Chanyeol berlari dua etape dini hari itu. Letak hotel yang jauh dari keramaian kota menolongnya. Matahari belum betul-betul terbit ketika ia kembali, tetapi ia baru menurunkan penutup kepala jaketnya saat memasuki lobi, dengan satpam yang terkantuk-kantuk tak peduli padanya. Samar-samar ia mencium aroma kopi-berpikir barangkali dapur dan restoran di lantai di atas sini buka terlalu cepat.
Tidak. Kopi itu lebih dekat padanya daripada yang ia kira; Joy membawa sebuah gelas karton yang terlalu besar untuknya sendiri. Chanyeol tertawa, bertanya apakah Red Velvet harus rehearsal pagi-pagi sekali sehingga Joy sangat memerlukannya karena (perempuan itu bilang lewat pesan-pesan rahasia mereka) dia baru tidur pukul tiga.
Namun ada persetujuan tak terkatakan; mereka akan berbagi. Chanyeol meminum dari sisi yang sama dengan Joy. Mata gadis itu, tanpa riasan apapun, mengingatkannya pada tadi malam, saat kebanyakan dari mereka berkumpul di tepian kolam renang lantai puncak, ia dan Joy menyudut dan Joy masih memakai hoodie yang Chanyeol pakai sekarang. Joy tiba belakangan karena harus berangkat dari kota yang berbeda, gadis itu tampak lebih ringkih dan lelah; Chanyeol tahu apa yang harus ia lakukan.
Namun Joy melepaskannya beberapa saat kemudian, setelah ia tertawa atas apa yang Suho katakan (lelaki itu adalah senior yang sangat baik untuk Red Velvet), mengaku, "Aku sudah baik-baik saja." Kemudian dia melepaskan hoodie itu, melipatnya dengan lihai padahal dia sedang berdiri.
Pagi ini, hoodie itu masih beraroma Joy; manis seperti permen dengan sedikit lavendel.
"Jadi." Chanyeol mencecap-cecap sisa rasa kopi di lidahnya. Ia nyengir seperti anak-anak yang dihadiahi kejutan menarik saat baru bangun tidur. "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku selalu tahu." Joy nyengir tak kalah menggemaskannya. Chanyeol harus menahan diri untuk tidak mencubit pipinya. "Aku turun ke sini secara naluriah."
"Mencari udara segar, hm?" Chanyeol terkekeh pelan. "Yang lain sudah bangun?"
"Hmmm." Joy mengangguk pelan sambil meminum kopinya. Matanya masih terlihat sedikit berbayang-bayang. Chanyeol tak sabar untuk menanyakan tentang mimpinya. Chanyeol tak sabar untuk menanyainya tentang bagaimana Beijing yang dikunjunginya satu hari. Apa kau mengambil foto kotanya saat malam untukku? Dan ia pun tak sabar untuk bertanya, apakah mereka tetap bisa seperti ini hingga masa depan yang jauh.
Namun, Chanyeol menahan semuanya. Alih-alih, ia berkata, "Aku belum mengucapkan selamat pagi untukmu. Pagi, Joy," katanya, memberi penekanan khusus. Bukan sekadar nama. Bukan sekadar panggilan orang-orang yang mengenalnya lewat panggung dan layar.
Karena sosok Joy memanglah sebuah kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
love, i say hello
Fiksi Penggemar"Seseorang berkata; hidup terlalu singkat untuk cinta. Namun cinta bisa muncul dari perkataan-perkataan singkat. Bagaimana?" (-exo/red velvet various ships; drabbles.)