Fable.

4.4K 767 143
                                    

Komen yang banyak! Aku suka!

Jeongin benar-benar malas harus pulang hari ini, apalagi dia harus pulang dengan Yerimㅡanak dari teman bisnis sang Ayah, dijodohkan dengan dirinya yang sekarang sudah melanggar hukum keluarga dan hukum alam. Tapi Jeongin bisa apa? Ia hanya menuruti permintaan dari sang Ibu.

Hyunjin bilang tak apa-apa jika ia sendirian di asrama, lagipula pria itu pasti akan menyibukkan diri seperti biasanya. Jeongin menghela nafas, menaiki mobil mini coopernya, tak lupa berhenti di fakultas perempuan bernama lengkap Choi Yerim itu. Tanpa berbicara apa-apa, dan Yerim sendiri pun sudah tahu ia akan dijemput lalu pergi ke rumah Ibu Jeongin.

“Jeongin, makan siang dulu dong, gue laper.” Rengek Yerim di kursinya.

“Di rumah Mama pasti masak.” Balas Jeongin datar, bahkan tak melirik ke arah Yerim di sebelahnya.

Perempuan itu menghela nafasnya, “Gue minta makan bukan karena gue mau dijodohin.” Ucapannya mampu membuat Jeongin mengerinyitkan dahinya.

Please. Gue gak sempet sarapan, langsung ke kampus terus dijemput sama lo. Lagian gue tau lo udah punya pacar.” Yerim melanjutkan kalimatnya.

Jeongin terdiam sebentar, “Hah loㅡ”

“Iya, cewe lo Hyejoo kan?”

Dan kali ini Jeongin ingin berucap Puji Tuhan sebanyak-banyaknya. Ia hanya menyeringai pelan, lalu membelokkan mobilnya menuju sebuah restoran cepat saji. Mengajak Yerim turun dan memesan sebuah burger juga minuman soda.

Setelah Yerim menyantap es krimnya, mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju rumah sang Ibu. Mereka berdua sama-sama menolak perjodohan di tahun Millenial seperti ini, sangat kuno. Lagipula Yerim juga sudah punya pacar.

“Kalo bisa semester depan kalian udah nikah, ya.” Dan kalimat dari sang Ibu membuat Jeongin dan Yerim sama-sama membulatkan matanya.

“Ma, Jeongin gak mau. Masa secepat itu, sih? Nanggung, kenapa gak abis aku lulus aja? Gak, aku gak mau.” Jeongin menentang keinginan Ibunya itu.

Ibu menghela nafas, “Lebih cepat lebih baik, Jeong.” Balasnya.

“Sekali enggak, tetap enggak.” Telak. Jeongin menolak permintaan sang Ibu dengan tegas. Ia menarik Yerim keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Ia menatap perempuan di sebelahnya itu, “Lo- kenapa gak jawab juga tadi?” Tanyanya.

Yerim menghela nafas, “Gue gak mau denger omelan Papa lagi kalo gue nolak buat kesekian kalinya. Capek.” Balas perempuan bermata bulat itu.

Jeongin diam, lalu melajukan mobilnya menjauh dari rumah. Inilah salah satu alasan mengapa Jeongin memilih untuk tinggal di asrama padahal rumahnya terbilang tak cukup jauh dari kampus. Dia merasa lebih bebas di asrama.

“Lo mau kemana gue anterin,” Ucap Jeongin sembari melirik calon istrinya itu.

“Gue mau balik ke asrama aja, capek.” Balas perempuan itu. Jeongin bahkan dapat mendengar kekesalan dalam nada bicara Yerim. Entah kesal dengan keadaan, atau kesal dengan Jeongin.

“Oh, yaudah.”

Setelah itu hanya hening, tak ada yang berniat membuka pembicaraan di dalam mobil. Setelah sampai di asrama pun sama, Yerim tak berniat berucap sepatah kata dan Jeongin tak peduli, moodnya hancur.

••••

Jeongin masuk ke dalam kamarnya, menemukan Hyunjin yang sedang asik dengan iPad lalu earphone yang menyumbat telinganya. Laki-laki itu terlalu sibuk dengan dunianya, hingga tak menyadari sang kekasih sudah kembali dari rumah.

Laki-laki berbehel itu menarik satu earphone Hyunjin, menatapnya kesal. “Loh, udah pulang aja?” Tanya yang lebih tua sembari meng-close gamenya dan melepaskan earphonenya.

“Makanya asik sama game, sih!” Balas Jeongin dengan tatapan kesalnya.

“Ya maaf, sayang, kan saya gatau..” Hyunjin berucap sembari menggenggam tangan kekasih mungilnya itu.

“Aku males kuliah besok, mau bolos,” Ucapan Jeongin yang tiba-tiba membuat Hyunjin mengerinyitkan dahinya.

“Mau ke fable.”

Hyunjin langsung membulatkan matanya, “Ngapain sih aneh-aneh aja?!” Ucapnya kesal sembari menegakkan duduknya.

“Kok sewot sih, Jin?!”

“Ya jelas sewot kalo nanti kamu mabok gimana? Kamu dipegang-pegang cowo gimana?” Balas Hyunjin sembari menarik Jeongin untuk jatuh ke atas ranjang dan memeluknya erat.

“HYUNJIN, SESEK. AWAS.” Jeongin meronta dalam pelukan yang lebih tua, heran dengan pola pikir kekasihnya itu.

Hyunjin melepasnya, “Kalo ke fable, harus sama saya.” Ucapnya secara mutlak.

“Nanti kalo ketemu temen kampus, gimana?” Tanya Jeongin.

“Pura-pura mabok, biar dikira homo karena mabok.”

Jeongin rasanya ingin menyiram Hyunjin dengan segelas wine.

ㅡㅡ
aku punya work StrayBoyz,
dicek ya manteman. ❤

SEE SAW.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang