, sekali-sekali bikin
Jeongin yang minta dihujat.
Bukan Hyunjin terus.

SEE SAW.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang