Hurt One.

1.1K 192 37
                                    

Jeongin menggigit jarinya, ia merindukan Hyunjin. Sangat merindukan lelakinya itu. Perasaannya tak enak setelah Daehwi mengabari bahwa Hyunjin menghampiri keluarganya hari ini. Ia merasa bahwa rencana mereka tak akan berjalan dengan lancar. Khawatir betul dirinya.

Ponselnya yang kosong, tak ada kontak selain kontak Hyunjin, Daehwi, dan Samuel di sana. Sepi, tak ada grup kampus ataupun instagramnya nan ramai. Jeongin menatap ponsel kosong itu, meraihnya lalu mengunduh aplikasi instagram. Jantungnya berdetak dengan cepat ketika ia mulai mencoba untuk masuk ke akun lamanya.

Dan boom, ada ratusan pesan di instagramnya, ribuan komentar pada postingan terakhirnya, dan puluhan orang mengikutinya yang mana ia tak mengenal siapapun yang mengikutinya.

Tiba-tiba saja sebuah panggilan video masuk ke ponselnya, Hyunjin menelponnya. Menampilkan senyuman tampan seperti biasanya, yang mana walaupun begitu, Jeongin masih bisa melihat luka di sudut bibirnya, juga pipi lelakinya itu sedikit membiru.

“..Kamu gapapa?” Tanya Jeongin.

Hyunjin tersenyum, hingga matanya hilang. “Gapapa.”

Jeongin menitikkan air matanya, “Hyunjin..” Rintihnya. Menggelengkan kepala, tak kuat melihat Hyunjin harus menerima ini semua hanya demi dirinya.

“Saya ga apa-apa, Jeongin. Ini demi kita, tunggu sebentar lagi, ya? Saya bakal balik ke sana. Ya? Tunggu saya, ya?” Balas Hyunjin sembari tersenyum, rasanya ingin sekali memeluk lelaki manis di hadapannya.

Namun yang lebih muda tetap menggelengkan kepalanya, tangisnya pecah. Ia tak bisa hanya diam di sini, di Amerika, tanpa membantu apapun. Biarlah jika ia harus menerima tamparan dari kedua orang tuanya, ia tak bisa melihat hanya Hyunjin yang tersiksa.

“Jeongin, tolong, tunggu sebentar lagi ya?” Ucap Hyunjin sekali lagi, sebelum sambungan telepon tersebut diputus Jeongin secara sepihak. Lelaki manis itu meringkuk, menangis di atas lengannya.

Ia tak sanggup jika harus membiarkan Hyunjin di sana sendirian dan berjuang.



•••••

Jeongin telah selesai mempacking barangnya, dengan seluruh sisa tabungan yang ada di ATMnya, sudah ia belikan ke sebuah tiket pesawat untuk kembali ke Indonesia. Dengan sebuah sticky note kecil ia tinggalkan di atas meja makan dengan sebuah amplop uang di sebelahnya.

Laki-laki manis itu bertekat untuk kembali ke Indonesia, ia tak bisa hanya diam dan membiarkan keluarganya menyiksa Hyunjin. Dan ia yakin, bahwa keluarganya tak akan membiarkan Hyunjin mendapatkan surat identitas dirinya.

Semuanya terlalu rumit, terlalu sulit untuk dilakukan. Hyunjin dan Jeongin terlalu cepat memutuskan tanpa berfikir tentang proses dan kendala yang akan terjadi seperti sekarang. Jeongin akan kembali ke Indonesia, untuk terakhir kalinya meminta izin kepada kedua orang tuanya.

Jika mereka tetap menolak, Jeongin akan menyerah. Ia akan merelakan cintanya.

••••

Hyunjin meringis ketika lebamnya dibersihkan oleh Seungmin sebelum akhirnya ia menyandarkan tubuhnya dan membiarkan temannya kembali ke dapur.

What if he doesn't want to continue this?” Tanya Seungmin tiba-tiba.

Laki-laki bermarga Hwang itu menghela nafasnya, menggeleng lemah sembari memejamkan mata. Ia tak tahu apa yang terjadi jika Jeongin memilih untuk pergi. Pesannya sejak pagi tidak dibalas, tak ada tanda-tanda pesan dari Daehwi juga. Lagipula setelah ia menelpon tadi, di Amerika sudah siang karena sekarang di Indonesia, sudah nyaris tengah malam.

Daehwi dan Samuel pasti sibuk, pikirnya. Sehingga ia tak mendapat kabar apapun dari kedua pasangan itu. Kembali ke Jeongin, ia pun tak mendapat kabar dari kekasih manisnya itu. Mencoba untuk berfikir positif, ia hanya menganggap bahwa Jeongin sedang tidur siang karena kelelahan menangis setelah ia telpon tadi.

I don't know.” Jawab Hyunjin, menarik bantalnya kemudian merebahkan tubuhnya.

His parents is strict. Gua bahkan ga nyangka ayahnya beneran gebukin lo dan dengan sengaja manggil satpam buat keroyokin lo.” Ucap Seungmin sembari berjalan kembali ke ruang tamu.

Hyunjin menatapnya, “Orang tuanya benci orang-orang kaya gua. Yerim cerita, bahkan dia gatau alasan kenapa keluarga mereka berdua tiba-tiba mau jodohin mereka. Karena ya Yerim gapernah deket sama Jeongin, mereka cuma sekedar teman satu kelompok waktu OSPEK. Malah Jeongin itu deketnya sama Hyeju.” Jelasnya.

Seungmin mengangguk, menepuk pundak Hyunjin sebelum izin kembali ke kamarnya untuk mengerjakan tugas.

Hyunjin hanya berdehem, niatnya merebahkan tubuh mendadak batal ketika telepon dari Daehwi masuk.

“Hyunjin, Jeongin udah ga ada di apartemen. Dia cuma ninggalin sticky notes yang isinya bilang mau balik.”

ㅡㅡ

Hai... Ada yang rindu? Hehe.
Aku mau mulai nulis lagi. <3

SEE SAW.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang