Sin - 1

22.7K 1K 38
                                    

Sebelum baca boleh dong dengerin permintaan R dulu 😊 ga banyak kok cuma ada tiga 1) Please tinggalkan jejak 2) tolong tinggalkan jejak 3) Tinggalkan jejak baik vote atau komentar. Karena itu berarti banyak untuk R. Okey. Happy Reading!

TINJU ITU MELAYANG tepat ke sisi kiri wajah adikku sebelum aku bahkan sempat untuk berteriak. Aku membungkam mulutku, menahan jeritan yang sudah berada di ujung lidahku, bersiap untuk merobek bibirku. Adikku jatuh terpuruk di lantai. Jake menendang perutnya, membuat udara keluar dari paru-paranya dengan suara decit yang memilukan. Tendangan lain terus berdatangan, wajah, perut, lengan. Memar di seluruh tubuhnya, dan hidungnya berdarah dalam dosa.

Air mata panas menerobos kelopak mataku, membuat pandanganku kabur. Aku beku di kakiku yang sekarang terasa lumpuh. Menggigit buku-buku jariku untuk meredam isakan yang akan menelanku jika aku membiarkannya keluar. Aku menarik napas, berjuang untuk mendapatkan otakku pada solusi nyata dan mengamankan nyawa adikku.

"Aku akan membayarnya!"

Kata-kata itu mengalir seperti racun yang keluar dari tubuhku. Aku gemetar. Rasa takut, marah, kecewa, dan khawatir diaduk di dalam dadaku. Tendangan itu berhenti dan mata cokelat kopi Jake beralih padaku, memeriksa inci tubuhku. Gemetar yang lain melandaku.

"Aku akan membayar," ulangku. Aku bergerak gelisah di kakiku untuk menutupi rasa takutku. "Berapa banyak?"

"Enam belas ribu."

Mulutku jatuh dan untuk sedetik mungkin aku akan membiarkan adikku mati. Enam belas ribu, itu bukan angka yang kecil, ada lima ribu di tabunganku, aku masih butuh sebelas ribu yang lain. Tuhan! Bagaimana aku bisa mendapatkan uang itu?

"Beri aku satu minggu." Aku memohon belas kasihan meski aku tahu aku tidak akan mendapatkannya.

"Aku kembali untuk besok." Jake menendang adikku sekali lagi, dia mengerang dan meringkuk dalam bentuk kepompong rasa sakit.

"Lusa," ucapku. Aku hampir jatuh ke lututku. Tuhan tahu aku akan melakukan apa pun untuk nyawa adikku. "Uangnya akan siap untuk lusa, aku bersumpah."

Dia menggerutu pelan tapi akhirnya mengangguk dan kembali memindai tubuhku. "Lusa tapi jika uang itu tidak ada, tubuhmu akan bagus untuk membayarnya."

Aku bergidik memikirkan itu, bukan berarti aku belum pernah menjual tubuhku hanya saja, tempat Jake adalah neraka. Jika aku butuh uang aku tahu di mana tempat yang lebih baik untuk memanfaatkan tubuhku. Itu jauh dari pria-pria kotor dan kasar milik Jake, dan uang yang jauh lebih baik. Aku mengangguk, mencegah diriku untuk meratap dan menangis lebih banyak. Menjadi lemah di depan pria seperti Jake bukanlah pilihan, itu hanya akan membuat mereka membesarkan kepalanya. "Jangan khawatir, aku akan memiliki uang itu lusa. Sekarang pergi!"

Dia tersenyum seperti iblis, meremehkanku dan aku benci saat matanya melahap tubuhku. Dia berpikir aku tidak akan memiliki uang itu, dia tidak ingin aku memilikinya. "Jadilah gadis yang baik Nina, dan aku akan bersikap lembut padamu."

Aku mengepalkan jari-jariku hingga kuku-ku menekan telapak tangan dengan menyakitkan tapi aku tidak mengatakan apa pun hingga Jake keluar, meninggalkan aku gemetar dengan tubuhku. Aku tidak bisa menahan kakiku untuk berdiri lebih lama lagi, aku jatuh dan menekuk lututku, melingkarkan lenganku untuk memeluk mereka dan mengubur wajahku. Dan itu dimulai, aku menangis membiarkan air mata menang untuk saat ini. Biarkan mereka keluar sebelum aku harus mengurus kekacauan ini. Hidupku berantakan, semuanya berantakan. Lari tidak membuat hidupku membaik ini semakin buruk. Aku kehilangan ayahku, ibuku, dan kakak laki-lakiku. Aku hanya memiliki adik yang bertekad sekuat tenaga untuk membuatku hancur, tapi aku tidak bisa membiarkan dia hancur dalam prosesnya.

"Berhentilah menangis Nina! Itu tidak seperti neraka saat kamu harus menggunakan tubuhmu untuk mendapatkan uang-uang itu." Suara Callum kasar menembus gema tangisanku. Aku muak dengannya, muak karena otak bodohnya yang terus menyalahkanku. Bukan aku yang membuat orang tua dan saudara kami tewas. Kapan dia akan mengerti itu!

"Yah Cal! Kamu mungkin harus menjual tubuhmu sendiri!" teriakku. Aku ingin mengeluarkan otaknya, jejalkan semua kebenaran ke dalamnya dan buat dia mengerti tapi dia tidak akan pernah mengerti. Aku akan selalu menjadi putri Shannon yang egois untuknya. Gadis yang membuat keluarganya berantakan.

Dia tertawa sinis bahkan saat tawa itu sepertinya membuat rusuknya sakit. "Ya Nina! Aku akan jika itu bisa menyelamatkan keluargaku, aku tidak akan lari seperti gadis egois dan pengecut itu!"

"Kamu tidak tahu apa yang terjadi!" Aku menjerit, marah dan sakit hati, satu-satunya keluarga yang berhasil aku selamatkan membenciku, dan hanya menginginkan penderitaan untukku. Betapa ironisnya itu. "Dan jangan bertingkah seolah kau tidak membutuhkanku. Kamu mengikuti gadis egois dan pengecut itu!"

Wajahnya masam sekarang. Aku menunggu untuk kata-kata pedas yang lain tapi itu tidak datang. Dia hanya merangkak dengan memar. Mungkin lebih baik jika aku membiarkan dia mati, mungkin itu yang diinginkannya. Aku sendirian sekarang, dan sekali lagi dalam hidupku yang menyedihkan aku bertanya-tanya, apakah dua tahun ini aku sudah melakukan kesalahan. Apakah lari adalah sebuah kesalahan. Apakah keluargaku tidak akan mati jika aku tidak pernah pergi.

Tidak berguna. Itu tidak menyelesaikan masalahku, berpikir tidak pernah membawaku kemana pun. Itu hanya akan membuat lebih banyak sakit. Bergerak, lakukan apa yang harus dilakukan. Semua akan baik-baik saja, akan ada yang lebih baik. Aku tahu itu omong kosong, dua tahun aku sudah lari, bersembunyi di Wyoming tapi tidak ada yang membaik. Aku ketakutan tiap malam, takut akan ada yang menyelinap dan meledakkan peluru ke kepalaku. Aku mengambil napas seperti yang selalu aku lakukan tiap kali rasa panik menyerangku. Awalnya terasa sesak, kemudian lebih mudah, udara keluar dan masuk ke paru-paruku. Aku bisa melakukan ini. Ini bukan yang pertama kalinya. Ini bukan akhir dunia. Aku melepaskan napas terakhir dan berdiri, pergi ke telepon untuk membuat satu panggilan yang aku harap akan menyelamatkanku.

"Nina kau di sana?" Suara tinggi wanita yang menyambutku dari ujung telepon terdengar terlalu bersemangat. Dia tahu aku butuh uang dan aku pikir dia senang aku membutuhkannya.

"Ya, aku di sini."

Diam. Diam. Diam. Dia menunggu agar aku memulai, ingin aku merengek mungkin, tapi ini lebih baik dari pada Jack. Aku butuh sebelas ribu dan ini dia, aku meneleponnya.

"Aku butuh uang," ucapku singkat. Aku hampir bisa membayangkan dia tersenyum di sana, tangkapan besar.

"Ya? Apa itu artinya kau meminta pekerjaan malam ini, Nin?" Dia mengulur nadanya. Aku ingin memukul sesuatu, begitu marah dan benci pada diriku sendiri.

"Aku butuh sebelas ribu, aku butuh itu untuk lusa." Aku membiarkan mataku tertutup, mengatur napasku, jangan berpikir.

"Ada satu orang, dia menawarkan delapan ribu. Jika kau mengambilnya aku bisa mengatur tiga ribu yang lain untuk malam berikutnya."

"Oke. Di mana aku harus datang dan bagaimana aku harus terlihat?" tanyaku. Aku memijit pangkal hidungku, mencoba meredakan pusing di tengkorakku.

"Aku akan mengirim alamat dan beberapa data. Kau bisa bersiap Nin."

"Terima kasih, Bren."

"Bukan masalah." Aku memutus sambungan itu dan menghela napas untuk terakhir kali sebelum aku mandi.

Kalau banyak yang komen nanti double up deh 😉

Dreaming SinclairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang