Warn❗ smut.
Jeongin tidak mengerti mengapa ia justru menerima apa yang diberikan Hyunjin saat ini. Pelukannya pada leher pria itu semakin erat, seolah ia berkata bahwa ia tak ingin melepas laki-laki bermarga Hwang itu bahkan sedetik pun.
Lumatan demi lumatan Hyunjin berikan, dan Jeongin menerimanya dengan senang hati. Tangan besarnya menahan pinggang sang submissive dengan erat, sesekali mengelus pelan perut laki-laki di atasnyaㅡyang menghasilkan lenguhan di sela-sela ciuman mereka berdua.
Ciuman terlepas, dengan perlahan Hyunjin mencium pipi, rahang, hingga berakhir pada leher Jeongin. Yang lebih muda mendongakkan kepalanya, matanya terpejam begitu ia merasakan lidah hangat Hyunjin menyapu lehernya. Jeongin tak tahu bagaimana cara melampiaskannya, yang laki-laki itu lakukan hanyalah meremat rambut hitam Hyunjin sembari menggigit bibirnya.
"Don't bite your lips, just let it out, honey. But don't be so loud, Jisung probably gonna hear us." Bisik Hyunjin sembari menggigit pelan daun telinga milik teman sekamarnya itu.
Jeongin tak pernah merasakan euphoria seperti ini. Rasanya aneh, seolah terdapat berjuta kupu-kupu di perutnya yang mendesak ingin keluar. Ia bahkan hanya mampu memejamkan matanya, di setiap bibir Hyunjin yang meninggalkan jejak kemerahan di lehernya, dengan jemari pria itu yang tak berhenti mengelus punggungnya dengan pelan. Setengah dari kancing piyama sudah terlepas, membuat bahunya pun terekspos karena kainnya turun sedikit pada lengannya.
"Hyunjinㅡhh." Erangnya ketika Hyunjin menggigit satu titik di lehernya.
Laki-laki bermarga Hwang itu menahan tangannya pada pinggang Jeongin, seolah ragu untuk membuka celana dari setelan piyama yang digunakan teman sekamarnya itu. "Can I?" Tanyanya.
Jeongin mengangguk pelan dengan wajah memerah, ia memeluk erat leher Hyunjin sembari membantu pria itu melepas celana miliknya. Lagi-lagi Hyunjin melahap habis bibir submisifnya itu, mengelus pelan paha yang sudah tah terbalut kain itu.
Yang lebih tua melepaskan ciumannya, lalu menyodorkan tiga jarinya di hadapan bibir teman sekamarnya itu. "Suck it, hon." Bisiknya.
Jeongin dengan perlahan menghisap jemari panjang Hyunjin, menjilatnya seolah jari-jari itu adalah sebuah permen. Sang empunya tentu saja tak tinggal diam, ia mencoba memasukkan jemarinya semakin dalam. Deep throat, istilahnya.
Hyunjin menarik jarinya, lalu mengangkat paha Jeongin sedikit lebih tinggiㅡmembuat laki-laki itu sedikit lebih tinggi dari posisinya yang memeluk leher Hyunjin. "Kalau sakit, bilang, ya?" Bisik laki-laki bermarga Hwang tersebut sembari mencoba melesatkan jemarinya tadi ke bagian belakang sana.
"Ahㅡ s-stop. Sakit-" Jeongin meringis, meremat kuat bahu Hyunjin sembari memejamkan matanya.
Hwang Hyunjin lagi-lagi mencoba melesatkan jarinya, sembari mencium bahu putih Jeonginㅡmencoba menenangkan submisifnya. Berkali-kali ia menggerakkan jarinya, membuat Jeongin serileks mungkin.
"Hyunjinㅡah!" Dan laki-laki itu memekik ketika Hyunjin berhasil menemukan sweet spotnya.
"There, sweetheart?" Ucapnya sembari berkali-kali menyentuh titik itu.
Jeongin mengangguk cepat sembari memejamkan matanya, "Nghhㅡ Hyunjin!" Rematan pada bahunya semakin kuat, dan Hyunjin paham apa maksudnya.
Dan rubah kecil itu merasakan putihnya untuk yang pertama. Bahkan tanpa Hyunjin menyentuh miliknya. Definisi beautiful angel in every angle yang sebenarnya, bagi Hyunjin.
Ia mengangkat tubuh yang tak terlalu berisi itu, lalu menurunkan celananya dan berbisik tepat di depan wajah yang lebih muda. "I love you. I love you." Berulang kali, sembari melesatkan miliknya masuk dengan cepat.
Jeongin meringis, ia menundukkan kepalanya pada ceruk leher Hyunjin sembari menahan air matanya. Sakit. Rasanya sangat sakit. Seolah dirinya akan terbelah dua, Jeongin tak sanggup. "Hyunjin, sakit.. Berhenti." Ringisnya terus menerus.
Hyunjin berhenti, lalu mencium bahu berkeringat itu lagi dan lagi, berusaha menenangkan laki-laki lucu di atasnya ini. Ketika ia merasa Jeongin sudah sedikit tenang, Hyunjin kembali mencoba melesatkan miliknya untuk masuk hingga mereka menyatu seutuhnya.
"Baby?"
Jeongin bergumam, lalu memberikan isyarat dengan menggerakkan pinggulnyaㅡmenandakan bahwa Hyunjin bisa bergerak sekarang. Mendapatkan lampu hijau, pria bersurai hitam itu benar-benar menggerakkan pinggulnya dengan perlahan. Membuat suara ringisan laki-laki mungil di pangkuannya itu berganti menjadi desahan merdu.
"Ahhㅡ Hyunjin, lagi."
Gerakannya semakin cepat, menyentuh sweet spot yang lebih muda berkali-kali. Membuat Jeongin terkadang tak tahan ingin berteriak, namun ia benar-benar menahannya. Tak mau tetangganya mendengar mereka berdua. "Lagi, Hyunjin, lagi." Rengeknya ketika yang lebih tua mulai memberikan sentuhan khusus kepada miliknya.
"Right, honey. I'll make you feel so good this time." Hyunjin berbisik, mempercepat gerakannya ketika ia merasa putihnya sudah dekat.
"Hyunjin!" Laki-laki bermarga Yang itu memekik, lalu menutup mulutnya secara refleks ketika dengan tiba-tiba Hyunjin dengan tepatnya menyentuh titiknya lagi dan lagi.
Dan setelah itu yang Jeongin rasakan adalah putih yang mengotori piyama juga baju dominannya, bertepatan dengan Hyunjin yang memeluknya erat dan menyemburkan benihnya di dalam sana. Hangat, lengket, namun Jeongin tak peduli. Ia memeluk balik pria di hadapannya itu lalu menyender pada bahunya, lelah.
Hyunjin meraih sebuah tisu di mejanya, lalu melepaskan miliknya dan membersihkan bagian belakang milik Jeongin. "I love you, sleep well, baby." Bisiknya sembari membiarkan Jeongin tertidur di pelukannya, di atas pangkuannya.
Karena di situ Hyunjin bersumpah bahwa Jeongin adalah miliknya. Hanya miliknya.
ㅡㅡ
you're welcome, fams.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEE SAW.
FanfictionJeongin sudah melihatnya, keindahan tiada tara dari seorang laki-laki yang tak seharusnya ia rasakan. Status: ON GOING. 🔛